Minggu, 05 Mei 2013

Birahi Istriku



Seperti halnya umumnya orang lain, setelah selesai kuliah kemudian cari kerja dan nikah. Demikian pula dengan kehidupan yang kujalani, sejak setamat dari SLTA di kotaku di Jawa Tengah, aku melanjutkan kuliah di Bandung di suatu universitas ternama. Tahun 1994 adalah tahun kelulusanku dan di tahun itu pula aku diterima di suatu perusahaan BUMN setelah melalui penyaringan beberapa kali dan sangat ketat. Kehidupan ini kujalani seolah tanpa hambatan, lancar-lancar saja, tidak seperti yang kebanyakan orang bilang bahwa kehidupan ini penuh perjuangan dan sulit untuk mencari kerja. Hal ini pernah aku syukuri bahwa ternyata aku diberikan banyak kemudahan-kemudahan oleh Tuhan di dalam mengarungi kehidupan dijaman serba sulit ini.

Karena telah merasa cukup dan sedikit mempunyai kemampuan untuk membina rumah tangga maka pada tahun 1995 aku beranikan diri untuk melamar dan melakukan kesepakatan untuk menikah dengan seorang gadis cantik idamanku yang sejak semester awal kuliah aku mengenalnya dan sejak saat itu pula aku bersepakat untuk pacaran. Sebut saja namanya Erna, gadis asal Jawa Barat dengan kulit putih mulus yang sangat terawat dengan rambut hitam kelam yang lebat. Hal ini sangatlah wajar karena ditunjang dengan kemampuan materi orang tuanya yang sebagai pengusaha. Perbedaan usia hanya satu tahun antara aku dan Erna yang sekarang sudah menjadi istriku, aku lebih tua dan kini usiaku 36 tahun.
Banyak teman-temanku bilang bahwa aku adalah laki-laki yang sangat beruntung bisa beristrikan seorang wanita seperti Erna istriku. Di samping orangnya baik, supel, cantik, padat berisi, kaya lagi. Bulu-bulu halus tumbuh agak lebat di lengannya yang sangat mulus. Pernah seorang teman bilang bahwa “di jalan raya saja jarang, apalagi di terminal”. Hal itu memang suatu kenyataan dan merupakan gaya tarik yang sangat luar biasa yang bisa menimbulkan birahi yang menggebu-gebu bila melihat istriku Erna telah melepaskan semua pakaian yang menutupinya, dengan kulit yang putih mulus dan bulu-bulu hitam lebat di antara pangkal kedua belah pahanya yang sangat kontras, sungguh hal ini yang membuat aku semakin tak tahan untuk berpisah lama-lama dengan istriku. Tinggi tubuh istriku 172 cm dan beratnya saat ini sekitar 66 kg.
Kehidupan rumah tanggaku telah kujalani dengan penuh kebahagiaan selama kurang lebih delapan tahun, apalagi pada tahun ketiga pernikahanku telah lahir seorang anak laki-laki yang tumbuh dengan sehat dan lucu yang kini telah berusia 5 tahun. Ditambah lagi pada tahun ke enam pernikahan, kami pindah ke rumah yang kami beli dari hasil jerih payahku sendiri selama ini walau hanya merupakan rumah KPR bertype 45. Kalau dibandingkan dengan rumah mertua sangatlah tidak seimbang dan istriku sangat menyukainya karena segala sesuatunya dialah yang mengaturnya tanpa harus campur tangan orang lain seperti sebelumnya yaitu di rumah orang tuanya.
Dirumah kami inilah awal dari segala perubahan kehidupan yang aku rasakan sangat bahagia menjadi suatu siksaan dan tekanan bathin yang menimpa diriku hingga kini. Awalnya setelah hampir setahun tinggal dirumah sendiri, istriku berangsur-ansur sudah mempunyai kebebasan, keleluasaan termasuk untuk menyampaikan uneg-unegnya yang selama ini terpendam, yang aku sendiri sebagai suami telah disadarkan bahwa ternyata didalam kehidupan seksual istriku masih banyak ketidak puasan atas sikap dan kemampuanku sebagai seorang suami selama ini. Memang selama ini aku didalam melakukan hubungan senggama tidak bisa bertahan lama, paling lama mungkin hanya 20 menit itupun kalau aku dalam kondisi fit.
Walau sebelumnya sudah melakukan pemanasan dan aku sering melihat, merasakan bahwa memek istriku sudah basah pertanda adanya rangsangan. Tragisnya bila pemanasan dilakukan terlalu lama maka semakin aku tak tahan untuk berlama-lama. Aku telah berusaha berkali-kali untuk pengaturan waktu agar terjadi kelambatan dan penundaan dalam penyemprotan (ejakulasi), semua itu pasti mengalami kegagalan. Yang aku rasakan bila sedang berhadapan dengan istriku dalam melakukan senggama adalah gairahku yang menggebu dan kenikmatan-kenikmatan yang tiada tara bila Kontolku telah kumasukan dalam memeknya, dan berikutnya aku slalu tidak bisa mengendalikan diri lagi sehingga dalam tempo yang singkat pertahananku pasti tak terbendung lagi. Perlu diketahui bahwa sejak pernikahan hingga kini hampir tiada perubahan atas alat kewanitaan istriku, selalu terasa sempit dan nikmat. Hal ini dimungkinkan karena pada saat melahirkan anakku satu-satunya dengan cara Caesar sehingga secara phisik tidak banyak perubahan.
Aku telah berusaha untuk mengkonsumsi obat-obatan dan sering pula untuk konsultasi ke dokter tetapi hasilnya belum juga adanya hasil dan perubahan yang diharapkan atas daya tahanku. Pada awal-awal pernikahan dulu, aku bisa melakukan senggama berulang-ulang hingga 4 atau 5 ronde dalam semalam dan itupun umumnya yang ke 4 atau ke 5 yang mempunyai daya tahan dan dapat mengimbangi kemauan istriku. Tapi saat ini dua rondepun sangat sulit aku lakukan, biasanya bila telah mengeluarkan sperma, tubuhku terasa lunglai dan ngantuk yang amat sangat. Mungkin hal ini akibat berat tubuhku yang sudah tidak seimbang lagi dengan tinggi tubuhku di mana perutku sudah membuncit dan sama sekali tidak atletis. Tinggiku 174 cm dan beratku 86 kg.
Sejak masa SLTP aku mempunyai kegemaran atau hobi yang hingga kini masih sering aku lakukan. Kegemaran tersebut adalah bermain Catur. Kegemaran ini sering aku lakukan dengan orang-orang atau teman pada saat-saat senggang dan sudah merupakan rutinitas hingga kini yaitu pada setiap Jumat malam. Biasanya aku bermain catur dengan seorang tetanggaku yang bernama Mustafa.
Kadang Sabtu malam pun bila sama-sama tidak mempunyai acara lain, kami asyik bermain catur hingga kami betul-betul sudah capek dan suntuk. Sabtu dan minggu kebetulan sama-sama merupakan hari libur buat kami berdua. Dia kami kenal sejak pindah di perumahan yang kami tinggali saat ini 2 tahun yang lalu. Meskipun sudah mapan hidupnya, punya rumah dan mobil bagus, sedangkan usianya mendekati angka 33, dia belum juga menikah. Setiap kali ditanya, jawabannya selalu sama, belum menemukan calon yang sesuai.
Orangnya tampan, tinggi menjulang, mungkin sekitar 183 cm. Tubuhnya pun bagus; tegap, padat, dan berisi. Disamping gemar bermain catur, dia juga mempunyai jadwal rutin untuk tennis, fitness, dan renang. Mustafa inilah yang akhirnya semakin membuat bathinku menjadi tertekan dan tak berkutik untuk menghadapai gelombang percaturan cinta istriku hingga kini.
Dengan media papan catur ini, hubungan antara keluargaku dengan Mustafa menjadi akrab dan dekat. Kedekatan yang masih dalam batas wajar-wajar saja, begitupun hubungan antara istriku Erna dengan Mustafa, masih dalam etika kewajaran tanpa ada sesuatu yang perlu dicurigai. Sudah menjadi kebiasaan istriku, bila kami sedang bermain catur dan anakku sudah lelap tidur, istriku ikut juga menemani sambil memberikan dukungan untuk menyediakan secangkir kopi dan aneka camilan. Karena sudah terbiasa dan akrab, dalam menemani kami bermain catur, istrikupun dalam berpakaian juga biasa saja yaitu kadang pakai celana pendek ataupun baju tidur dan biasanya istriku hanya mampu menemani hingga jam 12 malam yang selanjutnya berpamitan untuk tidur lebih dulu. Permainan catur ini kami lakukan diruang keluarga dengan beralaskan karpet dan kadang dalam menemani kami, istriku menggelar kasur lipat sambil nonton TV.
Aku pernah beberapa kali melihat mata Mustafa mencuri-curi pandang pada bagian-bagian tubuh indah istriku pada saat menemani kami bermain catur ataupun pada saat istriku sedang tiduran dikasur lipat tapi semua itu aku abaikan. Dan pernah aku rasakan permainan catur Mustafa sangat tidak bagus dan kurang kosentrasi, dan setelah aku cari tahu penyebabnya ternyata aku melihat bahwa matanya sering terarah ke paha mulus istriku yang saat itu duduk disebelahku. Inipun aku abaikan bahkan aku merasa bangga mempunyai istri yang memang penuh dengan kekaguman. Tapi suatu Jum”at malam kira-kira enam bulan yang lalu, pada saat permainan catur baru beberapa babak, aku merasakan kantuk yang amat sangat setelah minum kopi yang disediakan istriku dan hal ini kusampaikan pada istriku yang saat itu menemani kami. “Ma.. Papa kok ngantuk berat yaa..” “Masak sih.. Papa khan udah minum kopi? Masak masih ngantuk juga..”
Dan berikutnya aku nggak bisa tahan lagi, aku terlelap dan tak ingat apa-apa lagi. Apakah Mustafa langsung pamitan pulang, akupun tak tahu. Yang aku tahu pagi-pagi aku bangun dalam posisi ditempat tidurku dalam kondisi tubuh yang sangat segar.
Jum‘at malam berikutnya berjalan biasa saja, permainan caturku dengan Mustafa berakhir hingga jam 12 malam dan Mustafa berpamitan untuk pulang. Begitu juga dengan Jum”at malam selanjutnya tanpa ada rasa kantuk tapi Sabtu malam kami bermain catur lagi karena sama-sama tidak mempunyai acara masing-masing dan rasa kantuk menyerang aku lagi sekitar jam masih menunjukan pkl 10.15 malam. Kali ini aku pamitan untuk tidur dan Mustafa kuanjurkan untuk pulang. Pada saat masih tersisa kesadaran sebelum terlelap, aku sempat istriku berbicara sama seseorang sesaat setelah mengantarku ke kamar tidur dan kejadian selanjutnya aku tak tahu apa-apa.
Timbul tanda-tanya dan curiga pada diriku, kenapa rasa kantuk begitu tiba-tiba, dan akhirnya aku sempat curiga telah terjadi sesuatu pada istriku apalagi akhir-akhir ini tampilannya tambah seksi dan merias diri. Aku tidak mau sembrono dengan semua ini dan aku tidak mau menyakiti istriku atas kekeliruan akibat kesalah dugaanku yang tanpa bukti. Maka pada saat menjelang tiba jadwal catur rutinku dengan Mustafa, aku mempersiapkan diri mengatur strategi agar semua apa yang ada dibalik kecurigaanku bisa terjawabkan. Sekitar jam 7 malam, aku telah mengkonsumsi (minum) obat anti kantuk. Hal ini aku lakukan karena aku telah curiga bahwa didalam minuman kopi yang disediakan istriku telah dicampuri obat tidur.
Permainan catur dimulai sekitar jam 19.30, semua berjalan seperti biasanya. Istriku menemani dengan tampilan terkesan sangat ceria. Kopipun aku minum seperti biasanya tapi hanya seperempat gelas saja. Sekitar jam 10.00 malam, aku merasa sedikit kantuk, dan sesuai strategi dan rencana, aku pura-pura ngantuk sekali dan selanjutnya aku pura-pura tak tahan lagi sehingga istriku memapahku ke tempat tidur. Beberapa saat kemudian, sayup-sayup terdengar istriku melakukan dialog dengan seseorang dan dengan perlahan-lahan aku intip dari lubang kunci, ternyata istriku sedang duduk berhadap-hadapan diantara papan catur dengan Mustafa. Mereka seolah-olah lagi bermain catur.
Beberapa menit kemudian istriku beranjak menuju kekamar tidurku dan buru-buru aku segera memposisikan diri seolah tertidur lelap. Istriku menggoyang-goyangku seolah mau membangunkanku.
“Pa.. Pa.. gimana nih caturnya? Mau dilanjutin?” Aku diam seolah pulas sekali dan istriku keluar kamar yang sebelumnya menyelimutiku dan menghidupkan lampu tidur dikamarku. Sekitar dua menit kemudian, aku mencoba mengintip lagi dari lubang kunci, ternyata papan catur telah ditinggalkan begitu saja. Diantara kerasnya suara TV, aku masih sedikit mendengar bahwa istriku telah melakukan aktifitas, apa itu, akupun belum tahu.
Kemudian aku ambil kursi rias yang ada dikamarku secara perlahan dan kutaruh dekat pintu. Dengan harapan aku bisa melihat aktifitas istriku melalui ventilasi diatas pintu kamarku. Betapa terkejutnya aku, ternyata istriku sedang berpagutan mesra di atas kasur lipat dengan Mustafa. Tubuhku secara mendadak menggigil dan mengeluarkan keringat dingin. Aku bingung dan serba salah, apa yang harus aku lakukan, aku tak tahu. Sejenak aku ingin membuka pintu dan menghentikan tindakan pengkianatan yang dilakukan istriku dan Mustafa, tapi keberanian itu menjadi padam begitu aku teringat bahwa istriku sering mengeluh atas ketidak mampuanku untuk bertahan lama dalam senggama. Aku bingung dan kulihat lagi mereka yang ternyata tangan kanan Mustafa telah menyelinap didalam celana pendek istriku.. Och.. semakin aku tak mampu berbuat apa-apa.
Sekilas sempat aku berpikir mungkin perbuatan mereka kali ini bukan yang pertama kali dan semakin aku yakin bahwa selama ini istriku telah sengaja memasukan obat tidur pada kopiku sehingga mereka leluasa untuk bermain catur birahi dan dengan demikian maka tetangga yang lain tak akan pernah curiga.
Mustafa dengan semangatnya melahap bergantian kedua puting susu dihadapannya dan tangannya yang berotot telah berhasil memelorotkan celana pendek istriku. Aku hanya termangu menyaksikan aksi mereka berdua yang nampak saling semangat dan saling menyerang. Jantungku semakin berdebar. Sesaat kemudian mereka berdiri sambil melepaskan pakaian masing-masing, sesaat kemudian baik istriku dan Mustafa telah telanjang bulat.
Mereka benar-benar terlihat sangat serasi. Mustafa yang macho dengan tubuhnya yang berotot, dan istriku yang cantik nan bohai, dengan bodinya terawat baik akibat rajin minum jamu dan berolahraga. Kontol Mustafa telah berdiri kencang dan tegak, diameternya tidak beda jauh dengan punyaku, sekitar 4,5 cm, tapi panjangnya lebih panjang punya Mustafa, mungkin sekitar 20 cm.
Istriku dipepetkan ditembok, mereka saling berciuman dengan ganas sekali, tangan kanan istriku meremas-remas Kontol Mustafa dan tangan kanan Mustafa menggesek-gesek memek istriku. Terlihat istriku tidak sabaran, Kontolnya Mustafa diarahkan ke memeknya dengan sedikit kaki kiri istriku diangkat Mustafa maka masuklah senjata Mustafa pada memeknya, terlihat istriku memejamkan mata. “Oooch.. kocok Dik Mustafa.. kocok..”
Dengan gerakan naik turun, Mustafa mengocok berulang-ulang dan tubuh indah mereka berdua semakin mengkilap karena keringat. “Cek.. cek.. pleek.. plek.. ceck..” Sesaat kemudian kocokan Mustafa berhenti “Mbak Erna.. enak sekali memeknya.. terasa kenyuut-kenyuut..” “Kontolmu juga Dik Mustafa.. gagah perkasa..” Kemudian gantian kaki kanan istriku diangkat dengan tangan kiri Mustafa dan kocokan dilanjutkan lagi. “Och.. ooch.. enak Dik.. teeruuss.. kocok teruuss..” “Mbak.. aku mau keluar Mbak..” “Jangan dulu Dik Mustafa.. jangaann.. akuu masih pingiinn lama-lama Dik” “Nggak tahaann Mbaak.. aku nggaak tahan.. uenaakk Mbakk..” Terlihat Mustafa menghentikan kocokannya dan semakin menekan dalam-dalam Kontolnya dalam memek istriku.. “Ma’af Mbak.. aku nggak tahaann.. ma’aaf.. oocchh.. oocchh..” Istriku memeluk erat-erat tubuh Mustafa seolah nggak mau dilepas seterusnya..
“Kenapa buru-buru dikeluarin Dik.., aku belum dapet lho..” “Sabar Mbak.. betul-betul aku nggak tahaann.. wuennaakk buuanget.. memek Mbak hangett sekali dan waouw.. suereett Mbaak..” Sesaat kemudian terlihat Kontol Mustafa terlepas dari memek istriku dan dibarengi tetesan sperma dari dalam vagina istriku dan istriku mengambil handuk kecil untuk mengeringkan keringat serta membersihkan memeknya. Oochh hanya segitu kemampuan si Mustafa (pikirku), aku agak lega ternyata kemampuannya tidak beda jauh dengan kemampuanku. Aku menghela nafas panjang, dan berharap mudah-mudahan istriku menjadi kapok karena tidak terpuaskan oleh Mustafa dengan begitu pasti tidak akan mengulanginya lagi. Tapi.. kenyataannya lain dari dugaanku.. Mustafa betul-betul dapat layanan spesial dari istriku, diambilkannya segelas air minum dingin dan diminum bergantian dengan istriku. Sambil bersandar di dinding, kaki Mustafa diselonjorkan dan istriku mendekati Mustafa dengan duduk berhadapan diatas pangkuannya
“Mbak.. susunya masih kenceng dan bulu-bulu memek Mbak yang lebat ini (sambil tangan kanan Mustafa mengelus mesra memek istriku), membuatku ingin tiap malam bertandang kerumah Mbak ini..” Sama Dik Mustafa.. aku sendiri tiap hari rindu sama Kontolmu yang ini..”, (sambil tangan kanan istriku mengelus Kontol Mustafa yang masih lunglai).. Mereka saling kecup dan saling pagut kembali, tangan kiri Mustafa memeluk punggung istriku dan tangan kanannya mengelus-elus secara bergantian gumpalan bokong istriku yang mulus dan menggairahkan, sesekali jari tengah Mustafa mengusap memek dan permukaan anus istriku sehingga istriku melakukan gerakan-gerakan berkedut akibat geli-geli nikmat “Ouuw.. ouucwww.. woouuwww.. geli Dik Mustafa..” Tak kalah lihainya, tangan kanan istriku meremas-remas Kontol Mustafa yang sudah agak mulai mempunyai semangat baru.
Tubuh Mustafa bergeser kearah kasur lipat yang sedari tadi belum dimanfaatkan sambil istriku tetap dipangkuannya. Dan sekarang istriku dalam posisi diatas dan masih menunduk karena pagutan yang terlihat mulai panas kembali. Kedua tangan Mustafa meremas-remas bongkahan bokong istriku yang semakin lama bergerak berputar-putar tak karuan. Istriku terlihat mulai bangkit lagi semangatnya yang terpendam akibat belum terpuaskan. Kecupan demi kecupan istriku menjalar dari bibir Mustafa, ke leher, ke bukit dada dan puting Mustafa, ke perut Mustafa yang bagaikan papan penggilasan, dan terakhir berhenti sejenak mengulum membasahi helm Kontol Mustafa yang sudah berdiri tegak siap perang kembali. Istriku terlihat sudah nggak tahan begitu melihat Kontol Mustafa tegak menantang, dan segera dituntun untuk dimasukkan ke dalam memeknya. Diputar-putar kepala Kontolnya di bibir memeknya yang sedikit berlendir dengan tangan kanannya dan sesaat kemudian, blless.., istriku sedikit menjerit histeris.
“Woouuwww.. heehhii.. heehhii..” Tubuh istriku sedikit bergetar dan diam sejenak sambil kedua tangannya bertumpu pada bidang dada Mustafa, sebaliknya kedua tangan Mustafa meremas-remas buah dada istriku. Mulanya dengan gerakan sedikit memutar dan kemuadian istriku menaik turunkan pantatnya.
“Teruuss Mbak.. terruuss Mbak.. teerruuss..” “Kocok Mbak Erna sayang.. kocokk.. putaarr.. dan.. teerruuss..” “Woouwww.. woouwww.. enakk Dik.. woouwww..” Sambil sedikit membungkuk, istriku melakukan gerakan tarik tekan berulang-ulang, semakin lama semakin cepat dan beberapa saat kemudian..
“Woouuwww.. woouuwww.. akuu mau keluar Dik Mustafa.. woouwww..” Gerakan tarik tekan istriku semakin kenceng dan mendadak terdiam sambil pantatnya berdenyut-denyut menekan-nekan.. “Woouuwww.. woouwww.. aakkuu keluar Dik Mustafa saayyaanngg..” Mereka saling berpelukann erat dan pantat istriku masih berdenyuutt kenyuutt menekan-nekan seolah-olah Kontol Mustafa akan dilahap dimasukkan kedalam memeknya sedalam-dalamnya tanpa sisa.. “Wwoouuwww..”
Napas istriku terlihat tersengal-sengal dan berangsur-angsur menjadi diam tanpa gerakan sedikitpun karena lunglai kenikmatan yang habis diraupnya. Bibir Mustafa dikecupnya berulang-ulang.. “Terimakasih Dik Mustafa.. terimaksih.. wuennaakk sekali..” Mustafa mulai sedikit melakukan gerakan menaik turunkan Kontolnya di memek istriku perlahan-lahan dan gerakan itu rupanya disambut oleh istriku yang masih ingin mencari kenikmatan-kenikmatan yang sudah lama tidak didapatkan dari aku suaminya.
Dengan posisi sedikit dirubah, istriku bertumpuh dengan kedua lututnya di samping pinggul kiri kanan Mustafa, istriku mulai memompa dan menggosok-gosokan memeknya pada tiang kemerdekaan Mustafa. Perlahan tapi pasti dan semakin lama semakin cepat kocokan-kocokan yang dilakukan mereka berdua. Istriku dengan gerakan angkat tekan dan Mustafa gerakan tarik dorong ke atas sekencang-kencangnya dan itu semua menimbulkan bunyi. Istriku mulai terpancing lagi dan.. “Zzhh.. woouwww.. zzhh.. woouwww.. zzhh.. woouwww..” “Terruuss.. yyaa.. teerruuss.. hmemmhh.. yaa..”
Gerakan mereka berdua semakin berpacu.. kencang.. dan keraass seolah mereka mau mengakhiri semuanya dan.. “Aku mau keluar lagi Dik Mustafa sayaangg.. teerruuss.. teerruuss..” Mendadak istriku memeluk erat bukit dada Mustafa, gerakan sama sekali berhenti dan kembali lagi bongkahan pantat istriku berdenyut-denyut menekan-nekan tanda kenikmatan yang tiada tara. “Mbak Erna.. memeknya semakin licin dan kenyuutt-kennyuutt Mbak” “Wuenakk Mbak.. Kontolku terasa dipijit-pijit.. Mbak Erna sayaang..” Setelah berhenti melakukan gerakan beberapa saat, istri langsung dibalik oleh Mustafa sehingga posisinya di bawah. Ternyata Mustafa belum sampai final. Dengan rakusnya Mustafa menghisap puting susu istriku yang semakin memerah dan kenceng.
Istriku menggelinjang-nggelinjang ke-enakan dan pantat Mustafa mulai memompa naik turun. Gerakan Mustafa memompa naik turun lama sekali. Kemudian Mustafa menghentikan kocokannya dan akhirnya kaki kiri istriku diangkat tegak lurus dan ditekan-tekannya Kontolnya sekencang-kencangnya. “Teruuss.. teruuss.. Dik Mustafa.. teruuss.. dinding rahimku terasa tersundul-sundul.. wuennaakk Dik.. teruuss dikk..” Mustafa mengganti kaki kanan istriku yang sekarang diangkat dan tekanan demi tekanan semakin membuat keringat mereka berdua bercucuran.
Dalam hatiku, edan tenan tetanggaku ini. Di satu sisi dia sebagai lawan seru caturku. dan disisi lain ternyata dia menjadi lawan tanding birahi seks istriku. Aku mangaku kalah dalam mengontrol daya tahan tetapi aku tak boleh menyerah.. aku harus bisa.. tapi.. apa mungkin aku bisa. Aku sedari tadi diam tertegun melihat keganasan mereka berdua dan aku hanya bisa meremas-remas Kontolku yang basah karena lendir akibat terangsang hebat. Tubuhku terasa kelu dan kaku karena depresi, tegang dan amarah yang menjadi satu. Kulihat lagi permainan mereka, dan ternyata kini kedua kaki istriku diangkat dengan cara tangan kiri Mustafa memegang pergelangan kaki kanan istriku dan sebaliknya tangan kanan Mustafa memegang pergelangan kaki kiri istriku. Yang menjadi iri dan aku tertegun, selain Mustafa masih mengocok Kontolnya, kedua kaki istriku dimainkan dengan cara dirapatkan tegak lurus dan kemudian dikangkangkan, begitu terus berulang dan terlihat dari mimik wajah istriku, dia menikmati semua gerakan yang dilakukan oleh Mustafa.
“Ech.. ouw.. ouw.. yaou.. teruuss.. terruss.. oeii..” Beberapa menit kemudian gerakan maju mundur Mustafa semakin kencang dan.. “Mbak.. aku nggak kuat lagi Mbak.. aku keluarin didalam yaa..” “Nggak papa Dik.. semprotkan semuanya di dalam.. ayoo..” Dan gerakan Mustafa mendadak berhenti sambil memeluk kedua kaki istriku, pantatnya semakin ditekankan ke depan dan berkedut-kedut. “Oochh.. ouch.. creett.. creutt.. cruutt..” Mustafa pun rebah dipelukan istriku..
*****

Anda sedang membaca Artikel tentang Birahi Istriku dan anda bisa menemukan Artikel Birahi Istriku ini dengan URL http://tantehots.blogspot.com/2013/05/birahi-istriku.html, Terimakasih Telah membaca Artikel Birahi Istriku Birahi Istriku Birahi Istriku

1 komentar: