Semua
berawal pada suatu ketika dimana aku dan istriku pindah ke sebuah rumah kost di
sebuah kota besar, sebut saja kota X, dimana aku harus pindah ke kota itu
karena tempat kerjaku menugaskan aku untuk menjadi kepala cabang di kantor yang baru.
Kost yang kami
tempati ini memang khusus untuk karyawan dan juga keluarga oleh sebab itu kost
ini sangat lengkap mulai dari
dapur hingga kamar mandi dalam semua ada. Sudah sebulan kami tinggal disini,
aku dan istriku sudah mulai terbiasa bergaul dengan para tetangga kost kami.
“Pagi
mas
Ridwan. Berangkat kerja?” sapa seorang perempuan. Dia adalah istri tetangga kost kami yang
bernama Susno, perempuan ini sendiri bernama SaFarah. “Iya nih mbak. Mau
bareng?” tanyaku kepada SaFarah atau mbak Farah begitu kami biasa menyapanya. Memang
lokasi kerjanya berdekatan dengan kantorku. Mbak Farah lalu mengangguk tanda
setuju, “Boleh mas. Tapi nggak apa-apa nih nebeng di mobilnya mas Ridwan? Ntar
mbak Nia marah lagi.” Kata mbak Farah kepadaku. Aku hanya tertawa karena saat
itu Nia, istriku juga berada disampingku. Nia ikut tertawa mendengar candaan
mbak Farah.
Aku
dan Nia memang pasangan baru. Kami baru menikah 1 tahun lalu dan belum
dikaruniai seorang anak. Istriku Nia berusia 27 tahun, 2 tahun lebih muda
dariku. Sementara itu pasangan Susno dan SaFarah berusia sekitar 32 tahun dan
29 tahun. Jadi bisa dibilang mbak Farah itu seumuran denganku. Suaminya, Susno
memang tidak bekerja karena sudah satu tahun ini dia di PHK, makluk sedang
krisis ekonomi jadi banyak PHK dimana-mana. Dulunya dia bekerja di perusahaan
plastik sementara istrinya bekerja sebagai pegawai perusahaan keuangan yang
cukup terkenal di Indonesia walaupun dia hanya sebagai bawahan. Sesampainya di
kantor aku berpisah dengan mbak Farah yang memang berjalan kaki dari kantorku menuju
kantor tempat dia bekerja.
Beberapa
karyawan melirik kearah kami dan aku yakin mereka bertanya-tanya siapa
sebenarnya perempuan yang dibawa atasannya itu. Aku sih tidak ambil pusing
karena memang pada dasarnya SaFarah memang cukup cantik walaupun tidak secantik
istriku. Namun body nya memang lebih yahud dan berisi.
Terutama
buah dadanya yang sedari tadi kuperhatikan sekitar F-Cup jauh lebih besar
dibandingkan istriku yang cuman C-Cup. Ah ada apa dengan diriku ini? Kenapa aku
malah kepikiran mengenai tubuh istri orang. Akhirnya aku masuk juga ke gedung
kantorku sambil berusaha melepaskan pikiran mesum itu dari otakku. Hari demi
hari berlalu dan aku sering sekali berangkat bareng dengan mbak Farah, memang
sih baik istriku maupun suami mbak Farah tidak pernah cemburu atau keberatan.
“Kasihan mbak Farah mas kalau sendirian jalan.” Kata istriku saat aku bilang
apa dia keberatan kalau aku berangkat bareng dengan mbak Farah. Memang sih dari
tempat kost kami untuk mencapai daerah tempat kerjaku harus jalan sekitar 100
meter menuju jalan besar yang kemudian harus naik angkot sebanyak dua kali agar
bisa sampai ke daerah tujuan kami. Aku bisa membayangkan kalau Mbak Farah
berangkat kerja sebelum ada aku dulu seperti apa susahnya. Pagi hari itu aku
seperti biasa bersiap untuk ke kantor dan istriku membawakan aku bekal makan
siang.
Nia
memang juru masak yang handal. Selama ini aku tidak menolak tiap kali dia
membawakan bekal karena memang masakannya luar biasa enak, maklum setahun
kursus masak waktu kuliah dulu. “Mas, maaf udah nungguin lama yah? Habisnya mas
Susno tadi rewel terus minta dilayanin sih. Maaf ya kalo kelamaan nunggunya.”
Kata mbak Farah ramah. Aku kaget juga melihat penampilan mbak Farah kali ini.
Memang dia mengenakan pakaian kerja tetapi rok nya kulihat lebih pendek dari
biasanya begitu juga dengan kerah bajunya seperti lebih lebar dan terkesan
lebih turun. Mbak Farah lalu mengenakan sepatunya dengan posisi setengah
menungging. Aku yang saat itu sedang berdiri didepannya, kontan saja melihat
pemandangan aduhai dari depan. Sepasang payudara mbak Farah seperti
menggelantung seolah ingin melepaskan dirinya dari bra warna ungu yang
membungkusnya. Besar dan bentuknya indah sekali, batinku dalam hati. Mas Susno
benar-benar beruntung memiliki istri seperti mbak SaFarah.
Sudah
cantik, bodynya bagus, dadanya juga besar, pastilah hebat saat bermain
diranjang. Sesaat aku membandingkan dengan istriku. Penyesalan muncul
dibenakku. Akh, lelaki macam apa aku ini, membayangkan istri orang lain
sementara aku sendiri sudah beristri dan istrikupun juga selalu setia
terhadapku. Bahkan akhir-akhir ini setidaknya seminggu belakangan ini istriku
terasa lebih hangat dari sebelumnya. Kami menjadi seperti pasangan suami istri
baru lagi. Tadi malam saja dia minta untuk bercinta sampai dua kali padahal
sebelumnya paling tiga atau empat hari sekali. Entah apa yang mempengaruhi
hasrat seksualnya sekarang ini. “Wah kok macet ya? Padahal kalau lewat jalan
ini nggak macet tuh jam segini.” Celetukku pelan. Mbak Farah tersenyum terus
meneruskan membaca buku laporan keuangan yang dia pegang. Sesekali aku melirik
kearah pahanya yang tersingkap karena mobilku ini memang tempat duduknya cukup
rendah jadi aku bisa melihat paha mulus mbak Farah dengan jelas.
“Eh
mas. Sepertinya ada demo deh disana? Waduh bakalan telat kalo gini.” Mbak Farah
kelihatan mulai khawatir. Memang benar ada demo di persimpangan jalan didepan
kami. Entah apa topik demonya karena aku juga tidak begitu peduli lagi, yang
kupedulikan hanyalah pekerjaanku di kantor dan kesempatan lirik-lirik paha mbak
Farah. Lumayan buat selingan, batinku. Habis sudah rasa penyesalanku tadi.
Untungnya kami sampai kantor tepat pada waktunya. Kali ini sampai di kantor ada
kejutan yaitu temanku waktu kuliah dulu yang sekarang bekerja sebagai manager sebuah
perusahaan kimia swasta berkunjung. “Wah, Rid, sekarang kamu udah sukses ya.
Sudah jadi pimpinan cabang sekarang. Hahaha…” seloroh sobatku yang satu ini.
Aku hanya membalasnya ringan, aku memang bukan tipe orang yang suka memamerkan
prestasi sih. “Eh, cewek yang tadi bareng sama kamu itu siapa sih? Kece juga
tuh cewek. Bodynya keren dan wajahnya juga mantap punya tuh. Siapa sih? Kenalin
donk!” goda Iwan temanku ini.
Aku
hanya tersenyum simpul saja tapi dia malah semakin penasaran dan membombardirku
dengan berbagai pertanyaan susulan. “OK, OK, gua jawab. Dia tuh tetangga kost
gua. Dia tinggal di kamar sebelah kamar kost gua. Lagian dia kerja didekat sini
maka dari itu gua anterin dia kesini barengan ma gua. And sekedar informasi,
dia udah punya suami bro.” kataku menjelaskan daripada nanti di berondong
pertanyaan lagi. “Heh? Emangnya istrimu nggak cemburu tuh? Kalian khan pasangan
muda, biasanya istri suka cemburu kalau suaminya bareng cewek lain yang cantik.
Khan bawaan dari masa pacaran masih ada hahaha…” Iwan kembali menggodaku sambil
melihat-lihat foto-foto di dinding ruang kantorku. Aku hanya menghela nafas
saja, “Istriku nggak seperti itu lagi. Dia orangnya kagak pencemburu. Dia juga
yang nyuruh gua buat nganterin mbak Farah dari pada ntar dia jalan sendiri khan
kasihan.” Kataku padanya. Iwan tertawa lagi, “Wah boleh juga tuh. Kalo ntar aku
punya istri aku pengin kaya istrimu tuh, orangnya nggak cemburuan.
Nggak
kaya pacarku sekarang ini, cemburuannya minta ampun. Tiap jam telepon terus
kalau nggak ya sms. Dikira aku pembantunya apa yah…” selorohnya sambil tertawa.
Memang sih pacar Iwan pencemburu berat padahal sudah pacaran selama 3 tahun
lebih. “Tapi Rid…” Iwan menimpali lagi, “Memangnya kamu nggak ada rasa tertarik
sama mbak Farah itu? Dia cantik lho dan seksi lagi. Bayangin aja kalau kamu di
ranjang dilayanin dia sama istrimu…pasti seru tuh…hahahaha….threesome gitu.”
Katanya lagi. Aku memang tidak kaget dengar ucapan itu dari Iwan karena sejak
waktu kuliah dulu memang mulutnya sering mengeluarkan ucapan-ucapan seronok apa
adanya. Dia paling gemar berbicara soal seks walaupun tidak pernah berhubungan
seks dengan perempuan manapun selama ini. “Halah…lo ini ngomong apaan sih. Mana
mau istri gua diajakin threesome. Dia orangnya konvensional kok.” Kataku pada
Iwan. Memang selama ini istriku selalu konvensional dalam bermain cinta. Selama
satu tahun ini kami hanya bermain cinta menggunakan gaya-gaya yang itu-itu
saja.
Kecuali
dua hari terakhir ini dimana kami berdua menggunakan gaya baru sama sekali
dalam bercinta dan memang efeknya dahsyat. Aku sendiri tidak tahu dari mana dia
mendapatkan gaya tersebut. Sesiang ini aku memikirkan ucapan sahabatku itu.
Threesome, sepertinya menarik tapi mana mau istriku melakukannya. Lagipula mana
mau mbak Farah melakukannya karena didekat kami juga terdapat suaminya. Tentu
saja resiko sangat tinggi jika suaminya sampai tahu mengenai hal ini. Sore
harinya aku mendapat kejutan keduaku. Mbak Farah datang berkunjung ke kantorku.
Memang kala itu kantorku sudah tutup dan tinggal aku bersama dengan dua orang
satpam diluar dan dua orang petugas cleaning service. “Lho, mbak Farah belum
pulang? Ini khan sudah jam 5 sore. Bukannya mbak Farah selesai kerja jam 4
tadi?” kataku sambil mempersilakan perempuan cantik ini masuk kantor kerjaku.
Mbak Farah tersenyum manis, “Iya nih mas. Tadi saya telat pulang karena
pembukuan akhir bulan masih menumpuk lalu saya kerjain aja sekalian biar besok
lebih senggang waktunya. Kirain mas Ridwan belum selesai kerjanya ternyata
sudah ya…”
“Akh,
ini mbak, biasa tender dengan klien sudah selesai dan rapatnya diundur tiga
hari lagi karena klien yang satunya berhalangan hadir. Sebenarnya sih jadwalnya
pulang jam 6 nanti tapi kalau sudah tidak ada yang dikerjakan ya mau apalagi.”
Kataku menjelaskan. Memang para karyawan sudah pulang sejak jam 4 tadi
sementara aku tetap disini karena menghindari macet dan biasa mulai pulang jam
7 atau setengah 7 untuk menghindari kemacetan. “Ohh gitu. Kirain sedang ada
apa. Wah berarti saya mujur dong karena nggak ketinggalan hehehe…” kata mbak
Farah bercanda. Dalam hatiku sih aku senang-senang saja malam ini dia pulang
bareng denganku karena malam ini dia pakai pakaian yang sangat seksi. Kenapa
harus dilewatkan, iya khan? Kami lalu ngobrol berdua di ruangan kantorku sambil
minum sereal hangat yang kubuat. Sesekali mbak Farah mengalihkan silangan
kakinya dari kiri ke kanan saat itulah aku bisa melihat jelas celana dalam mbak
Farah karena kami duduk berhadap-hadapan.
Pahanya
yang mulus putih itu semakin lama membuatku semakin tak kuasa menahan rasa
ingin memeluknya dan mencumbu perempuan cantik ini dan mengabaikan kalau dia
ini istri orang lain. Jam sudah menunjukkan pukul 6 malam. Masih tersisa waktu
setengah jam lagi untuk kami berduaan. Serasa hatiku ini tidak rela untuk
pulang dan ingin berlama-lama dengan wanita didepanku ini. Aku tahu ini salah
tetapi hasrat sebagai seorang lelaki membuatku tak dapat berpikir jernih. “Mas,
gimana kalau sambil menunggu jam tujuh kita makan dulu. Didepan kantor ada
warung makan yang enak.” Usul mbak Farah kepadaku. Aku sih setuju-setuju saja.
Lagipula perutku juga sudah mulai lapar. Padahal biasanya aku betah-betahin
untuk menahan lapar sehingga sampai dirumah nanti bisa makan masakan istriku.
Tetapi kali ini berbeda. Jadi juga akhirnya kami berdua makan di warung makan
itu. Walaupun tidak begitu besar tetapi bersih dan masakannya juga enak
walaupun tidak seenak masakan istriku tentunya. “Sudah jam 7 kurang 15 menit.
Kita
masuk mobil saja dulu sepertinya jalanan sudah mulai longgar tuh.” Kataku pada
Mbak Farah. Perempuan ini mengangguk setuju dan akhirnya kami masuk ke mobil
sedanku. Sebuah peristiwa tak terduga terjadi secara tak sengaja. Mbak Farah
tersandung saat akan masuk kedalam mobil. Tubuhnya terhempas kedepan dan menindih aku
yang sudah duduk di kursi. Untung saja kepalanya tidak terantuk setir mobilku.
Namun yang membuatku gugup adalah kepalanya pas sekali ambruk di atas
selangkanganku. Tanganku juga tak sengaja tertindih payudaranya yang besar itu.
Entah apa yang merasukiku, tanganku tanpa dapat kukendalikan lagi meremas
payudara perempuan ini. Mbak Farah melenguh pelan lalu bangkit dari
terpuruknya. Wajahnya memerah sepertinya menahan malu. Aku sendiri juga malu
setelah sadar kalau batang kemaluanku ternyata sudah tegang saat wajah mbak
Farah tanpa sengaja menyentuh selangkanganku ini. Kami berdua terdiam cukup
lama di dalam mobil ini. Aku mencoba membuka percakapan dan saat itulah kami
bertatapan muka. Pandangan kami beradu cukup lama.
Entah
apa yang mempengaruhiku, aku mulai berani mendekatkan wajahku kepadanya. Sesaat
kemudian bibir kami saling bersentuhan. Setan apa yang mendorongku aku sendiri
juga tidak tahu. Yang jelas selang beberapa detik saja kami sudah saling
melumat bibir satu sama lain. Mobil itu menjadi saksi betapa panasnya ciuman
kami berdua, diluar dugaan Mbak Farah sangat mahir dalam berciuman. Dia juga
tidak sungkan ketika aku menggunakan lidahku dalam berciuman. Tidak cukup hanya
itu, tanganku sudah mulai meraba payudara Mbak Farah lagi yang saat itu masih
berbalutkan pakaian kerja. Aku copot jas kerjanya lalu satu demi satu kancing
kemeja Mbak Farah aku lepaskan hingga sekarang tinggal bra warna krem-lah yang
menjadi penghalang mataku dengan payudara indah wanita cantik ini.
Remasan-remasan tanganku sepertinya sudah berhasil membangkitkan gairah
terpendam milik Mbak Farah. Dia semakin liar saja. Bahkan tangannya sudah
berani mengusup kedalam celana panjangku dan hanya butuh waktu beberapa detik
saja sebelum akhirnya dia berhasil menemukan batang penisku yang memang bukan
hanya sudah tegang tetapi sudah basah.
Mbak
Farah tersenyum begitu tahu kalau aku juga terangsang berat. Lalu dia
merebahkan kursinya dan mencopot bra yang dia pakai sehingga aku bisa dengan
leluasa menikmati pemandangan indah tersebut. Buah dada Mbak Farah memang
benar-benar besar. Sesuai dengan dugaanku yaitu F-Cup. Aku tak sabar ingin
meremas dan menciumi payudara indah tersebut beserta puting susunya yang sudah
tegang menantang itu. Sesekali tubuh Mbak Farah membusung tiap kali aku
menghisap puting susunya yang mancung itu. Tanganku meraba vagina wanita cantik
ini dan ternyata celana dalamnya sudah basah sekali. Tanpa pikir panjang segera
ku singkap rok mininya itu sehingga tersingkap keatas lalu kutarik celana
dalamnya hingga lepas. Sekarang bukan cuma payudara Mbak Farah yang terlihat
jelas tetapi juga vaginanya dapat jelas kulihat. Perempuan ini masih sedikit
malu-malu ketika aku berhasil melucuti celana dalamnya. Sebelah tangannya
berusaha untuk menutupi vaginanya yang tercukup rapi itu. Namun aku tak ambil
pusing, jemariku segera bekerja disana.
Jari
telunjuk dan jari kelingkingku membuka bibir vagina Mbak Farah yang sudah basah
itu sementara jaru tengan dan jari manisku kuarahkan kedalam vaginanya. Dengan
gerakan menusuk-nusuk membuat mbak Farah semakin kalang kabut dibuatnya.
Desahan demi desahan tak terhindarkan lagi keluar dari mulutnya.
“Akhh..Mas..jangan disitu…akhhh…” desahnya lagi saat jemariku berkarya di liang
kewanitaannya. Cairan pelumas segera kembali meluber membasahi bibir vagina
wanita cantik ini. Memang soal permainan jari aku sudah ahli. Istriku saja
sampai kubuat orgasme dengan jari saja. Klitorisnya mulai menegang dan tanda
dia akan orgasme semakin dekat saja. Beberapa menit kemudian berkat permainan
jemariku di vaginanya ditambah dengan cumbuan tangan dan bibir beserta lidahku
di sepasang payudaranya, Mbak Farah mencapai klimaksnya. Dia mendesah cukup
keras sambil menahan jeritan nikmat. Bibir bawahnya dia gigit sendiri menahan
sensasi kenikmatan yang meluap dari dalam dirinya. Tubuhnya mengejang sesaat
lalu setengah menit kemudian dia lemas.
Peluh
membasahi tubuh seksi dan montok wanita ini. Mbak Farah akhirnya mencapai
klimaksnya hanya dengan petting saja. Aku tersenyum melihatnya terduduk lemas
di bangku mobilku yang sudah disandarkan. “Mbak Farah benar-benar hebat. Mas
Susno beruntung punya istri secantik dan seseksi mbak Farah.” Pujiku. “Aku
sebenarnya sudah lama suka dengan mbak Farah hanya saja selalu kutahan,
sekarang aku sudah puas bisa bermesraan dengan wanita secantik mbak ini.”
Pujiku lagi. Wajah mbak Farah memerah entah karena pergumulan tadi atau karena
menahan malu karena sudah menyerahnya separuh dirinya padaku padahal dia punya
seorang suami yang menunggunya dirumah. “Mas Ridwan ini memujinya kok tinggi
banget sih? Ntar aku jadi ke ge-er-an lho. Lagian mas Ridwan khan juga punya
istri cantik. Pasti mbak Nia juga setiap malam merasakan keahlian tangan mas
Ridwan ini, beruntungnya mbak Nia ya…” ujar Mbak Farah. Aku tersanjung
dibuatnya karena dia mengakui kehebatan jemariku ini. Belum sempat aku bicara
tiba-tiba tangan Mbak Farah menyentuh penisku lalu dengan cekatan dia
mengocoknya perlahan.
Batang
kejantananku yang sebelumnya sudah setengah tiang sekarang kembali perkasa
hanya dengan sedikit sentuhan dan rangsangan dari Mbak Farah. Lalu tanpa kuduga
Mbak Farah mengarahkan bibirnya ke ujung penisku dan menciumnya perlahan lalu
lidahnya bermain di ujung penisku itu dan pada akhirnya seluruh batang
kemaluanku itu dilumatnya masuk kedalam mulut wanita cantik ini. Rasanya
bagaikan di awang-awang. Disertai dengan rangsangan tangannya
pada buah zakarku, mulut Mbak Farah maju mundur seolah mengocok penisku sembari
dari dalam, lidahnya tak henti-hentinya melumat batang kemaluanku ini. “Mbak
Farah…akhhh…” desahku menahan rasa nikmat. Tak butuh waktu lama sampai akhirnya
aku merasa akan mencapai klimaks. Lalu Mbak Farah mencabut penisku dari
mulutnya begitu dia tahu kalau aku sudah nyari ejakulasi. Aku lalu mengarahkan
penisku ke belahan payudaranya.
Mbak
Farah lalu menggunakan himpitan sepasang payudaranya untuk mengocok batang
penisku ini. “Keluarin aja semua mas. Aku pengen mas Ridwan juga merasakan
nikmat seperti yang aku rasakan tadi.” Kata Mbak Farah sambil sesekali menjilati ujung kemaluanku.
“Akhh..mbak…aku
keluar…akhhh…” racauku sambil kedua tanganku menekan pundak Mbak Farah. Batang
kemaluanku berdenyut sangat cepat lalu cairan putih kental menyembur membasahi
sepasang buah dada wanita cantik ini bahkan beberapa sempat menyemprot kearah
wajah Mbak Farah. “Maaf mbak. Tadi nggak sempet aku kontrol. Wajah mbak jadi
kotor deh.” Kataku meminta maaf. Mbak Farah hanya tersenyum sambil membersihkan
wajahnya dengan tissue sementara aku membantu membersihkan payudaranya dengan
tissue juga. “Nggak apa-apa kok. Kalau mas Susno sering nakal sih menyemprotkan
didalam mulut tanpa bilang-bilang padahal saya nggak suka dengan rasanya, jadi
pengen muntah mas.” Sahutnya pelan. “Mungkin karena belum biasa aja kali mbak.”
Kataku. Padahal istriku sendiri juga tidak pernah mau menelan spermaku. Dia
selalu marah-marah ketika aku tanpa sengaja atau sengaja menyemprotkan cairan
maniku kedalam mulutnya ketika melakukan oral seks. Akibatnya dia sering kali
menolak melakukan oral seks tersebut. Jam sudah menunjukkan pukul setengah
delapan malam.
Kami
lalu merapikan diri dan bergegas pulang. Sepanjang perjalanan aku tak henti-hentinya
meraba-raba payudara Mbak Farah yang sudah terbungkus oleh bra itu. Wanita
cantik itu hanya tersenyum melihat ulahku. Dia sempat membalas dengan meraba
dan mengocok kembali penisku namun karena aku nyaris kehilangan kendali atas
setir mobilku maka niatan itu dia hentikan. Sesampainya dirumah, Mbak Farah
langsung masuk kamarnya sementara aku sudah ditunggu istriku. “Mas, kok baru
pulang? Macet ya?” tanya istriku, aku hanya mengiyakan saja. Seandainya dia
tahu kalau aku habis petting habis-habisan dengan Mbak Farah entah apa yang
akan dia lakukan. Malam itu istriku tumben tidak meminta jatah malamnya. Tapi
bagiku tidak masalah karena aku sudah mendapatkan dari Mbak Farah walaupun
hanya sebatas blow job saja. Dua hari kemudian, tepat akhir pekan, pekerjaanku
sepertinya sudah selesai semua dan aku mempunyai waktu luang cukup banyak.
Semua laporan dan pembukuan sudah ditangani dan sejak jam 12 siang aku sudah
bebas dari pekerjaan.
Sebenarnya
aku bisa saja pulang namun aku iseng ingin kembali mengulang kebersamaanku
dengan mbak Farah tempo hari. Iseng-iseng aku telepon Mbak Farah lewat telepon
kantorku dan dia menyahutnya. Ternyata Mbak Farah juga sedang senggang. Lalu
kami makan siang berdua. “Wah kebetulan mas, saya juga sedang nggak ada
kerjaan. Maklum selama dua hari terakhir ini selalu lembur jadi semua laporan
sudah selesai. Mas sendiri habis ini mau kemana?” tanya Mbak Farah diselang
makan siang kami. “Hmmm, nggak tahu yah. Tapi kalau Mbak Farah memang udah
nggak ada kerjaan gimana kalau kita keluar aja. Kebetulan tadi ada selebaran
promo mengenai tempat karaoke yang baru. Tempatnya nggak begitu jauh dari sini
dan katanya sih lumayan eksklusif gitu.” Ajakku. Dalam hati aku berharap agar
dia setuju. Mbak Farah menghabiskan minumannya lalu beranjak berdiri. “Boleh
juga tuh mas. Ayo! Lagi pula dari pada bengong di kantor.” Dia setuju dan
dengan hati gembira penuh pengharapan aku melajukan mobilku kearah tempat
tujuan kami. Ternyata tempat karaoke itu benar-benar eksklusif, jadi wajar saja
kalau promonya juga besar-besaran di perkantoran.
Aku
lalu memesan kamar untuk kami berdua selama dua jam. Pelayan disana lalu
menyajikan menu minuman dan makanan ringan untuk teman karaoke kami. Setelah
selesai administrasinya kami langsung menuju ke kamar yang di maksud. “Wah,
gede juga yah. Ini sih bisa untuk delapan sampai sepuluh orang mas.” Kata Mbak
Farah kepadaku. Memang sih kamarnya cukup besar dengan televisi LCD ukran 30
Inchi dan sound lengkap. Sofanya yang besar juga empuk bahkan pas buat tidur
sekalipun….tidur? Ya, pikiran itu terbersit di otakku baru saja. Selama lima
belas menit pertama kami hanya berkaraoke berdua sambil sesekali menenggak
minuman dalam botol. Aku tahu minuman itu mengandung alcohol
sekitar 5% namun Mbak Farah sepertinya tidak sadar dan menganggap kalau muniman
itu hanyalah soft drink biasa. Setelah hampir dua botol minuman itu habis kami
tenggak, aku mulai melihat Mbak Farah sudah mulai tipsy walaupun belum
sepenuhnya mabuk. Bicaranya mulai sedikit ngelantur. Aku mempergunakannya untuk
mendekatinya.
Sengaja
aku mendekatkan wajahku dengan wajahnya dan sesuai dugaanku tak butuh waktu
lama untuk akhirnya kami berdua berciuman dengan mesra atau lebih tepatnya
dengan panas. Nafsu sudah sampai diujung kepala dan tak tertahankan lagi. Baik
aku maupun Mbak Farah masing-masing saling melucuti baju pasangannya. Sejak
awal memang aku sudah mengunci pintu kamar ini sehingga aku sudah bebas
kekhawatiran jika ada orang masuk. Sekarang dihadapanku adalah Mbak Farah yang
sudah bugil total. Dia tidak mengenakan sehelai benangpun ditubuhnya begitu
juga denganku. Kami lalu berpagutan mulut kembali. Lidah kami berdua saling
melilit dan menjilat satu sama lain sementara kedua tangan kami bergerilya ke
area rawan pasangan masing-masing. Tangan Mbak Farah mulai mengocok penisku
sementara tangan yang satunya mengelus dadaku yang bidang ini. Sementara itu
dia membiarkan kedua payudaranya aku mainkan malah dengan tangannya dia
mengarahkan sebelah tanganku yang satu lagi untuk menstimulsi vaginanya yang
sangat basah itu. Kembali Mbak Farah merasakan kenikmatan permainan tanganku
yang memang pernah membuatnya orgasme dua hari lalu. Sekarang tidak ada lagi
bunyi orang bernyanyi yang ada hanya bunyi desahan kami berdua yang sedang berpacu
dengan kenikmatan.
Aku
lalu merebahkan tubuh Mbak Farah ke sofa yang lebar itu lalu mengangkat kedua
tungkai kakinya dan menyandarkan kedua tungkai kakinya tersebut ke pundakku.
Perlahan aku mengarahkan penisku kearah vagina Mbak Farah namun Mbak Farah
sepertinya sadar hal tersebut dan dengan kedua tangannya berusaha untuk
menutupi vaginanya agar aku tidak bisa penetrasi. “Mas Ridwan, jangan! Aku
masih belum siap. Aku nggak mau mengkhianati mas Susno lebih dari ini.” Ujar
Mbak Farah sambil berusaha mencegahku. Namun nafsuku sudah sampai di ubun-ubun
membuatku tidak peduli lagi. Aku lalu menindih tubuhnya sambil kedua tanganku
menarik tangannya keatas kepala Mbak Farah dan mencekalnya supaya tidak
berontak lagi sambil bibirku terus menjelajah bibir, leher dan payudara wanita
cantik ini. Akhirnya Mbak Farah kehabisan tenaga untuk melawan, mungkin juga
karena dia sudah tipsy sebelumnya. Wanita cantik itu hanya menyerah begitu saja
ketika ujung penisku mulai menyentuh bibir vaginanya yang merah merekah itu. Dengan
sedikit dorongan akhirnya kepala penisku masuk juga kedalam liang senggamanya
diiringi dengan desahan yang keluar dari mulut perempuan seksi ini. “Mas
Ridwan…akhhh…” desahnya sambil memalingkan mukanya kesamping mungkin Mbak Farah
malu karena penisku sekarang sudah menjebol batas kesetiaannya kepada suaminya.
Sekarang penis pria yang bersarang di vaginanya bukanlah milik suaminya
melainkan milik orang lain.
“Mbak
Farah, ternyata vagina mbak Farah masih sempit ya. Mas Susno pasti senang tiap
hari dapat jatah dari Mbak Farah.” Ujarku dan Mbak Farah semakin malu
dibuatnya. Wajahnya memerah dan tak ada satu patah katapun terucap dari bibir
manisnya itu. “Akhhh…pelan mas…” ujar Mbak Farah ketika aku mulai kembali
mendorong masuk batang penisku yang tersisa. Apa mungkin penisku ini lebih
besar dari milik Mas Susno atau memang vagina Mbak Farah yang memang sempit.
Perlahan tapi pasti akhirnya aku berhasil melesakkan seluruh bagian penisku
kedalam vagina Mbak Farah. Pelan-pelan aku mulai menyodok-nyodok penisku yang
bersarang di liang kewanitaan perempuan cantik ini. Sekarang Mbak Farah seolah
tergolek tak berdaya di depanku. Aku menindihnya dengan nafsu yang terus
bertambah. Pompaanku yang semula pelan sekarang sudah mulai cepat. Entah berapa
kali pompaanku berhasil membuat ujung penisku menyodok dinding rahim Mbak
Farah. “Akhh..mas..pelan-pelan!” ucap Mbak Farah lirih diiringi desahan
suaranya.
Suara
seksi desahan yang keluar dari mulut wanita ini bercampur dengan bunyi kecipak
cairan kedua kemaluan kami yang saling beradu. Suara khas orang bercinta ini
memenuhi seluruh ruangan. Untungnya ruangan ini kedap suara karena jika tidak
maka bisa terdengar diluar sana. Aku mengangkat tubuh Mbak Farah hingga kami
sekarang duduk berhadap-hadapan sementara tubuhnya aku pangku dengan pahaku.
Aku tak henti-hentinya mengangkat-angkat pantatnya agar penisku tetap bisa
memompa vagina Mbak Farah sambil sesekali menggoyangnya kekiri dan kekanan
sehingga ujung penisku ini bisa menelusuri dinding liang senggama istri Mas
Susno ini. Namun tak butuh waktu lama sampai Mbak Farah mulai terhanyut dalam
permainanku dan dia dengan sukarela menaik turunkan selangkangannya sendiri
sehingga sekarang aku tinggal menikmati pelayanan Mbak Farah ini. Dengan gaya women on top
perempuan ini semakin beringas saja. Aku bisa melihat payudaranya bergoyang
kesana kemari karena ukurannya yang besar sehingga menjadikan pemandangan seksi
sekali bagiku karena milik istriku tidak sampai sehebat itu berguncangnya.
Sambil
tanganku meremas-remas buah dadanya aku ikut membombardir vagina Mbak Farah
dari bawah. Cairan kemaluan keluar deras dari vagina Mbak Farah disertai
tubuhnya yang mengejang. Ternyata Mbak Farah sudah mencapai klimaksnya kali
ini. Namun aku masih belum puas, lalu aku kembali menindih wanita cantik ini
dan kembali menumpangkan kedua tungkai kakinya di bahuku dan menindih tubuh
seksinya itu sehingga lutut Mbak Farah sekarang menyentuh buah dadanya sendiri.
Lalu dengan tak kalah beringas aku memompa penisku didalam vaginanya dengan
cepat hingga beberapa menit kemudian aku merasakan penisku mulai berkedut keras
dan akhirnya menyemburkan cairan putih kental di dalam rahim Mbak Farah. Tak
ada nada protes dari mulut Mbak Farah walaupun kala itu dia tahu kalau didalam
rahimnya telah penuh cairan spermaku. Beberapa bahkan mengalir keluar lewat
bibir vaginanya. Tak ada pikiran takut akan resiko hamilnya Mbak Farah nanti.
Kami berdua hanya memikirkan kepuasan hasrat kami saja.
Sepuluh
menit kemudian kami lalu merapikan diri dan menyudahi acara karaoke ini
walaupun baru satu jam kurang lebih kami menggunakan ruangan tersebut. Setelah
menyelesaikan urusan administrasi kami segera cabut dari tempat itu dan pulang
kerumah. Hanya ada diam selama di dalam mobil yang melaju kala itu. Mbak Farah
terdiam begitu juga dengan aku. Mungkin Mbak Farah menyesali semua keputusannya
yang menyerahkan kesetiaan cintanya akan sang suami dengan hasrat seksualnya
denganku. Aku sendiri diam karena bingung harus ngomong apa dengannya.
Sesampainya dirumah kost, sepertinya rumah masih sepi dan seluruh penghuni kost
tidak ada dirumah. Maklumlah karena semua penghuni kost merupakan karyawan dan
jika ada pasangan suami istri tinggal disana juga adalah pasangan muda yang
baik lelaki maupun perempuannya bekerja dan pulang biasanya jam 5 sore atau
malam malahan. Berarti tinggal ada istriku Nia dan suami Mbak Farah, batinku
dalam hati. Ketika kami berdua melangkah dan mendekati kamar kami yang
bersebelahan, aku mendengar suara rintihan dan desahan dari kamar Mas Susno dan
Mbak Farah.
Sepertinya
Mbak Farah juga mengetahui hal tersebut dan memintaku agar berjalan perlahan.
Bagaikan maling yang mengincar barang berharga, kami berdua mengendap-endap
mendekati jendela kamar Mbak Farah. Karena jendela bagian depan kamar tertutup
rapat maka kami memutuskan untuk mengintip dari bagian belakang. Bagian
belakang kamar mereka memang terdapat lubang kecil dengan ukuran sekitar
30cm-40cm yang dulu merupakan bekas exhause fan namun sekarang hanya tinggal
lubangnya saja. Semakin dekat dengan lubang itu aku semakin mendengar jelas
desahan yang keluar dari kamar itu. Itu jelas-jelas desahan seorang wanita
tetapi siapa? Semakin dekat aku semakin jelas dan tiba-tiba terbersit dalam
benakku kalau desahan dan rintihan wanita itu seperti milik istriku, Nia.
Desahan tersebut sangat mirip sekali dan begitu aku mengintip lewat lubang
tersebut benar saja aku kaget bukan kepalang. Aku melihat Nia, istriku sedang
disetubuhi oleh Mas Susno. Keduanya sudah dalam keadaan telanjang. Suara televisi
yang di nyalakan tidak dapat mengelabui suara desahan yang keluar dari mulut
mereka berdua. Mereka sedang bercinta.
Istriku
dengan posisi merangkak sedang Mas Susno dibelakangnya terus membombardir
vagina istriku dengan sodokan-sodokan penisnya. Tubuh istriku yang langsing dan
putih mulus berkebalikan dengan tubuh Mas Susno yang cokelat kehitaman dan
sedikit gemuk. Mbak Farah menahan rasa terkejutnya melihat suaminya bermain
cinta dengan wanita lain. “Akhh…mas Susno…terusss…masss..” desah istriku. Aku tak
percaya istriku meminta Mas Susno agar terus menyetubuhinya. “Enak ya dik
dientotin sama mas Susno? Kalau sampai Mas Ridwan tahu gimana coba…hehe…” ujar
Mas Susno sambil menyodok vagina istriku dengan keras. Istriku menjerit kecil,
“Akhh…nggak apa-apa. Mas Ridwan juga jarang dirumah pulang baru…akhhh…nanti
malam…” ujarnya kemudian keduanya berciuman hangat. Brak!!! Keduanya kaget
ketika pintu dibuka oleh Mbak Farah. Memang Mbak Farah mempunyai kunci duplikat
untuk jaga-jaga seandainya dia pulang pas Mas Susno sedang pergi. Keduanya
kelimpungan mencari kain untuk menutupi tubuh mereka yang telanjang. Namun
selimut yang diraih Mas Susno sudah buru-buru di serobot oleh Mbak Farah.
Dalam
kebingungan, istriku hanya menangis lalu menghambur kearahku dan bersujud
dikakiku sambil berlinang air mata. Segala macam ucapan permintaan maaf keluar
dari bibirnya. Dadaku sesak melihat istriku yang telanjang ini telah habis di
garap oleh orang lain selain diriku. Namun terbersit ucapan Iwan tempo hari
mengenai variasi seks lalu aku mencegah saat Mbak Farah akan melabrak suaminya.
Lalu meng-kode-nya agar dia tenang dan sepertinya dia tahu maksudku. Lalu
setelah menutupi tubu bugil Mas Susno dan istriku kami menutup pintu kamar dan
menanyai hubungan mereka berdua. Dari semua pengakuan mereka ternyata hubungan
Mas Susno dengan istriku baru berlangsung dua hari yang lalu ketika aku telat
pulang kantor. Sementara itu istriku sudah terlanjur minum obat perangsang. Itu
menjelaskan mengapa hari-hari sebelumnya dia begitu hangat, ternyata dia
meminum obat perangsang dosis tinggi sehingga dia selalu minta jatah berulang
kali padaku dan dua hari lalu dia malah tidak minta sama sekali, ternyata dia
sudah memperoleh jatahnya dari Mas Susno, suami Mbak Farah. Bahkan sampai 4
kali dalam dua jam.
Aku
lalu bertanya apakah mereka menggunakan pelindung waktu itu dan mereka menjawab
tidak karena istriku mengatakan dia sudah meminum pil KB sebelum dan sesudah
berhubungan intim tersebut. Dia sama sekali tidak sengaja bercinta dengan Mas
Susno jika bukan karena pengaruh obat tersebut. Karena waktu itu Mas Susno
sedang datang untuk meminjam tang untuk memotong kawat sementara istriku tidak
tahu tempat penyimpanannya sehingga mereka berdua dikamar mencarinya. Kala itu
istriku hanya mengenakan daster untuk tidur karena memang dia rencananya akan
menyambut kepulanganku. Tak disangka yang menuai malah Mas Susno. Sore itupun
mereka berdua bercinta habis-habisan. Dan peristiwa barusan juga karena istriku
dan Mas Susno berunding agar hal itu tidak terjadi lagi namun karena rayuan Mas
Susno akhirnya istriku takluk juga untuk kedua kalinya. Dan mereka berdua
bercinta habis-habisan lagi, hanya saja kali ini sudah ketahuan terlebih
dahulu. Dengan berlagak marah aku dan Mbak Farah menghakimi mereka. Baik
istriku maupun Mas Susno sama-sama meminta maaf berulang kali dan tidak ingin
bercerai.
Bahkan
Mas Susno sampai menyembah-nyembah kami berdua agar memaafkannya. Sebuah ide
yang sudah lama tertanam diotakku langsung kukeluarkan. “OK kalau begitu.
Karena kalian berdua sudah sering bercinta maka sebagai balasannya aku dan Mbak
Farah akan bercinta juga. Bukan cuman itu tapi kami akan berhubungan intim
didepan kalian berdua.” Ucapku. Mas Susno protes namun karena Mbak Farah
kembali menakannya maka dia hanya pasrah. Akhirnya jadi juga aku bercinta
dengan Mbak Farah. Siang itu aku kembali memompa vagina Mbak Farah kali ini
dengan posisi doggy style seperti yang dilakukan istriku dengan Mas Susno. Aku
sengaja memeperlihatkan ekspresi wajah Mbak Farah didepan suaminya yang masih
bugil itu (baik Mas Susno maupun Nia tidak diijinkan untuk memakai pakaian
mereka kala itu). Aku tertawa dalam hati melihat penis Mas Susno yang menegang
melihat istrinya aku kerjai. Tak puas hanya menggarap Mbak Farah sekarang aku
memanggil Nia agar bergabung. Sekarang Nia, istriku aku minta untuk berbaring
terlentang sementara diatasnya aku minta Mbak Farah dalam posisi merangkak.
Sekarang
didepanku terpampang dua vagina siap sodok. Di bagian atas Mbak Farah vaginanya
yang sempit dan basah itu sementara itu di bawahnya terdapat bibir vagina Nia
istriku yang berbulu agak lebat itu. “Akkhhh…mas Ridwan…ekkhhh…” desah Mbak
Farah ketika aku menusukkan lagi batang penisku kedalam vaginanya. Lalu setelah
beberapa kali pompaan aku lalu mencabutnya dan mengarahkan penisku ke vagina
Nia istriku dan melesakkannya kedalam vaginanya. Bergantian istriku dan Mbak
Farah merasakan kenikmatan sodokan penisku. Mungkin karena aku sudah
berejakulasi sebelumnya sehingga permainanku kali ini jauh lebih lama.
Bergantian kedua perempuan ini mencapai klimaks mereka. Istriku mencapai
orgasmenya lebih dulu lalu setelah beberapa detik kemudian segera aku alihkan
sodokanku ke vagina Mbak Farah dan kami berdua mencapai orgasme bersama.
Sebagian spermaku menyembur di vagina mbak Farah lalu dengan cepat kucabut dan
kumasukkan kedalam liang kemaluan Nia istriku dan menghabiskan sisa spermaku
disana. Mbak Farah lalu terkulai lemas di atas tubuh istriku.
Aku
puny ide tambahan lagi meminta mereka berdua berciuman. Adegan lesbi yang
menggairahkan lalu aku minta supaya keduanya kembali melayaniku walaupun kali
ini aku tidak sampai orgasme. Aku melihat Mas Susno yang termenung melihat
polah istrinya yang disetubuhi orang lain. Aku kemudian menghentikan gerakan
sodokanku di vagian Mbak Farah. “Mas. Kalau mas Susno mau silakan pakai aja Nia
untuk sementara ini. Dari pada bengong, aneh juga kalau pas ngentotin cewe ada
yang nonton.” Ujarku kepadanya. Mas Susno bingung tapi setelah itu sebuah
senyuman tersungging di bibirnya. Akhirnya kami menutup tragedy itu dengan
sebuah swing party antara aku, istriku, Mbak Farah dan Mas Susno. Sesekali aku
melihat Mas Susno yang sedang asik menggarap tubuh molek istriku yang
dibaringkan terlentang disamping tubuh Mbak Farah yang memang sedang kutindih.
Kami berdua berlomba mengerjai istri lawan kami masing-masing. Sengaja atau
tidak tapi aku melihat istriku mencium mesra mas Susno lalu Mbak Farah
membalasnya dengan menciumku lebih panas lagi.
Seperti
lomba saja jadinya, hanya saja lomba kali ini adalah lomba seks. Entah sudah
berapa kali sperma tumpah di tubuh istriku atau di tubuh Mbak Farah. Baik
vagina maupun bagian perut mereka berdua sudah diselimuti cairan sperma baik
dari milikku maupun Mas Susno. Beberapa kali aku bertukar posisi dengan Mas
Susno, dan baik Mbak Farah maupun Nia sepertinya merasakan kenikmatan
tersendiri ketika pergantian penis tersebut. Percintaan itu kami akhiri dengan
pasangan resmi kami masing-masing. Mas Susno menyemprotkan hasil ejakulasinya
yang ketiga sore itu di dalam vagina istrinya, Mbak Farah. Sementara itu aku
menumpahkan sisa spermaku yang mulai encer itu kedalam rahim Nia, istriku. Lalu
kami berpelukan dengan pasangan masing-masing. Walaupun beberapa kali tangan
Mas Susno mencoba bermain-main dengan puting istriku. Entah petualangan kali
ini apakah akan berlanjut ke hal yang lebih seru atau tidak karena aku dan Mbak
Farah jelas tidak ingin menyudahi kenikmatan ini.
tamat.
BalasHapusModel Majalah Dewasa
Video Mesum Indonesia
Inilah Foto Topless Pamela Safitri Duo Srigala
Video Tersembunyi di Pijat Plus-Plus
Luar Biasa Begini Cara Seleksi Therapist Spa Plus-Plus
Inilah Foto Pemerkosaan Yang Dilakukan 2 Mahasiswa Di Amerika
Inilah Foto Pemerkosaan Di Restoran China
Inilah Foto Polisi Meksiko Bercinta Di Pinggir Jalan
Inilah Foto Pasangan Australia Tertangkap Basah Berhubungan Seks Di Jalan
Inilah Foto Seksi Echa Frauen di Majalah Max
Inilah Foto Pose Seksi SPG Seoul Motor Show 2015
Inilah Foto Gadis 16 Tahun Yang Diperkosa Bapak Angkat
Inilah Foto Kayla Mooney Guru Cantik Yang Cekoki Muridnya Dengan Miras Kemudian Bercinta
Inilah Foto Pasangan Muda Berhubungan Seks Di Jalan
Luar Biasa Iwan Sering Mengintip Tetangganya Sedang Mandi
Aduhai Cantiknya Gadis Cleaning Service Ini
Astaga Makanan Untuk Bebek Disajikan Untuk Manusia
Aneh Pria Ini Menari Dengan Telanjang Bulat Di Depan Kamera Pengawas Lalu Lintas
Astaga Diperkirakan Angin Topan Masyak Menerjang Filipina
Wow Suami Istri Nekat Mandi Di Kolam Air Mancur Tengah Kota
Luar Biasa Eko Bisa Menghasilkan 150 Juta Dari Akun Facebook