Semua berawal pada suatu ketika dimana
aku dan istriku pindah ke sebuah rumah kost di sebuah kota besar, sebut
saja kota X, dimana aku harus pindah ke kota itu karena tempat kerjaku
menugaskan aku untuk menjadi kepala cabang di kantor yang baru. Kost
yang kami tempati ini memang khusus untuk karyawan dan juga keluarga
oleh sebab itu kost ini sangat lengkap mulai dari dapur hingga kamar
mandi dalam semua ada. Sudah sebulan kami tinggal disini, aku dan
istriku sudah mulai terbiasa bergaul dengan para tetangga kost kami.
“Pagi mas Ridwan. Berangkat kerja?” sapa seorang perempuan. Dia adalah
istri tetangga kost kami yang bernama Susno, perempuan ini sendiri
bernama Safitri. “Iya nih mbak. Mau bareng?” tanyaku kepada Safitri atau
mbak Fitri begitu kami biasa menyapanya. Memang lokasi kerjanya
berdekatan dengan kantorku. Mbak Fitri lalu mengangguk tanda setuju,
“Boleh mas. Tapi nggak apa-apa nih nebeng di mobilnya mas Ridwan? Ntar
mbak Nia marah lagi.” Kata mbak Fitri kepadaku. Aku hanya tertawa karena
saat itu Nia, istriku juga berada disampingku. Nia ikut tertawa
mendengar candaan mbak Fitri.
Aku dan Nia memang pasangan baru. Kami
baru menikah 1 tahun lalu dan belum dikaruniai seorang anak. Istriku Nia
berusia 27 tahun, 2 tahun lebih muda dariku. Sementara itu pasangan
Susno dan Safitri berusia sekitar 32 tahun dan 29 tahun. Jadi bisa
dibilang mbak Fitri itu seumuran denganku. Suaminya, Susno memang tidak
bekerja karena sudah satu tahun ini dia di PHK, makluk sedang krisis
ekonomi jadi banyak PHK dimana-mana. Dulunya dia bekerja di perusahaan
plastik sementara istrinya bekerja sebagai pegawai perusahaan keuangan
yang cukup terkenal di Indonesia walaupun dia hanya sebagai bawahan.
Sesampainya di kantor aku berpisah dengan mbak Fitri yang memang
berjalan kaki dari kantorku menuju kantor tempat dia bekerja. Beberapa
karyawan melirik kearah kami dan aku yakin mereka bertanya-tanya siapa
sebenarnya perempuan yang dibawa atasannya itu. Aku sih tidak ambil
pusing karena memang pada dasarnya Safitri memang cukup cantik walaupun
tidak secantik istriku. Namun body nya memang lebih yahud dan berisi.
Terutama buah dadanya yang sedari tadi
kuperhatikan sekitar F-Cup jauh lebih besar dibandingkan istriku yang
cuman C-Cup. Ah ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku malah kepikiran
mengenai tubuh istri orang. Akhirnya aku masuk juga ke gedung kantorku
sambil berusaha melepaskan pikiran mesum itu dari otakku. Hari demi hari
berlalu dan aku sering sekali berangkat bareng dengan mbak Fitri,
memang sih baik istriku maupun suami mbak Fitri tidak pernah cemburu
atau keberatan. “Kasihan mbak Fitri mas kalau sendirian jalan.” Kata
istriku saat aku bilang apa dia keberatan kalau aku berangkat bareng
dengan mbak Fitri. Memang sih dari tempat kost kami untuk mencapai
daerah tempat kerjaku harus jalan sekitar 100 meter menuju jalan besar
yang kemudian harus naik angkot sebanyak dua kali agar bisa sampai ke
daerah tujuan kami. Aku bisa membayangkan kalau Mbak Fitri berangkat
kerja sebelum ada aku dulu seperti apa susahnya. Pagi hari itu aku
seperti biasa bersiap untuk ke kantor dan istriku membawakan aku bekal
makan siang.
Nia memang juru masak yang handal.
Selama ini aku tidak menolak tiap kali dia membawakan bekal karena
memang masakannya luar biasa enak, maklum setahun kursus masak waktu
kuliah dulu. “Mas, maaf udah nungguin lama yah? Habisnya mas Susno tadi
rewel terus minta dilayanin sih. Maaf ya kalo kelamaan nunggunya.” Kata
mbak Fitri ramah. Aku kaget juga melihat penampilan mbak Fitri kali ini.
Memang dia mengenakan pakaian kerja tetapi rok nya kulihat lebih pendek
dari biasanya begitu juga dengan kerah bajunya seperti lebih lebar dan
terkesan lebih turun. Mbak Fitri lalu mengenakan sepatunya dengan posisi
setengah menungging. Aku yang saat itu sedang berdiri didepannya,
kontan saja melihat pemandangan aduhai dari depan. Sepasang payudara
mbak Fitri seperti menggelantung seolah ingin melepaskan dirinya dari
bra warna ungu yang membungkusnya. Besar dan bentuknya indah sekali,
batinku dalam hati. Mas Susno benar-benar beruntung memiliki istri
seperti mbak Safitri.
Sudah cantik, bodynya bagus, dadanya juga besar, pastilah hebat saat bermain diranjang. Sesaat aku membandingkan dengan istriku. Penyesalan muncul dibenakku. Akh, lelaki macam apa aku ini, membayangkan istri orang lain sementara aku sendiri sudah beristri dan istrikupun juga selalu setia terhadapku. Bahkan akhir-akhir ini setidaknya seminggu belakangan ini istriku terasa lebih hangat dari sebelumnya. Kami menjadi seperti pasangan suami istri baru lagi. Tadi malam saja dia minta untuk bercinta sampai dua kali padahal sebelumnya paling tiga atau empat hari sekali. Entah apa yang mempengaruhi hasrat seksualnya sekarang ini. “Wah kok macet ya? Padahal kalau lewat jalan ini nggak macet tuh jam segini.” Celetukku pelan. Mbak Fitri tersenyum terus meneruskan membaca buku laporan keuangan yang dia pegang. Sesekali aku melirik kearah pahanya yang tersingkap karena mobilku ini memang tempat duduknya cukup rendah jadi aku bisa melihat paha mulus mbak Fitri dengan jelas.
Sudah cantik, bodynya bagus, dadanya juga besar, pastilah hebat saat bermain diranjang. Sesaat aku membandingkan dengan istriku. Penyesalan muncul dibenakku. Akh, lelaki macam apa aku ini, membayangkan istri orang lain sementara aku sendiri sudah beristri dan istrikupun juga selalu setia terhadapku. Bahkan akhir-akhir ini setidaknya seminggu belakangan ini istriku terasa lebih hangat dari sebelumnya. Kami menjadi seperti pasangan suami istri baru lagi. Tadi malam saja dia minta untuk bercinta sampai dua kali padahal sebelumnya paling tiga atau empat hari sekali. Entah apa yang mempengaruhi hasrat seksualnya sekarang ini. “Wah kok macet ya? Padahal kalau lewat jalan ini nggak macet tuh jam segini.” Celetukku pelan. Mbak Fitri tersenyum terus meneruskan membaca buku laporan keuangan yang dia pegang. Sesekali aku melirik kearah pahanya yang tersingkap karena mobilku ini memang tempat duduknya cukup rendah jadi aku bisa melihat paha mulus mbak Fitri dengan jelas.
“Eh mas. Sepertinya ada demo deh disana?
Waduh bakalan telat kalo gini.” Mbak Fitri kelihatan mulai khawatir.
Memang benar ada demo di persimpangan jalan didepan kami. Entah apa
topik demonya karena aku juga tidak begitu peduli lagi, yang kupedulikan
hanyalah pekerjaanku di kantor dan kesempatan lirik-lirik paha mbak
Fitri. Lumayan buat selingan, batinku. Habis sudah rasa penyesalanku
tadi. Untungnya kami sampai kantor tepat pada waktunya. Kali ini sampai
di kantor ada kejutan yaitu temanku waktu kuliah dulu yang sekarang
bekerja sebagai manager sebuah perusahaan kimia swasta berkunjung. “Wah,
Rid, sekarang kamu udah sukses ya. Sudah jadi pimpinan cabang sekarang.
Hahaha…” seloroh sobatku yang satu ini. Aku hanya membalasnya ringan,
aku memang bukan tipe orang yang suka memamerkan prestasi sih. “Eh,
cewek yang tadi bareng sama kamu itu siapa sih? Kece juga tuh cewek.
Bodynya keren dan wajahnya juga mantap punya tuh. Siapa sih? Kenalin
donk!” goda Iwan temanku ini.
Aku hanya tersenyum simpul saja tapi dia
malah semakin penasaran dan membombardirku dengan berbagai pertanyaan
susulan. “OK, OK, gua jawab. Dia tuh tetangga kost gua. Dia tinggal di
kamar sebelah kamar kost gua. Lagian dia kerja didekat sini maka dari
itu gua anterin dia kesini barengan ma gua. And sekedar informasi, dia
udah punya suami bro.” kataku menjelaskan daripada nanti di berondong
pertanyaan lagi. “Heh? Emangnya istrimu nggak cemburu tuh? Kalian khan
pasangan muda, biasanya istri suka cemburu kalau suaminya bareng cewek
lain yang cantik. Khan bawaan dari masa pacaran masih ada hahaha…” Iwan
kembali menggodaku sambil melihat-lihat foto-foto di dinding ruang
kantorku. Aku hanya menghela nafas saja, “Istriku nggak seperti itu
lagi. Dia orangnya kagak pencemburu. Dia juga yang nyuruh gua buat
nganterin mbak Fitri dari pada ntar dia jalan sendiri khan kasihan.”
Kataku padanya. Iwan tertawa lagi, “Wah boleh juga tuh. Kalo ntar aku
punya istri aku pengin kaya istrimu tuh, orangnya nggak cemburuan.
Nggak kaya pacarku sekarang ini,
cemburuannya minta ampun. Tiap jam telepon terus kalau nggak ya sms.
Dikira aku pembantunya apa yah…” selorohnya sambil tertawa. Memang sih
pacar Iwan pencemburu berat padahal sudah pacaran selama 3 tahun lebih.
“Tapi Rid…” Iwan menimpali lagi, “Memangnya kamu nggak ada rasa tertarik
sama mbak Fitri itu? Dia cantik lho dan seksi lagi. Bayangin aja kalau
kamu di ranjang dilayanin dia sama istrimu…pasti seru
tuh…hahahaha….threesome gitu.” Katanya lagi. Aku memang tidak kaget
dengar ucapan itu dari Iwan karena sejak waktu kuliah dulu memang
mulutnya sering mengeluarkan ucapan-ucapan seronok apa adanya. Dia
paling gemar berbicara soal seks walaupun tidak pernah berhubungan seks
dengan perempuan manapun selama ini. “Halah…lo ini ngomong apaan sih.
Mana mau istri gua diajakin threesome. Dia orangnya konvensional kok.”
Kataku pada Iwan. Memang selama ini istriku selalu konvensional dalam
bermain cinta. Selama satu tahun ini kami hanya bermain cinta
menggunakan gaya-gaya yang itu-itu saja.
Kecuali dua hari terakhir ini dimana
kami berdua menggunakan gaya baru sama sekali dalam bercinta dan memang
efeknya dahsyat. Aku sendiri tidak tahu dari mana dia mendapatkan gaya
tersebut. Sesiang ini aku memikirkan ucapan sahabatku itu. Threesome,
sepertinya menarik tapi mana mau istriku melakukannya. Lagipula mana mau
mbak Fitri melakukannya karena didekat kami juga terdapat suaminya.
Tentu saja resiko sangat tinggi jika suaminya sampai tahu mengenai hal
ini. Sore harinya aku mendapat kejutan keduaku. Mbak Fitri datang
berkunjung ke kantorku. Memang kala itu kantorku sudah tutup dan tinggal
aku bersama dengan dua orang satpam diluar dan dua orang petugas
cleaning service. “Lho, mbak Fitri belum pulang? Ini khan sudah jam 5
sore. Bukannya mbak Fitri selesai kerja jam 4 tadi?” kataku sambil
mempersilakan perempuan cantik ini masuk kantor kerjaku. Mbak Fitri
tersenyum manis, “Iya nih mas. Tadi saya telat pulang karena pembukuan
akhir bulan masih menumpuk lalu saya kerjain aja sekalian biar besok
lebih senggang waktunya. Kirain mas Ridwan belum selesai kerjanya
ternyata sudah ya…”
“Akh, ini mbak, biasa tender dengan
klien sudah selesai dan rapatnya diundur tiga hari lagi karena klien
yang satunya berhalangan hadir. Sebenarnya sih jadwalnya pulang jam 6
nanti tapi kalau sudah tidak ada yang dikerjakan ya mau apalagi.” Kataku
menjelaskan. Memang para karyawan sudah pulang sejak jam 4 tadi
sementara aku tetap disini karena menghindari macet dan biasa mulai
pulang jam 7 atau setengah 7 untuk menghindari kemacetan. “Ohh gitu.
Kirain sedang ada apa. Wah berarti saya mujur dong karena nggak
ketinggalan hehehe…” kata mbak Fitri bercanda. Dalam hatiku sih aku
senang-senang saja malam ini dia pulang bareng denganku karena malam ini
dia pakai pakaian yang sangat seksi. Kenapa harus dilewatkan, iya khan?
Kami lalu ngobrol berdua di ruangan kantorku sambil minum sereal hangat
yang kubuat. Sesekali mbak Fitri mengalihkan silangan kakinya dari kiri
ke kanan saat itulah aku bisa melihat jelas celana dalam mbak Fitri
karena kami duduk berhadap-hadapan.
Pahanya yang mulus putih itu semakin
lama membuatku semakin tak kuasa menahan rasa ingin memeluknya dan
mencumbu perempuan cantik ini dan mengabaikan kalau dia ini istri orang
lain. Jam sudah menunjukkan pukul 6 malam. Masih tersisa waktu setengah
jam lagi untuk kami berduaan. Serasa hatiku ini tidak rela untuk pulang
dan ingin berlama-lama dengan wanita didepanku ini. Aku tahu ini salah
tetapi hasrat sebagai seorang lelaki membuatku tak dapat berpikir
jernih. “Mas, gimana kalau sambil menunggu jam tujuh kita makan dulu.
Didepan kantor ada warung makan yang enak.” Usul mbak Fitri kepadaku.
Aku sih setuju-setuju saja. Lagipula perutku juga sudah mulai lapar.
Padahal biasanya aku betah-betahin untuk menahan lapar sehingga sampai
dirumah nanti bisa makan masakan istriku. Tetapi kali ini berbeda. Jadi
juga akhirnya kami berdua makan di warung makan itu. Walaupun tidak
begitu besar tetapi bersih dan masakannya juga enak walaupun tidak
seenak masakan istriku tentunya. “Sudah jam 7 kurang 15 menit.
Kita masuk mobil saja dulu sepertinya
jalanan sudah mulai longgar tuh.” Kataku pada Mbak Fitri. Perempuan ini
mengangguk setuju dan akhirnya kami masuk ke mobil sedanku. Sebuah
peristiwa tak terduga terjadi secara tak sengaja. Mbak Fitri tersandung
saat akan masuk kedalam mobil. Tubuhnya terhempas kedepan dan menindih
aku yang sudah duduk di kursi. Untung saja kepalanya tidak terantuk
setir mobilku. Namun yang membuatku gugup adalah kepalanya pas sekali
ambruk di atas selangkanganku. Tanganku juga tak sengaja tertindih
payudaranya yang besar itu. Entah apa yang merasukiku, tanganku tanpa
dapat kukendalikan lagi meremas payudara perempuan ini. Mbak Fitri
melenguh pelan lalu bangkit dari terpuruknya. Wajahnya memerah
sepertinya menahan malu. Aku sendiri juga malu setelah sadar kalau
batang kemaluanku ternyata sudah tegang saat wajah mbak Fitri tanpa
sengaja menyentuh selangkanganku ini. Kami berdua terdiam cukup lama di
dalam mobil ini. Aku mencoba membuka percakapan dan saat itulah kami
bertatapan muka. Pandangan kami beradu cukup lama.
Entah apa yang mempengaruhiku, aku mulai
berani mendekatkan wajahku kepadanya. Sesaat kemudian bibir kami saling
bersentuhan. Setan apa yang mendorongku aku sendiri juga tidak tahu.
Yang jelas selang beberapa detik saja kami sudah saling melumat bibir
satu sama lain. Mobil itu menjadi saksi betapa panasnya ciuman kami
berdua, diluar dugaan Mbak Fitri sangat mahir dalam berciuman. Dia juga
tidak sungkan ketika aku menggunakan lidahku dalam berciuman. Tidak
cukup hanya itu, tanganku sudah mulai meraba payudara Mbak Fitri lagi
yang saat itu masih berbalutkan pakaian kerja. Aku copot jas kerjanya
lalu satu demi satu kancing kemeja Mbak Fitri aku lepaskan hingga
sekarang tinggal bra warna krem-lah yang menjadi penghalang mataku
dengan payudara indah wanita cantik ini. Remasan-remasan tanganku
sepertinya sudah berhasil membangkitkan gairah terpendam milik Mbak
Fitri. Dia semakin liar saja. Bahkan tangannya sudah berani mengusup
kedalam celana panjangku dan hanya butuh waktu beberapa detik saja
sebelum akhirnya dia berhasil menemukan batang penisku yang memang bukan
hanya sudah tegang tetapi sudah basah.
Mbak Fitri tersenyum begitu tahu kalau
aku juga terangsang berat. Lalu dia merebahkan kursinya dan mencopot bra
yang dia pakai sehingga aku bisa dengan leluasa menikmati pemandangan
indah tersebut. Buah dada Mbak Fitri memang benar-benar besar. Sesuai
dengan dugaanku yaitu F-Cup. Aku tak sabar ingin meremas dan menciumi
payudara indah tersebut beserta puting susunya yang sudah tegang
menantang itu. Sesekali tubuh Mbak Fitri membusung tiap kali aku
menghisap puting susunya yang mancung itu. Tanganku meraba vagina wanita
cantik ini dan ternyata celana dalamnya sudah basah sekali. Tanpa pikir
panjang segera ku singkap rok mininya itu sehingga tersingkap keatas
lalu kutarik celana dalamnya hingga lepas. Sekarang bukan cuma payudara
Mbak Fitri yang terlihat jelas tetapi juga vaginanya dapat jelas
kulihat. Perempuan ini masih sedikit malu-malu ketika aku berhasil
melucuti celana dalamnya. Sebelah tangannya berusaha untuk menutupi
vaginanya yang tercukup rapi itu. Namun aku tak ambil pusing, jemariku
segera bekerja disana.
Jari telunjuk dan jari kelingkingku
membuka bibir vagina Mbak Fitri yang sudah basah itu sementara jaru
tengan dan jari manisku kuarahkan kedalam vaginanya. Dengan gerakan
menusuk-nusuk membuat mbak Fitri semakin kalang kabut dibuatnya. Desahan
demi desahan tak terhindarkan lagi keluar dari mulutnya.
“Akhh..Mas..jangan disitu…akhhh…” desahnya lagi saat jemariku berkarya
di liang kewanitaannya. Cairan pelumas segera kembali meluber membasahi
bibir vagina wanita cantik ini. Memang soal permainan jari aku sudah
ahli. Istriku saja sampai kubuat orgasme dengan jari saja. Klitorisnya
mulai menegang dan tanda dia akan orgasme semakin dekat saja. Beberapa
menit kemudian berkat permainan jemariku di vaginanya ditambah dengan
cumbuan tangan dan bibir beserta lidahku di sepasang payudaranya, Mbak
Fitri mencapai klimaksnya. Dia mendesah cukup keras sambil menahan
jeritan nikmat. Bibir bawahnya dia gigit sendiri menahan sensasi
kenikmatan yang meluap dari dalam dirinya. Tubuhnya mengejang sesaat
lalu setengah menit kemudian dia lemas.
Peluh membasahi tubuh seksi dan montok
wanita ini. Mbak Fitri akhirnya mencapai klimaksnya hanya dengan petting
saja. Aku tersenyum melihatnya terduduk lemas di bangku mobilku yang
sudah disandarkan. “Mbak Fitri benar-benar hebat. Mas Susno beruntung
punya istri secantik dan seseksi mbak Fitri.” Pujiku. “Aku sebenarnya
sudah lama suka dengan mbak Fitri hanya saja selalu kutahan, sekarang
aku sudah puas bisa bermesraan dengan wanita secantik mbak ini.” Pujiku
lagi. Wajah mbak Fitri memerah entah karena pergumulan tadi atau karena
menahan malu karena sudah menyerahnya separuh dirinya padaku padahal dia
punya seorang suami yang menunggunya dirumah. “Mas Ridwan ini memujinya
kok tinggi banget sih? Ntar aku jadi ke ge-er-an lho. Lagian mas Ridwan
khan juga punya istri cantik. Pasti mbak Nia juga setiap malam
merasakan keahlian tangan mas Ridwan ini, beruntungnya mbak Nia ya…”
ujar Mbak Fitri. Aku tersanjung dibuatnya karena dia mengakui kehebatan
jemariku ini. Belum sempat aku bicara tiba-tiba tangan Mbak Fitri
menyentuh penisku lalu dengan cekatan dia mengocoknya perlahan.
Batang kejantananku yang sebelumnya
sudah setengah tiang sekarang kembali perkasa hanya dengan sedikit
sentuhan dan rangsangan dari Mbak Fitri. Lalu tanpa kuduga Mbak Fitri
mengarahkan bibirnya ke ujung penisku dan menciumnya perlahan lalu
lidahnya bermain di ujung penisku itu dan pada akhirnya seluruh batang
kemaluanku itu dilumatnya masuk kedalam mulut wanita cantik ini. Rasanya
bagaikan di awang-awang. Disertai dengan rangsangan tangannya pada buah
zakarku, mulut Mbak Fitri maju mundur seolah mengocok penisku sembari
dari dalam, lidahnya tak henti-hentinya melumat batang kemaluanku ini.
“Mbak Fitri…akhhh…” desahku menahan rasa nikmat. Tak butuh waktu lama
sampai akhirnya aku merasa akan mencapai klimaks. Lalu Mbak Fitri
mencabut penisku dari mulutnya begitu dia tahu kalau aku sudah nyari
ejakulasi. Aku lalu mengarahkan penisku ke belahan payudaranya. Mbak
Fitri lalu menggunakan himpitan sepasang payudaranya untuk mengocok
batang penisku ini. “Keluarin aja semua mas. Aku pengen mas Ridwan juga
merasakan nikmat seperti yang aku rasakan tadi.” Kata Mbak Fitri sambil
sesekali menjilati ujung kemaluanku.
“Akhh..mbak…aku keluar…akhhh…” racauku
sambil kedua tanganku menekan pundak Mbak Fitri. Batang kemaluanku
berdenyut sangat cepat lalu cairan putih kental menyembur membasahi
sepasang buah dada wanita cantik ini bahkan beberapa sempat menyemprot
kearah wajah Mbak Fitri. “Maaf mbak. Tadi nggak sempet aku kontrol.
Wajah mbak jadi kotor deh.” Kataku meminta maaf. Mbak Fitri hanya
tersenyum sambil membersihkan wajahnya dengan tissue sementara aku
membantu membersihkan payudaranya dengan tissue juga. “Nggak apa-apa
kok. Kalau mas Susno sering nakal sih menyemprotkan didalam mulut tanpa
bilang-bilang padahal saya nggak suka dengan rasanya, jadi pengen muntah
mas.” Sahutnya pelan. “Mungkin karena belum biasa aja kali mbak.”
Kataku. Padahal istriku sendiri juga tidak pernah mau menelan spermaku.
Dia selalu marah-marah ketika aku tanpa sengaja atau sengaja
menyemprotkan cairan maniku kedalam mulutnya ketika melakukan oral seks.
Akibatnya dia sering kali menolak melakukan oral seks tersebut. Jam
sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam.
Kami lalu merapikan diri dan bergegas
pulang. Sepanjang perjalanan aku tak henti-hentinya meraba-raba payudara
Mbak Fitri yang sudah terbungkus oleh bra itu. Wanita cantik itu hanya
tersenyum melihat ulahku. Dia sempat membalas dengan meraba dan mengocok
kembali penisku namun karena aku nyaris kehilangan kendali atas setir
mobilku maka niatan itu dia hentikan. Sesampainya dirumah, Mbak Fitri
langsung masuk kamarnya sementara aku sudah ditunggu istriku. “Mas, kok
baru pulang? Macet ya?” tanya istriku, aku hanya mengiyakan saja.
Seandainya dia tahu kalau aku habis petting habis-habisan dengan Mbak
Fitri entah apa yang akan dia lakukan. Malam itu istriku tumben tidak
meminta jatah malamnya. Tapi bagiku tidak masalah karena aku sudah
mendapatkan dari Mbak Fitri walaupun hanya sebatas blow job saja. Dua
hari kemudian, tepat akhir pekan, pekerjaanku sepertinya sudah selesai
semua dan aku mempunyai waktu luang cukup banyak. Semua laporan dan
pembukuan sudah ditangani dan sejak jam 12 siang aku sudah bebas dari
pekerjaan.
Sebenarnya aku bisa saja pulang namun
aku iseng ingin kembali mengulang kebersamaanku dengan mbak Fitri tempo
hari. Iseng-iseng aku telepon Mbak Fitri lewat telepon kantorku dan dia
menyahutnya. Ternyata Mbak Fitri juga sedang senggang. Lalu kami makan
siang berdua. “Wah kebetulan mas, saya juga sedang nggak ada kerjaan.
Maklum selama dua hari terakhir ini selalu lembur jadi semua laporan
sudah selesai. Mas sendiri habis ini mau kemana?” tanya Mbak Fitri
diselang makan siang kami. “Hmmm, nggak tahu yah. Tapi kalau Mbak Fitri
memang udah nggak ada kerjaan gimana kalau kita keluar aja. Kebetulan
tadi ada selebaran promo mengenai tempat karaoke yang baru. Tempatnya
nggak begitu jauh dari sini dan katanya sih lumayan eksklusif gitu.”
Ajakku. Dalam hati aku berharap agar dia setuju. Mbak Fitri menghabiskan
minumannya lalu beranjak berdiri. “Boleh juga tuh mas. Ayo! Lagi pula
dari pada bengong di kantor.” Dia setuju dan dengan hati gembira penuh
pengharapan aku melajukan mobilku kearah tempat tujuan kami. Ternyata
tempat karaoke itu benar-benar eksklusif, jadi wajar saja kalau promonya
juga besar-besaran di perkantoran.
Aku lalu memesan kamar untuk kami berdua
selama dua jam. Pelayan disana lalu menyajikan menu minuman dan makanan
ringan untuk teman karaoke kami. Setelah selesai administrasinya kami
langsung menuju ke kamar yang di maksud. “Wah, gede juga yah. Ini sih
bisa untuk delapan sampai sepuluh orang mas.” Kata Mbak Fitri kepadaku.
Memang sih kamarnya cukup besar dengan televisi LCD ukran 30 Inchi dan
sound lengkap. Sofanya yang besar juga empuk bahkan pas buat tidur
sekalipun….tidur? Ya, pikiran itu terbersit di otakku baru saja. Selama
lima belas menit pertama kami hanya berkaraoke berdua sambil sesekali
menenggak minuman dalam botol. Aku tahu minuman itu mengandung alcohol
sekitar 5% namun Mbak Fitri sepertinya tidak sadar dan menganggap kalau
muniman itu hanyalah soft drink biasa. Setelah hampir dua botol minuman
itu habis kami tenggak, aku mulai melihat Mbak Fitri sudah mulai tipsy
walaupun belum sepenuhnya mabuk. Bicaranya mulai sedikit ngelantur. Aku
mempergunakannya untuk mendekatinya.
Sengaja aku mendekatkan wajahku dengan
wajahnya dan sesuai dugaanku tak butuh waktu lama untuk akhirnya kami
berdua berciuman dengan mesra atau lebih tepatnya dengan panas. Nafsu
sudah sampai diujung kepala dan tak tertahankan lagi. Baik aku maupun
Mbak Fitri masing-masing saling melucuti baju pasangannya. Sejak awal
memang aku sudah mengunci pintu kamar ini sehingga aku sudah bebas
kekhawatiran jika ada orang masuk. Sekarang dihadapanku adalah Mbak
Fitri yang sudah bugil total. Dia tidak mengenakan sehelai benangpun
ditubuhnya begitu juga denganku. Kami lalu berpagutan mulut kembali.
Lidah kami berdua saling melilit dan menjilat satu sama lain sementara
kedua tangan kami bergerilya ke area rawan pasangan masing-masing.
Tangan Mbak Fitri mulai mengocok penisku sementara tangan yang satunya
mengelus dadaku yang bidang ini. Sementara itu dia membiarkan kedua
payudaranya aku mainkan malah dengan tangannya dia mengarahkan sebelah
tanganku yang satu lagi untuk menstimulsi vaginanya yang sangat basah
itu. Kembali Mbak Fitri merasakan kenikmatan permainan tanganku yang
memang pernah membuatnya orgasme dua hari lalu. Sekarang tidak ada lagi
bunyi orang bernyanyi yang ada hanya bunyi desahan kami berdua yang
sedang berpacu dengan kenikmatan.
Aku lalu merebahkan tubuh Mbak Fitri ke
sofa yang lebar itu lalu mengangkat kedua tungkai kakinya dan
menyandarkan kedua tungkai kakinya tersebut ke pundakku. Perlahan aku
mengarahkan penisku kearah vagina Mbak Fitri namun Mbak Fitri sepertinya
sadar hal tersebut dan dengan kedua tangannya berusaha untuk menutupi
vaginanya agar aku tidak bisa penetrasi. “Mas Ridwan, jangan! Aku masih
belum siap. Aku nggak mau mengkhianati mas Susno lebih dari ini.” Ujar
Mbak Fitri sambil berusaha mencegahku. Namun nafsuku sudah sampai di
ubun-ubun membuatku tidak peduli lagi. Aku lalu menindih tubuhnya sambil
kedua tanganku menarik tangannya keatas kepala Mbak Fitri dan
mencekalnya supaya tidak berontak lagi sambil bibirku terus menjelajah
bibir, leher dan payudara wanita cantik ini. Akhirnya Mbak Fitri
kehabisan tenaga untuk melawan, mungkin juga karena dia sudah tipsy
sebelumnya. Wanita cantik itu hanya menyerah begitu saja ketika ujung
penisku mulai menyentuh bibir vaginanya yang merah merekah itu. Dengan
sedikit dorongan akhirnya kepala penisku masuk juga kedalam liang
senggamanya diiringi dengan desahan yang keluar dari mulut perempuan
seksi ini. “Mas Ridwan…akhhh…” desahnya sambil memalingkan mukanya
kesamping mungkin Mbak Fitri malu karena penisku sekarang sudah menjebol
batas kesetiaannya kepada suaminya. Sekarang penis pria yang bersarang
di vaginanya bukanlah milik suaminya melainkan milik orang lain.
“Mbak Fitri, ternyata vagina mbak Fitri
masih sempit ya. Mas Susno pasti senang tiap hari dapat jatah dari Mbak
Fitri.” Ujarku dan Mbak Fitri semakin malu dibuatnya. Wajahnya memerah
dan tak ada satu patah katapun terucap dari bibir manisnya itu.
“Akhhh…pelan mas…” ujar Mbak Fitri ketika aku mulai kembali mendorong
masuk batang penisku yang tersisa. Apa mungkin penisku ini lebih besar
dari milik Mas Susno atau memang vagina Mbak Fitri yang memang sempit.
Perlahan tapi pasti akhirnya aku berhasil melesakkan seluruh bagian
penisku kedalam vagina Mbak Fitri. Pelan-pelan aku mulai menyodok-nyodok
penisku yang bersarang di liang kewanitaan perempuan cantik ini.
Sekarang Mbak Fitri seolah tergolek tak berdaya di depanku. Aku
menindihnya dengan nafsu yang terus bertambah. Pompaanku yang semula
pelan sekarang sudah mulai cepat. Entah berapa kali pompaanku berhasil
membuat ujung penisku menyodok dinding rahim Mbak Fitri.
“Akhh..mas..pelan-pelan!” ucap Mbak Fitri lirih diiringi desahan
suaranya.
Suara seksi desahan yang keluar dari
mulut wanita ini bercampur dengan bunyi kecipak cairan kedua kemaluan
kami yang saling beradu. Suara khas orang bercinta ini memenuhi seluruh
ruangan. Untungnya ruangan ini kedap suara karena jika tidak maka bisa
terdengar diluar sana. Aku mengangkat tubuh Mbak Fitri hingga kami
sekarang duduk berhadap-hadapan sementara tubuhnya aku pangku dengan
pahaku. Aku tak henti-hentinya mengangkat-angkat pantatnya agar penisku
tetap bisa memompa vagina Mbak Fitri sambil sesekali menggoyangnya
kekiri dan kekanan sehingga ujung penisku ini bisa menelusuri dinding
liang senggama istri Mas Susno ini. Namun tak butuh waktu lama sampai
Mbak Fitri mulai terhanyut dalam permainanku dan dia dengan sukarela
menaik turunkan selangkangannya sendiri sehingga sekarang aku tinggal
menikmati pelayanan Mbak Fitri ini. Dengan gaya women on top perempuan
ini semakin beringas saja. Aku bisa melihat payudaranya bergoyang kesana
kemari karena ukurannya yang besar sehingga menjadikan pemandangan
seksi sekali bagiku karena milik istriku tidak sampai sehebat itu
berguncangnya.
Sambil tanganku meremas-remas buah
dadanya aku ikut membombardir vagina Mbak Fitri dari bawah. Cairan
kemaluan keluar deras dari vagina Mbak Fitri disertai tubuhnya yang
mengejang. Ternyata Mbak Fitri sudah mencapai klimaksnya kali ini. Namun
aku masih belum puas, lalu aku kembali menindih wanita cantik ini dan
kembali menumpangkan kedua tungkai kakinya di bahuku dan menindih tubuh
seksinya itu sehingga lutut Mbak Fitri sekarang menyentuh buah dadanya
sendiri. Lalu dengan tak kalah beringas aku memompa penisku didalam
vaginanya dengan cepat hingga beberapa menit kemudian aku merasakan
penisku mulai berkedut keras dan akhirnya menyemburkan cairan putih
kental di dalam rahim Mbak Fitri. Tak ada nada protes dari mulut Mbak
Fitri walaupun kala itu dia tahu kalau didalam rahimnya telah penuh
cairan spermaku. Beberapa bahkan mengalir keluar lewat bibir vaginanya.
Tak ada pikiran takut akan resiko hamilnya Mbak Fitri nanti. Kami berdua
hanya memikirkan kepuasan hasrat kami saja.
Sepuluh menit kemudian kami lalu
merapikan diri dan menyudahi acara karaoke ini walaupun baru satu jam
kurang lebih kami menggunakan ruangan tersebut. Setelah menyelesaikan
urusan administrasi kami segera cabut dari tempat itu dan pulang
kerumah. Hanya ada diam selama di dalam mobil yang melaju kala itu. Mbak
Fitri terdiam begitu juga dengan aku. Mungkin Mbak Fitri menyesali
semua keputusannya yang menyerahkan kesetiaan cintanya akan sang suami
dengan hasrat seksualnya denganku. Aku sendiri diam karena bingung harus
ngomong apa dengannya. Sesampainya dirumah kost, sepertinya rumah masih
sepi dan seluruh penghuni kost tidak ada dirumah. Maklumlah karena
semua penghuni kost merupakan karyawan dan jika ada pasangan suami istri
tinggal disana juga adalah pasangan muda yang baik lelaki maupun
perempuannya bekerja dan pulang biasanya jam 5 sore atau malam malahan.
Berarti tinggal ada istriku Nia dan suami Mbak Fitri, batinku dalam
hati. Ketika kami berdua melangkah dan mendekati kamar kami yang
bersebelahan, aku mendengar suara rintihan dan desahan dari kamar Mas
Susno dan Mbak Fitri.
Sepertinya Mbak Fitri juga mengetahui
hal tersebut dan memintaku agar berjalan perlahan. Bagaikan maling yang
mengincar barang berharga, kami berdua mengendap-endap mendekati jendela
kamar Mbak Fitri. Karena jendela bagian depan kamar tertutup rapat maka
kami memutuskan untuk mengintip dari bagian belakang. Bagian belakang
kamar mereka memang terdapat lubang kecil dengan ukuran sekitar
30cm-40cm yang dulu merupakan bekas exhause fan namun sekarang hanya
tinggal lubangnya saja. Semakin dekat dengan lubang itu aku semakin
mendengar jelas desahan yang keluar dari kamar itu. Itu jelas-jelas
desahan seorang wanita tetapi siapa? Semakin dekat aku semakin jelas dan
tiba-tiba terbersit dalam benakku kalau desahan dan rintihan wanita itu
seperti milik istriku, Nia. Desahan tersebut sangat mirip sekali dan
begitu aku mengintip lewat lubang tersebut benar saja aku kaget bukan
kepalang. Aku melihat Nia, istriku sedang disetubuhi oleh Mas Susno.
Keduanya sudah dalam keadaan telanjang. Suara televisi yang di nyalakan
tidak dapat mengelabui suara desahan yang keluar dari mulut mereka
berdua. Mereka sedang bercinta.
Istriku dengan posisi merangkak sedang
Mas Susno dibelakangnya terus membombardir vagina istriku dengan
sodokan-sodokan penisnya. Tubuh istriku yang langsing dan putih mulus
berkebalikan dengan tubuh Mas Susno yang cokelat kehitaman dan sedikit
gemuk. Mbak Fitri menahan rasa terkejutnya melihat suaminya bermain
cinta dengan wanita lain. “Akhh…mas Susno…terusss…masss..” desah
istriku. Aku tak percaya istriku meminta Mas Susno agar terus
menyetubuhinya. “Enak ya dik dientotin sama mas Susno? Kalau sampai Mas
Ridwan tahu gimana coba…hehe…” ujar Mas Susno sambil menyodok vagina
istriku dengan keras. Istriku menjerit kecil, “Akhh…nggak apa-apa. Mas
Ridwan juga jarang dirumah pulang baru…akhhh…nanti malam…” ujarnya
kemudian keduanya berciuman hangat. Brak!!! Keduanya kaget ketika pintu
dibuka oleh Mbak Fitri. Memang Mbak Fitri mempunyai kunci duplikat untuk
jaga-jaga seandainya dia pulang pas Mas Susno sedang pergi. Keduanya
kelimpungan mencari kain untuk menutupi tubuh mereka yang telanjang.
Namun selimut yang diraih Mas Susno sudah buru-buru di serobot oleh Mbak
Fitri.
Dalam kebingungan, istriku hanya
menangis lalu menghambur kearahku dan bersujud dikakiku sambil berlinang
air mata. Segala macam ucapan permintaan maaf keluar dari bibirnya.
Dadaku sesak melihat istriku yang telanjang ini telah habis di garap
oleh orang lain selain diriku. Namun terbersit ucapan Iwan tempo hari
mengenai variasi seks lalu aku mencegah saat Mbak Fitri akan melabrak
suaminya. Lalu meng-kode-nya agar dia tenang dan sepertinya dia tahu
maksudku. Lalu setelah menutupi tubu bugil Mas Susno dan istriku kami
menutup pintu kamar dan menanyai hubungan mereka berdua. Dari semua
pengakuan mereka ternyata hubungan Mas Susno dengan istriku baru
berlangsung dua hari yang lalu ketika aku telat pulang kantor. Sementara
itu istriku sudah terlanjur minum obat perangsang. Itu menjelaskan
mengapa hari-hari sebelumnya dia begitu hangat, ternyata dia meminum
obat perangsang dosis tinggi sehingga dia selalu minta jatah berulang
kali padaku dan dua hari lalu dia malah tidak minta sama sekali,
ternyata dia sudah memperoleh jatahnya dari Mas Susno, suami Mbak Fitri.
Bahkan sampai 4 kali dalam dua jam.
Aku lalu bertanya apakah mereka
menggunakan pelindung waktu itu dan mereka menjawab tidak karena istriku
mengatakan dia sudah meminum pil KB sebelum dan sesudah berhubungan
intim tersebut. Dia sama sekali tidak sengaja bercinta dengan Mas Susno
jika bukan karena pengaruh obat tersebut. Karena waktu itu Mas Susno
sedang datang untuk meminjam tang untuk memotong kawat sementara istriku
tidak tahu tempat penyimpanannya sehingga mereka berdua dikamar
mencarinya. Kala itu istriku hanya mengenakan daster untuk tidur karena
memang dia rencananya akan menyambut kepulanganku. Tak disangka yang
menuai malah Mas Susno. Sore itupun mereka berdua bercinta
habis-habisan. Dan peristiwa barusan juga karena istriku dan Mas Susno
berunding agar hal itu tidak terjadi lagi namun karena rayuan Mas Susno
akhirnya istriku takluk juga untuk kedua kalinya. Dan mereka berdua
bercinta habis-habisan lagi, hanya saja kali ini sudah ketahuan terlebih
dahulu. Dengan berlagak marah aku dan Mbak Fitri menghakimi mereka.
Baik istriku maupun Mas Susno sama-sama meminta maaf berulang kali dan
tidak ingin bercerai.
Bahkan Mas Susno sampai
menyembah-nyembah kami berdua agar memaafkannya. Sebuah ide yang sudah
lama tertanam diotakku langsung kukeluarkan. “OK kalau begitu. Karena
kalian berdua sudah sering bercinta maka sebagai balasannya aku dan Mbak
Fitri akan bercinta juga. Bukan cuman itu tapi kami akan berhubungan
intim didepan kalian berdua.” Ucapku. Mas Susno protes namun karena Mbak
Fitri kembali menakannya maka dia hanya pasrah. Akhirnya jadi juga aku
bercinta dengan Mbak Fitri. Siang itu aku kembali memompa vagina Mbak
Fitri kali ini dengan posisi doggy style seperti yang dilakukan istriku
dengan Mas Susno. Aku sengaja memeperlihatkan ekspresi wajah Mbak Fitri
didepan suaminya yang masih bugil itu (baik Mas Susno maupun Nia tidak
diijinkan untuk memakai pakaian mereka kala itu). Aku tertawa dalam hati
melihat penis Mas Susno yang menegang melihat istrinya aku kerjai. Tak
puas hanya menggarap Mbak Fitri sekarang aku memanggil Nia agar
bergabung. Sekarang Nia, istriku aku minta untuk berbaring terlentang
sementara diatasnya aku minta Mbak Fitri dalam posisi merangkak.
Sekarang didepanku terpampang dua vagina
siap sodok. Di bagian atas Mbak Fitri vaginanya yang sempit dan basah
itu sementara itu di bawahnya terdapat bibir vagina Nia istriku yang
berbulu agak lebat itu. “Akkhhh…mas Ridwan…ekkhhh…” desah Mbak Fitri
ketika aku menusukkan lagi batang penisku kedalam vaginanya. Lalu
setelah beberapa kali pompaan aku lalu mencabutnya dan mengarahkan
penisku ke vagina Nia istriku dan melesakkannya kedalam vaginanya.
Bergantian istriku dan Mbak Fitri merasakan kenikmatan sodokan penisku.
Mungkin karena aku sudah berejakulasi sebelumnya sehingga permainanku
kali ini jauh lebih lama. Bergantian kedua perempuan ini mencapai
klimaks mereka. Istriku mencapai orgasmenya lebih dulu lalu setelah
beberapa detik kemudian segera aku alihkan sodokanku ke vagina Mbak
Fitri dan kami berdua mencapai orgasme bersama. Sebagian spermaku
menyembur di vagina mbak Fitri lalu dengan cepat kucabut dan kumasukkan
kedalam liang kemaluan Nia istriku dan menghabiskan sisa spermaku
disana. Mbak Fitri lalu terkulai lemas di atas tubuh istriku.
Aku puny ide tambahan lagi meminta
mereka berdua berciuman. Adegan lesbi yang menggairahkan lalu aku minta
supaya keduanya kembali melayaniku walaupun kali ini aku tidak sampai
orgasme. Aku melihat Mas Susno yang termenung melihat polah istrinya
yang disetubuhi orang lain. Aku kemudian menghentikan gerakan sodokanku
di vagian Mbak Fitri. “Mas. Kalau mas Susno mau silakan pakai aja Nia
untuk sementara ini. Dari pada bengong, aneh juga kalau pas ngentotin
cewe ada yang nonton.” Ujarku kepadanya. Mas Susno bingung tapi setelah
itu sebuah senyuman tersungging di bibirnya. Akhirnya kami menutup
tragedy itu dengan sebuah swing party antara aku, istriku, Mbak Fitri
dan Mas Susno. Sesekali aku melihat Mas Susno yang sedang asik menggarap
tubuh molek istriku yang dibaringkan terlentang disamping tubuh Mbak
Fitri yang memang sedang kutindih. Kami berdua berlomba mengerjai istri
lawan kami masing-masing. Sengaja atau tidak tapi aku melihat istriku
mencium mesra mas Susno lalu Mbak Fitri membalasnya dengan menciumku
lebih panas lagi.
Seperti lomba saja jadinya, hanya saja
lomba kali ini adalah lomba seks. Entah sudah berapa kali sperma tumpah
di tubuh istriku atau di tubuh Mbak Fitri. Baik vagina maupun bagian
perut mereka berdua sudah diselimuti cairan sperma baik dari milikku
maupun Mas Susno. Beberapa kali aku bertukar posisi dengan Mas Susno,
dan baik Mbak Fitri maupun Nia sepertinya merasakan kenikmatan
tersendiri ketika pergantian penis tersebut. Percintaan itu kami akhiri
dengan pasangan resmi kami masing-masing. Mas Susno menyemprotkan hasil
ejakulasinya yang ketiga sore itu di dalam vagina istrinya, Mbak Fitri.
Sementara itu aku menumpahkan sisa spermaku yang mulai encer itu kedalam
rahim Nia, istriku. Lalu kami berpelukan dengan pasangan masing-masing.
Walaupun beberapa kali tangan Mas Susno mencoba bermain-main dengan
puting istriku. Entah petualangan kali ini apakah akan berlanjut ke hal
yang lebih seru atau tidak karena aku dan Mbak Fitri jelas tidak ingin
menyudahi kenikmatan ini.
T
Sex Bikin Awet Muda
BalasHapus_____________
Cewe Pingin Ngentot
Artis Telanjang
Ngentot Pantat Cewe
Ngentot Memek Kakakku
Video Julia Perez Ngentot
BalasHapusModel Majalah Dewasa
Video Mesum Indonesia
Inilah Foto Topless Pamela Safitri Duo Srigala
Video Tersembunyi di Pijat Plus-Plus
Luar Biasa Begini Cara Seleksi Therapist Spa Plus-Plus
Inilah Foto Pemerkosaan Yang Dilakukan 2 Mahasiswa Di Amerika
Inilah Foto Pemerkosaan Di Restoran China
Inilah Foto Polisi Meksiko Bercinta Di Pinggir Jalan
Inilah Foto Pasangan Australia Tertangkap Basah Berhubungan Seks Di Jalan
Inilah Foto Seksi Echa Frauen di Majalah Max
Inilah Foto Pose Seksi SPG Seoul Motor Show 2015
Inilah Foto Gadis 16 Tahun Yang Diperkosa Bapak Angkat
Inilah Foto Kayla Mooney Guru Cantik Yang Cekoki Muridnya Dengan Miras Kemudian Bercinta
Inilah Foto Pasangan Muda Berhubungan Seks Di Jalan
Luar Biasa Iwan Sering Mengintip Tetangganya Sedang Mandi
Aduhai Cantiknya Gadis Cleaning Service Ini
Astaga Makanan Untuk Bebek Disajikan Untuk Manusia
Aneh Pria Ini Menari Dengan Telanjang Bulat Di Depan Kamera Pengawas Lalu Lintas
Astaga Diperkirakan Angin Topan Masyak Menerjang Filipina
Wow Suami Istri Nekat Mandi Di Kolam Air Mancur Tengah Kota
Luar Biasa Eko Bisa Menghasilkan 150 Juta Dari Akun Facebook