Namaku Roy, 32 tahun. Saat ini aku
tinggal di Bandung. Banyak yang bilang aku ganteng. Kisah yang akan aku
tulis ini adalah kisah nyata dari pengalaman sex aku dengan mama dan
tante aku.
Cerita ini dimulai ketika aku berusia 20
tahun. Saat itu tante Rina datang dan menginap selama beberapa hari di
rumah karena suaminya sedang pergi keluar kota. Dia merasa sepi dan
takut tinggal di rumahnya sendirian. Tante Rina berusia 32 tahun.
Penampilannya biasa saja. Tinggi badan 160 cm. Ramping. Tapi aku suka
bodynya. Buah dada 36B, dan pantatnya besar bulat. Aku suka lihat tante
Rina kalau sudah memakai celana panjang ketat sehingga pantatnya sangat
membentuk, merangsang. Tante Rina adalah adik kandung Papa aku.
Waktu itu hari aku tidak masuk kuliah.
Aku diam di rumah bersama mama dan tante Rina. Pagi itu, jam 10, kulihat
mama baru selesai mandi. Mama keluar dari kamar mandi memakai handuk
menutupi dada dan setengah pahanya yang putih mulus. Mama berusia 38
tahun. Sangat cantik.
Saat itu entah secara tidak sengaja aku
melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat
buah dada mama walau tidak terlalu besar tapi masih bagus bentuknya.
Yang terutama jadi perhatian aku adalah memek mama yang dihiasi bulu
hitam tidak terlalu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama
rajin merawatnya.
Mama sepertinya tidak sadar kalau aku
sedang memperhatikannya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan
terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku
intip dari lubang kunci. Terlihat mama sedang membuka lilitan handuknya
lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama
sangat menggairahkan. Terutama memek mama yang aku fokuskan. Secara
otomatis tangan aku meraba kontol dari luar celana, lalu meremasnya
pelan-pelan sambil menikmati keindahan tubuh merangsang mama. Karena
sudah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil
membayangkan menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku
orgasme.
Sore harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.
“Roy..!” panggil mama.
“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.
“Ada apa, Ma?” tanya aku.
“Pijitin badan mama, Roy. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.
“Iya, Ma…” jawab aku.
Waktu itu mama memakai daster. Aku mulai memijit kaki mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama, “Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…” tanya aku.
“Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya mama.
“Seluruh badan mama,” jawab aku.
“Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.
“Ayo lanjutkan, Roy!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.
“Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku.
“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.
“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.
“Ada apa, Ma?” tanya aku.
“Pijitin badan mama, Roy. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.
“Iya, Ma…” jawab aku.
Waktu itu mama memakai daster. Aku mulai memijit kaki mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan, maka aku bertanya pada mama, “Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…” tanya aku.
“Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya mama.
“Seluruh badan mama,” jawab aku.
“Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.
“Ayo lanjutkan, Roy!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.
“Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku.
“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.
Aku berdebar. Tanganku mulai memijit
paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat adalah mengusap
agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata
terus memandangi pantat mama yang memakai celana dalam merah. Setelah
selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat
mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.
“Kok dilewat sih, Roy?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.
“Mm.. Roy takut mama marah…” jawab aku.
“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.
“Mm.. Roy takut mama marah…” jawab aku.
“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.
Karena sudah mendapat angin, aku mulai
meraba dan agak meremas pantat mama dari luar celana dalamnya. Nyaman
rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. kontol aku
sudah mulai mengeras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku. Karena
birahi aku sudah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana
dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.
Jari tengah aku mulai menyusuri belahan
pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jari aku diam disana. Aku
takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai
menggerakan jari tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam.
Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak
menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jari
aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.
Karena sudah basah, aku nekad masukkan
jari aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi
pantatnya mulai bergoyang agak cepat.
“Roy, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.
“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.
“Roy tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.
“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.
“Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.
“Sini berbaring Roy,” ujar mama lagi.
“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.
“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.
“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.
“Roy tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.
“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.
“Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.
“Sini berbaring Roy,” ujar mama lagi.
“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.
“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.
Mama menatapku sambil membelai rambut aku.
“Kenapa bernafsu dengan mama, Roy,” tanya mama lembut.
“Mama marahkah?” tanya aku.
“Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.
“Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.
“Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.
“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.
“Maksud mama?” tanya aku.
“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba kontol aku dari luar celana.
“Mama marahkah?” tanya aku.
“Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.
“Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.
“Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.
“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.
“Maksud mama?” tanya aku.
“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba kontol aku dari luar celana.
Aku kaget sekaligus senang. Mama mencium
bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami berciuman mesra sambil
tangan kami saling meraba dan meremas.
“Buka pakaian kamu, Roy,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.
Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.
“kontol kamu besar, Roy…” kata mama sambil meraih kontol aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.
“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.
Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.
“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.
Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.
Lalu mama menarik pantat aku hingga
kontol aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati kontol
aku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih
nikmat lagi ketika mama memasukkan kontolku ke mulutnya. Hisapan dan
permainan lidah mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan
meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat
sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap
mengocok kontolku perlahan.
“Enak sayang?” tanya mama sambil menengadah menatapku.
“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.
“Sini sayang. kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.
“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.
“Sini sayang. kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.
Mama lalu telentang di tempat tidur
sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku
arahkan kontolku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing kontolku ke
lubang memeknya.
“Ayo, Roy.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.
Aku tekan kontolku. Lalu terasa kepala
kontolku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu batang
kontolku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang entah bagaimana aku
menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan
kontolku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku
sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.
“Enak, Roy?” tanya mama.
“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.
“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.
“Karena mama sayang kamu, Roy…” jawab mama.
“Sangat sayang…” lanjutnya.
“Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.
“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.
“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.
“Karena mama sayang kamu, Roy…” jawab mama.
“Sangat sayang…” lanjutnya.
“Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.
Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan kontol aku menyetubuhi mama.
“Roy juga sangat sayang mama…” ujarku.
“Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.
“Mama mau keluar…” desah mama lagi.
“Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.
“Mama mau keluar…” desah mama lagi.
Tak lama kurasakan tubuh mama mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..
“Ohh.. Enak sayangg…” desah mama lagi ketika dia mencapai orgasme.
Aku terus menggenjot kontolku. Lama-lama
kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dari kontol aku. Rasanya
sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..
“Ma, Roy gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh mama lalu menekan kontolku lebih dalam ke memek mama.
“Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.
“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.
“Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.
“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.
Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.
“Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.
“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.
“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.
“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.
“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.
Lalu kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Papa pulang. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.
Malam harinya, sekitar jam 11 malam,
ketika mama dan Papa sudah tidur, aku dan tante Rina masih nonton TV.
Tante Rina memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika
kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah
biasa melihat seperti itu.
Tiba-tiba tante Rina bertanya sesuatu
yang mengejutkan aku,”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama
kamu di kamar?” tanya tante Rina.
“Hayo, ngapain..?” tanya tante Rina lagi sambil tersenyum.
“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.
“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.
“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.
“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Rina sambil tersenyum.
“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Rina lagi.
“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.
“Maaf dong, Roy. Tante becanda kok…” ujar tante Rina.
“Kamu mau kemana?” tanya tante Rina.
“Mau tidur,” jawabku pendek.
“Temenein tante dong, Roy,” pinta tante.
“Hayo, ngapain..?” tanya tante Rina lagi sambil tersenyum.
“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.
“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.
“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.
“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Rina sambil tersenyum.
“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Rina lagi.
“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.
“Maaf dong, Roy. Tante becanda kok…” ujar tante Rina.
“Kamu mau kemana?” tanya tante Rina.
“Mau tidur,” jawabku pendek.
“Temenein tante dong, Roy,” pinta tante.
Aku kembali duduk dikursi di samping tante Rina.
“Ada apa sih tante?” tanyaku.
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Rina.
“Kamu sudah punya pacar, Roy?” tanya tante Rina.
“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.
“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.
“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.
“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya tante Rina pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Rina.
“Kamu sudah punya pacar, Roy?” tanya tante Rina.
“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.
“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.
“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.
“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya tante Rina pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.
Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.
“Ni tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.
Tanpa banyak kata, aku cium bibir tante
Rina. Tante Rinapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan
lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera
masuk ke balik kimono tante Rina. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu
ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku memainkan
puting susunya.
“Mmhh..”
Suara tante Rina mendesah tertahan
karena kami masih tetap berciuman. Tangan tante Rinapun tidak diam.
Tangannya meremas kontolku dari luar celana kolorku. kontolku langsung
tegang.
“Roy, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Rina.
“Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Rina.
“Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Rina.
Setiba di kamar, tante Rina dengan tak
sabar segera melepas kimono dan BH serta CD-nya. Akupun segera melepas
semua pakaian di tubuh aku.
“Ayo Roy, tante sudah gak tahan…” ujar tante Rina sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.
Aku segera menindih tubuh telanjang
tante Rina. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah
dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Rina sambil meremas buah
dada yang satu lagi.
“Ohh.. Mmhh.. Royy.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Rina sambil tangannya memegang kepala aku.
Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu
ketika mulai turun ke selangkangan, tante Rina segera melebarkan kakinya
mengangkang. memek tante Rina bersih tidak berbau. Bulunya hanya
sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera
jilati memek tante Rina terutama bagian kelentitnya.
“Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Rina sambil badannya mengejang menahan nikmat.
Tak berapa lama tiba-tiba tante Rina mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.
“Oh, Roy.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Rina.
Aku bangkit, mengusap mulut aku yang
basah oleh air memek tante Rina, lalu aku tindih badannya dan kucium
bibirnya. Tante Rina langsung membalas ciumanku dengan mesra.
“Isep dong kontol Roy, tante…” pintaku.
Tante Rina mengangguk sambil tersenyum.
Lalu aku kangkangi wajah tante Rina dan ku sodorkan kontolku ke
mulutnya. Tante Rina langsung menghisap dan menjilati kontolku dan
mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak
rasanya. Cara menghisap dan menjilat kontolnya lebih pintar dari mama.
“Udah tante, Roy udah pengen setubuhi tante…” kataku.
Tante Rina melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan kontol aku ke memeknya.
“Ayo, Roy.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Rina.
Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. kontolku keluar masuk memek tante Rina.
“Roy kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata tante ditengah-tengah persetubuhan kami.
“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.
“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.
Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Rina mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.
“Roy, terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh.. Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.
Tak lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa kontolku di memeknya.
“Tente udah keluar, sayang…” bisik tante Rina.
“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Rina.
“Terus setubuhi tante, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.
“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Rina.
“Terus setubuhi tante, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.
Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat gerakanku.
“Roy mau keluar, Tante…” kataku.
“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Rina.
“Cabut dulu…” ujar tante Rina.
“Sini tante isepin…” katanya lagi.
“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Rina.
“Cabut dulu…” ujar tante Rina.
“Sini tante isepin…” katanya lagi.
Aku cabut kontolku dari memeknya, lalu
aku arahkan ke mulutnya. Tante Rina lalu menghisap kontolku sambil
mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar
di dalam mulut tante Rina banyak sekali. Aku tekan kontolku lebih dalam
ke dalam mulut tante Rina. Tante Rina dengan tenang menelan air maniku
sambil terus mengocok kontolku. Lalu dia menjilati kontolku untuk
membersihkan sisa air mani di kontolku. Sangat nikmat rasanya besetubuh
dengan tante Rina.
Aku segera berpakaian. Tante Rina juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan CD.
“Kamu hebat, Roy.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Rina.
“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.
“Kapan saja tante mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.
“Terima kasih, sayang,” ujar tante Rina.
“Roy kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.
“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.
“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.
“Kapan saja tante mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.
“Terima kasih, sayang,” ujar tante Rina.
“Roy kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.
“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.
Besoknya, setelah Papa pergi ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.
“Roy, semalam kamu ngapain di kamar tante Rina sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.
Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa.
Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku,
mama berkata,”Jangan sampai yang lain tahu ya, Roy. Mama akan jaga
rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya
perasaanku mendengarnya.
“Iya, Ma.. Roy suka tante Rina,” jawabku.
“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.
“Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.
“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.
“Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.
“Terima kasih ya, Ma…” kataku.
“Roy sayang mama,” kataku lagi.
“Roy, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.
“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.
“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap kontolku.
“Roy akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.
“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..
“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.
“Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.
“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.
“Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.
“Terima kasih ya, Ma…” kataku.
“Roy sayang mama,” kataku lagi.
“Roy, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.
“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.
“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap kontolku.
“Roy akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.
“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..
Sejak saat itu hingga saat ini aku
menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan tante Rina kalau
ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan dan kemolekan
tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Rina kalau tidak
ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di hotel.
Sedangkan dengan mama, aku sudah mulai
jarang menyetubuhinya atas permintaan mama sendiri dengan alasan
tertentu tentunya. Dalam satu bulan hanya 2 kali. Itulah pengalaman
kisah nyata aku. Aku tuliskan dengan sebenarnya.
Namaku Roy, 32 tahun. Saat ini aku
tinggal di Bandung. Banyak yang bilang aku ganteng. Kisah yang akan aku
tulis ini adalah kisah nyata dari pengalaman sex aku dengan mama dan
tante aku.
Cerita ini dimulai ketika aku berusia 20
tahun. Saat itu tante Rina datang dan menginap selama beberapa hari di
rumah karena suaminya sedang pergi keluar kota. Dia merasa sepi dan
takut tinggal di rumahnya sendirian. Tante Rina berusia 32 tahun.
Penampilannya biasa saja. Tinggi badan 160 cm. Ramping. Tapi aku suka
bodynya. Buah dada 36B, dan pantatnya besar bulat. Aku suka lihat tante
Rina kalau sudah memakai celana panjang ketat sehingga pantatnya sangat
membentuk, merangsang. Tante Rina adalah adik kandung Papa aku.
Waktu itu hari aku tidak masuk kuliah.
Aku diam di rumah bersama mama dan tante Rina. Pagi itu, jam 10, kulihat
mama baru selesai mandi. Mama keluar dari kamar mandi memakai handuk
menutupi dada dan setengah pahanya yang putih mulus. Mama berusia 38
tahun. Sangat cantik.
Saat itu entah secara tidak sengaja aku
melihat mama membetulkan lilitan handuknya sebelum masuk kamar. Terlihat
buah dada mama walau tidak terlalu besar tapi masih bagus bentuknya.
Yang terutama jadi perhatian aku adalah memek mama yang dihiasi bulu
hitam tidak terlalu lebat berbentuk segitiga rapi. Mungkin karena mama
rajin merawatnya.
Mama sepertinya tidak sadar kalau aku
sedang memperhatikannya. Mama langsung masuk kamar. Hati berdebar dan
terbayang terus pemandangan tubuh mama tadi. Aku dekati pintu, lalu aku
intip dari lubang kunci. Terlihat mama sedang membuka lilitan handuknya
lalu mengeringkan rambutnya dengan handuk tersebut. Terlihat tubuh mama
sangat menggairahkan. Terutama memek mama yang aku fokuskan. Secara
otomatis tangan aku meraba kontol dari luar celana, lalu meremasnya
pelan-pelan sambil menikmati keindahan tubuh merangsang mama. Karena
sudah tak tahan lagi, aku segera ke kamar mandi dan onani sambil
membayangkan menyetubuhi mama. Sampai akhirnya.. Crot! Crot! Crot! Aku
orgasme.
Sore harinya, waktu aku sedang tiduran sambil membaca majalah, tiba-tiba terdengar suara mama memanggil aku.
“Roy..!” panggil mama.
“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.
“Ada apa, Ma?” tanya aku.
“Pijitin badan mama, Roy. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.
“Iya, Ma…” jawab aku.
“Ya, Ma…” sahut aku sambil bergegas ke kamar mama.
“Ada apa, Ma?” tanya aku.
“Pijitin badan mama, Roy. Pegal rasanya…” kata mama sambil tengkurap.
“Iya, Ma…” jawab aku.
Waktu itu mama memakai daster. Aku mulai
memijit kaki mama dari betis. Terus sampai naik ke paha. Mama tetap
diam merasakan pijitan aku. Karena daster mama agak mengganggu pijitan,
maka aku bertanya pada mama, “Ma, dasternya naikin ya? mengganggu nih…”
tanya aku.
“Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya mama.
“Seluruh badan mama,” jawab aku.
“Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.
“Ayo lanjutkan, Roy!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.
“Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku.
“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.
“Emang kamu mau mijitan apa aja, Roy?” tanya mama.
“Seluruh badan mama,” jawab aku.
“Ya sudah, mama buka baju saja,” kata mama sambil bangkit, lalu melepas dasternya tanpa ragu.
“Ayo lanjutkan, Roy!” kata mama sambil kembali tengkurap. Darah aku berdesir melihat mama setengah telanjang di depan mata.
“Mama tidak malu buka baju depan Roy?” tanya aku.
“Malu kenapa? Kan anak kandung mama.. Biasa sajalah,” jawab mama sambil memejamkan mata.
Aku berdebar. Tanganku mulai memijit
paha mama. Sebetulnya bukan meimijit, istilah yang tepat adalah mengusap
agak keras. Aku nikmati usapan tangan aku di paha mama sambil mata
terus memandangi pantat mama yang memakai celana dalam merah. Setelah
selesai “memijit” paha, karena masih ragu, aku tidak memijit pantat
mama, tapi langsung naik memijit pinggang mama.
“Kok dilewat sih, Roy?” protes mama sambil menggoyangkan pantatnya.
“Mm.. Roy takut mama marah…” jawab aku.
“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.
“Mm.. Roy takut mama marah…” jawab aku.
“Marah kenapa? Kamu kan emang mama pinta mijitin.. Ayo teruskan!” pinta mama.
Karena sudah mendapat angin, aku mulai
meraba dan agak meremas pantat mama dari luar celana dalamnya. Nyaman
rasanya memijit dan meremas pantat mama yang bulat dan padat. kontol aku
sudah mulai mengeras. Mama tetap terpejam menikmati pijitan aku. Karena
birahi aku sudah naik, aku sengaja memasukkan tangan aku ke celana
dalam mama dan terus meremasnya. Mama tetap diam. Aku makin berani.
Jari tengah aku mulai menyusuri belahan
pantat mama sampai ke belahan memek mama. Jari aku diam disana. Aku
takut mama marah. Tapi mama tetap diam sambil memejamkan mata. Aku mulai
menggerakan jari tengah aku di belahan memek mama. Mama tetap diam.
Terasa memek mama mulai basah. Dan aku tahu kalau mama agak
menggoyang-goyangkan pantatnya, mungkin mama merasa enak menikmati jari
aku di belahan memeknya. Itu perkiraan aku.
Karena sudah basah, aku nekad masukkan
jari aku ke lubang memek mama. Mama tetap memejamkan mata, tapi
pantatnya mulai bergoyang agak cepat.
“Roy, kamu ngapain?” tanya mama sambil membalikkan badannya. Aku kaget dan takut mama marah.
“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.
“Roy tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.
“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.
“Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.
“Sini berbaring Roy,” ujar mama lagi.
“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.
“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.
“Maaf, Ma…” kataku tertunduk tidak berani memandang mata mama.
“Roy tidak tahan menahan nafsu…” kataku lagi.
“Nafsu apa?” kata mama dengan nada lembut.
“Sini berbaring dekat mama,” kata mama sambil menggeserkan badannya. Aku diam tidak mengerti.
“Sini berbaring Roy,” ujar mama lagi.
“Tutup dulu pintu kamar,” kata mama.
“Ya, Ma…” kataku sambil berdiri dan segera menutup pintu. Kemudian aku berbaring di samping mama.
Mama menatapku sambil membelai rambut aku.
“Kenapa bernafsu dengan mama, Roy,” tanya mama lembut.
“Mama marahkah?” tanya aku.
“Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.
“Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.
“Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.
“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.
“Maksud mama?” tanya aku.
“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba kontol aku dari luar celana.
“Mama marahkah?” tanya aku.
“Mama tidak marah, Roy.. Jawablah jujur,” ujar mama.
“Melihat tubuh mama, Roy tidak tahu kenapa jadi pengen, Ma…” kataku. Mama tersenyum.
“Berarti anak mama sudah mulai dewasa,” kata mama.
“Kamu benar-benar mau sayang?” tanya mama.
“Maksud mama?” tanya aku.
“Dua jam lagi Papa kamu pulang…” hanya itu yang keluar dari mulut mama sambil tangannya meraba kontol aku dari luar celana.
Aku kaget sekaligus senang. Mama mencium
bibir aku, dan akupun segera membalasnya. Kami berciuman mesra sambil
tangan kami saling meraba dan meremas.
“Buka pakaian kamu, Roy,” kata mama. Aku menurut, dan segera melepas baju dan celana.
Mama juga melepas BH dan celana dalamnya. Mama duduk di tepi tempat tidur, sedangkan aku tetap berdiri.
“kontol kamu besar, Roy…” kata mama sambil meraih kontol aku dan meremas serta mengocoknya. Enak rasanya.
“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.
Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.
“Kamu udah pernah maen dengan perempuan tidak, sayang?” tanya mama.
Sambil menikmati enaknya dikocok kontol aku menjawab, “Belum pernah, Ma.. Mmhh..”. Mama tersenyum, entah apa artinya.
Lalu mama menarik pantat aku hingga
kontol aku hampir mengenai wajahnya. Lalu mama mulai menjilati kontol
aku mulai dari batang sampai ke kepalanya. Rasanya sangat nikmat. Lebih
nikmat lagi ketika mama memasukkan kontolku ke mulutnya. Hisapan dan
permainan lidah mama sangat pandai. Tanganku dengan keras memegang dan
meremas rambut mama dengan keras karena merasakan kenikmatan yang amat
sangat. Tiba-tiba mama menghentikan hisapannya, tapi tangannya tetap
mengocok kontolku perlahan.
“Enak sayang?” tanya mama sambil menengadah menatapku.
“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.
“Sini sayang. kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.
“Iya, Ma.. Enak sekali,” jawabku dengan suara tertahan.
“Sini sayang. kontolmu udah besar dan tegang. Sekarang cepat masukkan…” ujar mama sambil menarik tanganku.
Mama lalu telentang di tempat tidur
sambil membuka lebar pahanya. Tanpa ragu aku naiki tubuh mama. Aku
arahkan kontolku ke lubang memeknya. Tangan mama membimbing kontolku ke
lubang memeknya.
“Ayo, Roy.. Masukkan…” ujar mama sambil terus memandang wajahku.
Aku tekan kontolku. Lalu terasa kepala
kontolku memasuki lubang yang basah, licin dan hangat. Lalu batang
kontolku terasa memasuki sesuatu yang menjepit, yang entah bagaimana aku
menjelaskan rasa nikmatnya.. Secara perlahan aku keluarmasukkan
kontolku di memek mama. Aku cium bibir mama. Mamapun membalas ciuman aku
sambil menggoyangkan pinggulnya mengimbangi goyangan aku.
“Enak, Roy?” tanya mama.
“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.
“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.
“Karena mama sayang kamu, Roy…” jawab mama.
“Sangat sayang…” lanjutnya.
“Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.
“Sangat enak, Ma…” jawabku sambil terus menyetubuhi mama. Setelah beberapa menit, aku hentikan gerakan kontol aku.
“Kenapa mama mau melakukan ini dengan Roy?” tanyaku. Sambil tersenyum, mata mama kelihatan berkaca-kaca.
“Karena mama sayang kamu, Roy…” jawab mama.
“Sangat sayang…” lanjutnya.
“Lagipula saat ini mama memang sedang ingin bersetubuh…” lanjutnya lagi.
Aku terdiam. Tak berapa lama aku kembali menggerakan kontol aku menyetubuhi mama.
“Roy juga sangat sayang mama…” ujarku.
“Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.
“Mama mau keluar…” desah mama lagi.
“Ohh.. Roy.. Enakk.. Mmhh…” desah mama ketika aku menyetubuhinya makin keras.
“Mama mau keluar…” desah mama lagi.
Tak lama kurasakan tubuh mama mengejang lalu memeluk aku erat-erat. Goyangan pinggul mama makin keras. Lalu..
“Ohh.. Enak sayangg…” desah mama lagi ketika dia mencapai orgasme.
Aku terus menggenjot kontolku. Lama-lama
kurasakan ada dorongan kuat yang akan keluar dari kontol aku. Rasanya
sangat kuat. Aku makin keras menggenjot tubuh mama..
“Ma, Roy gak tahann…” ujarku sambil memeluk tubuh mama lalu menekan kontolku lebih dalam ke memek mama.
“Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.
“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.
“Keluarin sayang…” ujar mama sambil meremas-remas pantatku.
“Keluarin di dalam aja sayang biar enak…” bisik mama mesra.
Akhirnya, crott.. Crott.. Crott.. Air maniku keluar di dalam memek mama.
“Mmhh…” desahku. Lalu tubuh kami tergolek lemas berdampingan.
“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.
“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.
“Terima kasih ya, Ma…” ujar aku sambil mencium bibir mama.
“Lekas berpakaian, Papa kamu sebentar lagi pulang!” kata mama.
Lalu kamipun segera berpakaian. Setengah jam kemudian Papa pulang. Mama dan aku bersikap seperti biasa dan terlihat normal.
Malam harinya, sekitar jam 11 malam,
ketika mama dan Papa sudah tidur, aku dan tante Rina masih nonton TV.
Tante Rina memakai kimono. Sesekali aku lihat paha mulusnya ketika
kimononya tersingkap. Tapi tidak ada perasaan apa-apa. Karena sudah
biasa melihat seperti itu.
Tiba-tiba tante Rina bertanya sesuatu
yang mengejutkan aku,”ngapain kamu tadi sore lama-lama berduaan ama mama
kamu di kamar?” tanya tante Rina.
“Hayo, ngapain..?” tanya tante Rina lagi sambil tersenyum.
“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.
“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.
“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.
“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Rina sambil tersenyum.
“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Rina lagi.
“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.
“Maaf dong, Roy. Tante becanda kok…” ujar tante Rina.
“Kamu mau kemana?” tanya tante Rina.
“Mau tidur,” jawabku pendek.
“Temenein tante dong, Roy,” pinta tante.
“Hayo, ngapain..?” tanya tante Rina lagi sambil tersenyum.
“Tidak ada apa-apa. Aku mijitin mama, kok…” jawabku.
“Kok lama amat. Sampe lebih dari satu jam,” tanyanya lagi.
“Curigaan amat sih, tante?” kataku sambil tersenyum.
“Tante hanya merasa aneh saja waktu tante denger ada suara-suara yang gimanaa gitu…” ujar tante Rina sambil tersenyum.
“Kayak suara yang lagi enak…” ujar tante Rina lagi.
“Udah ah.. Kok ngomongnya ngaco ah…” ujarku sambil bangkit.
“Maaf dong, Roy. Tante becanda kok…” ujar tante Rina.
“Kamu mau kemana?” tanya tante Rina.
“Mau tidur,” jawabku pendek.
“Temenein tante dong, Roy,” pinta tante.
Aku kembali duduk dikursi di samping tante Rina.
“Ada apa sih tante?” tanyaku.
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Rina.
“Kamu sudah punya pacar, Roy?” tanya tante Rina.
“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.
“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.
“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.
“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya tante Rina pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.
“Tidak ada apa-apa kok. Hanya butuh temen ngobrol saja,” jawab tante Rina.
“Kamu sudah punya pacar, Roy?” tanya tante Rina.
“Belum tante. Kenapa?” aku balik bertanya.
“Kamu tuh ganteng, tinggi. Tapi kenapa belum punya pacar?” tanya tante lagi.
“Banyak sih yang ngajak jalan, tapi aku tidak mau,” jawabku.
“Apa kamu pernah kissing dengan perempuan, Roy?” tanya tante Rina pelan sambil wajahnya didekatkan ke wajahku.
Bibir kami hampir bersentuhan. Aku tak menjawab.
“Ni tante lagi horny kayaknya…” pikir aku.
Tanpa banyak kata, aku cium bibir tante
Rina. Tante Rinapun langsung membalas ciumanku dengan hebat. Permainan
lidah dan sedotan bibir kami main mainkan.. Sementara tanganku segera
masuk ke balik kimono tante Rina. Lalu masuk lagi ke dalam BH-nya. Lalu
ku remas-remas buah dadanya dengan mesra sambil ujung jari aku memainkan
puting susunya.
“Mmhh..”
Suara tante Rina mendesah tertahan
karena kami masih tetap berciuman. Tangan tante Rinapun tidak diam.
Tangannya meremas kontolku dari luar celana kolorku. kontolku langsung
tegang.
“Roy, pindah ke kamar tante, yuk?” pinta tante Rina.
“Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Rina.
“Iya tante…” jawabku. Lalu kami segera naik ke loteng ke kamar tante Rina.
Setiba di kamar, tante Rina dengan tak
sabar segera melepas kimono dan BH serta CD-nya. Akupun segera melepas
semua pakaian di tubuh aku.
“Ayo Roy, tante sudah gak tahan…” ujar tante Rina sambil senyum, lalu merebahkan badannya di kasur.
Aku segera menindih tubuh telanjang
tante Rina. Aku cium bibirnya, pindah ke pipi, leher, lalu turun ke buah
dadanya. Aku jilat dan hisap puting susu tante Rina sambil meremas buah
dada yang satu lagi.
“Ohh.. Mmhh.. Royy.. Kamu pinter amat sih.. Mmhh…” desah tante Rina sambil tangannya memegang kepala aku.
Lalu lidahku turun lagi ke perut, lalu
ketika mulai turun ke selangkangan, tante Rina segera melebarkan kakinya
mengangkang. memek tante Rina bersih tidak berbau. Bulunya hanya
sedikit sehing nampak jelas belahan memeknya yang bagus. Aku segera
jilati memek tante Rina terutama bagian kelentitnya.
“Ohh.. Sayang.. Enakkhh.. Mmhh.. Terus sayang…” desah tante Rina sambil badannya mengejang menahan nikmat.
Tak berapa lama tiba-tiba tante Rina mengepitkan kedua pahanya menjepit kepalaku. Tangannya menekan kepalaku ke memeknya.
“Oh, Roy.. Tante keluar.. Nikmat sekali.. Ohh…” desah tante Rina.
Aku bangkit, mengusap mulut aku yang
basah oleh air memek tante Rina, lalu aku tindih badannya dan kucium
bibirnya. Tante Rina langsung membalas ciumanku dengan mesra.
“Isep dong kontol Roy, tante…” pintaku.
Tante Rina mengangguk sambil tersenyum.
Lalu aku kangkangi wajah tante Rina dan ku sodorkan kontolku ke
mulutnya. Tante Rina langsung menghisap dan menjilati kontolku dan
mengocok dengan tangannya sambil memejamkan matanya. Sangat enak
rasanya. Cara menghisap dan menjilat kontolnya lebih pintar dari mama.
“Udah tante, Roy udah pengen setubuhi tante…” kataku.
Tante Rina melepaskan genggamannya, lalu aku arahkan kontol aku ke memeknya.
“Ayo, Roy.. Tante sudah tidak tahan…” bisik tante Rina.
Lalu, bless.. sleb.. sleb.. sleb.. kontolku keluar masuk memek tante Rina.
“Roy kamu pinter menyenangkan perempuan. Kamu pandai memberikan kenikmatan…” kata tante ditengah-tengah persetubuhan kami.
“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.
“Ah, biasa saja, tante…” ujarku sambil tersenyum lalu ku kecup bibirnya.
Selang beberapa lama, tiba-tiba tante Rina mempercepat gerakannya. Kedua tangannya erat mendekap tubuhku.
“Roy, terus setubuhi tante.. Mmhh.. Ohh.. Tante mau keluar.. Ohh.. Ohh. Ohh…” desahnya.
Tak lama tubuhnya mengejang. Pahanya erat menjepit pinggulku. Sementara akau terus memompa kontolku di memeknya.
“Tente udah keluar, sayang…” bisik tante Rina.
“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Rina.
“Terus setubuhi tante, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.
“Kamu hebat.. Kuat…” ujar tante Rina.
“Terus setubuhi tante, Roy.. Puaskan diri kamu…” ujarnya lagi.
Tak lama akupun mulai merasakan kalo aku akan segera orgasme. Kupertcepat gerakanku.
“Roy mau keluar, Tante…” kataku.
“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Rina.
“Cabut dulu…” ujar tante Rina.
“Sini tante isepin…” katanya lagi.
“Jangan keluarkan di dalam, sayang…” pinta tante Rina.
“Cabut dulu…” ujar tante Rina.
“Sini tante isepin…” katanya lagi.
Aku cabut kontolku dari memeknya, lalu
aku arahkan ke mulutnya. Tante Rina lalu menghisap kontolku sambil
mengocoknya. Tak lama, crott.. crott.. crott.. crott.. Air maniku keluar
di dalam mulut tante Rina banyak sekali. Aku tekan kontolku lebih dalam
ke dalam mulut tante Rina. Tante Rina dengan tenang menelan air maniku
sambil terus mengocok kontolku. Lalu dia menjilati kontolku untuk
membersihkan sisa air mani di kontolku. Sangat nikmat rasanya besetubuh
dengan tante Rina.
Aku segera berpakaian. Tante Rina juga segera mengenakan kimononya tanpa BH dan CD.
“Kamu hebat, Roy.. Kamu bisa memuaskan tante,” ujar tante Rina.
“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.
“Kapan saja tante mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.
“Terima kasih, sayang,” ujar tante Rina.
“Roy kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.
“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.
“Kalo tante butuh kamu lagi, kamu mau kan?” tanya tante sambil memeluk aku.
“Kapan saja tante mau, Roy pasti kasih,” kataku sambil mengecup bibirnya.
“Terima kasih, sayang,” ujar tante Rina.
“Roy kembali ke kamar ya, tante? Mau tidur,” kataku.
“Iya, sana tidur,” katanya sambil meremas kontolku mesra. Kukecup bibirnya sekali lagi, lalu aku segera keluar.
Besoknya, setelah Papa pergi ke kantor, mama duduk di sampingku waktu aku makan.
“Roy, semalam kamu ngapain di kamar tante Rina sampe subuh?” tanya mama mengejutkanku.
Aku terdiam tak bisa berkata apa-apa.
Aku sangat takut dimarahi mama. Mama tersenyum. Sambil mencium pipiku,
mama berkata,”Jangan sampai yang lain tahu ya, Roy. Mama akan jaga
rahasia kalian. Kamu suka tante kamu itu ya?” tanya mama. Plong rasanya
perasaanku mendengarnya.
“Iya, Ma.. Roy suka tante Rina,” jawabku.
“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.
“Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.
“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.
“Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.
“Terima kasih ya, Ma…” kataku.
“Roy sayang mama,” kataku lagi.
“Roy, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.
“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.
“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap kontolku.
“Roy akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.
“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..
“Baiklah, mama akan pura-pura tidak tahu tentang kalian…” ujar mama.
“Kalian hati-hatilah…” ujar mama lagi.
“Kenapa mama tidak marah,” tanya aku.
“Karena mama pikir kamu sudah dewasa. Bebas melakukan apapun asal mau tanggung jawab,” ujar mama.
“Terima kasih ya, Ma…” kataku.
“Roy sayang mama,” kataku lagi.
“Roy, tante dan Papa kamu sedang keluar.. Mau bantu mama gak?” tanya mama.
“Bantu apa, Ma?” aku balik tanya.
“Mama ingin…” ujar mama sambil mengusap kontolku.
“Roy akan lakukan apapun buat mama…” kataku. Mama tersenyum.
“Mama tunggu di kamar ya?” kata mama. Aku mengangguk..
Sejak saat itu hingga saat ini aku
menikah dan punya 2 anak, aku tetap bersetubuh dengan tante Rina kalau
ada kesempatan. Walau sudah agak berumur tapi kecantikan dan kemolekan
tubuhnya masih tetap menarik. Baik itu di rumah tante Rina kalau tidak
ada Om, di rumah aku sendiri, ataupun di hotel.
Sedangkan dengan mama, aku sudah mulai
jarang menyetubuhinya atas permintaan mama sendiri dengan alasan
tertentu tentunya. Dalam satu bulan hanya 2 kali. Itulah pengalaman
kisah nyata aku. Aku tuliskan dengan sebenarnya.
BalasHapusModel Majalah Dewasa
Video Mesum Indonesia
Inilah Foto Topless Pamela Safitri Duo Srigala
Video Tersembunyi di Pijat Plus-Plus
Luar Biasa Begini Cara Seleksi Therapist Spa Plus-Plus
Inilah Foto Pemerkosaan Yang Dilakukan 2 Mahasiswa Di Amerika
Inilah Foto Pemerkosaan Di Restoran China
Inilah Foto Polisi Meksiko Bercinta Di Pinggir Jalan
Inilah Foto Pasangan Australia Tertangkap Basah Berhubungan Seks Di Jalan
Inilah Foto Seksi Echa Frauen di Majalah Max
Inilah Foto Pose Seksi SPG Seoul Motor Show 2015
Inilah Foto Gadis 16 Tahun Yang Diperkosa Bapak Angkat
Inilah Foto Kayla Mooney Guru Cantik Yang Cekoki Muridnya Dengan Miras Kemudian Bercinta
Inilah Foto Pasangan Muda Berhubungan Seks Di Jalan
Luar Biasa Iwan Sering Mengintip Tetangganya Sedang Mandi
Aduhai Cantiknya Gadis Cleaning Service Ini
Astaga Makanan Untuk Bebek Disajikan Untuk Manusia
Aneh Pria Ini Menari Dengan Telanjang Bulat Di Depan Kamera Pengawas Lalu Lintas
Astaga Diperkirakan Angin Topan Masyak Menerjang Filipina
Wow Suami Istri Nekat Mandi Di Kolam Air Mancur Tengah Kota
Luar Biasa Eko Bisa Menghasilkan 150 Juta Dari Akun Facebook