Beban pekerjaan dan dan pikiran yang
sumpek membuat Rahmat (45), yang menjabat sebagai kepala jawatan di
sebuah daerah Kabupaten yang cukup maju, memutuskan untuk mengajak Nina
(35), istrinya bersama dua anak mereka Riki dan Riko, kembar berusia 10
tahun, berlibur ke daerah wisata di luar kota selama sepekan. Dua hari
menginap di hotel N di kawasan wisata pantai membuat keluarga Rahmat
sejenak melupakan hiruk pikuk kota. Di sana setiap hari mereka
menghabiskan waktu bersama, berenang, latihan diving, dan mengabadikan
kegembiraan mereka sekeluarga menggunakan kamera foto dan handycam. Tapi
di hari ketiga, Nina merasa kecapaian dan tidak ikut suami dan dua
anaknya bepergian. Ia memilih diam di kamar hotel untuk istirahat.
Pagi-pagi benar, Rahmat, dan Riko-Riki berangkat untuk menikmati
indahnya pulau-pulau kecil di sekitar kawasan wisata itu yang harus
ditempuh dengan menyeberang perahu boat selama setengah hari
“Ya sudah mama tinggal saja di hotel, istirahat.. paling besok kita sudah balik,” kata Rahmat saat hendak berangkat.
Ia mengerti benar stamina istrinya
kurang fit kalau harus menyeberang menggunakan boat. Riko dan Riki
mencium pipi mamanya sebelum pergi. Hotel N tempat mereka menginap jauh
dari pemukiman penduduk. Tempatnya memang sangat nyaman untuk berlibur
menghilangkan suntuk, dengan rindang pepohonan di sekitar hotel dan
panorama pantai yang berpasir putih. Hanya saja, keluarga Rahmat datang
ke sana saat bukan musim libur, dan suasana hotel memang sedang sepi
tamu. Ini juga yang membuat pengelola hotel memperlakukan keluarga
Rahmat secara spesial agar mau menginap lebih lama di sana. Sebab mereka
menyewa dua kamar, satu untuk mereka dan satunya untuk anak-anak. Nina
bangun sekitar pukul 11 siang, badannya sudah lebih segar dengan
istirahat yang cukup. Ia lalu mandi dan menyantap sarapan yang diantar
sedari pagi.
Nina tergolong wanita cantik yang di
usia ke 35 tubuhnya semakin menggairahkan dari segi seksual. Payudaranya
36D dan tubuh tinggi montok berisi dengan pantat yang seksi dibalut
kulit putih bersih. Banyak yang bilang wajah dan perawakan Nina mirip
artis Mona Ratuliu. Setelah menikmati sarapannya, Nina mencoba rileks di
sofa menonton televisi. Nina mengenakan kaos oblong putih dan celana
pendek longgar agar lebih nyaman. Tayangan kuliner di televisi hampir
membuat Nina yang berbaring di sofa terlelap lagi, tapi ketukan pintu
kamar menyadarkannya. Salman (40) dan Rusdi (28), dua orang petugas
Hotel itu berdiri di muka pintu saat Nina membukanya.
“Maaf mengganggu bu,” kata Salman ramah. Rusdi berdiri di belakang Salman.
“Oh nggak apa.. ada apa ya?,” tanya Nina.
“Oh nggak apa.. ada apa ya?,” tanya Nina.
“Tadi pagi kami dipesan pak Rahmat,
disuruh memeriksa kemari, katanya ada gangguan kerusakan di shower dan
saluran pembuangannya?,” jawab Salman.
Salman lalu mengenalkan diri kalau ia
dan Rusdi adalah petugas hotel yang bertanggungjawab jika ada keluhan
kerusakan fasilitas hotel.
“Ehm.., oh iya. Tadi sempat ke sini ya?
Maaf ya saya bangunnya siangan.. ayo silahkan masuk pak,” Nina baru
ingat tadi pagi sempat ngomel-ngomel karena kerusakan di kamar mandi
hotel.
Nina menyilakan dua petugas hotel itu
masuk. Tak disangka saat itulah niat bejat dua petugas hotel dan
kesempatan yang tersedia di saat Nina seorang diri, membuat Nina
diperkosa di kamar sewaan keluarganya.
**********************
Pengakuan Nina:
Rahmat, suami Nina bersama anak mereka,
Riko dan Riki kembali ke Hotel N dua hari kemudian setelah menikmati
keindahan pulau-pulau kecil di seberang kawasan pariwisata itu. Malam
hari setelah Riko dan Riki masuk ke kamar mereka dan tidur, Rahmat
mencari tahu apa penyebab istrinya bermuram muka sejak mereka kembali ke
Hotel.
“Mama masih sakit ya?, kok diam terus dari tadi,” tanyanya pada Nina.
“Nggak papa, mama sudah sehat. Tapi
selama papa dan anak-anak pergi….,” Nina tak melanjutkan ceritanya. Ia
tengkurap di ranjang dengan raut sedih, sementara Rahmat dengan sabar
menunggu jawaban istrinya itu.
“Ayo teruskan mama, ada apa sebenarnya?,” Rahmat penasaran.
“Mama diperkosa pa…mama diperkosa oleh dua petugas hotel ini…dan sekarang mereka sudah kabur,” isak Nina menjadi-jadi.
Nina pun bercerita bagaimana dua petugas
hotel itu datang ke kamar untuk memperbaiki shower. Namun saat kamar
tertutup, mereka meringkus Nina dan mengikatnya. Mulutnya disumpal kain
dan matanya juga ditutup ikatan sapu tangan. Lalu, mereka memperkosa
Nina berkali-kali.
“Apa..??,” Rahmat terkejut bukan main
mendengar istri tercintanya digauli secara paksa oleh dua petugas hotel.
Ia berusaha menghibur Nina agar tidak trauma, dan berjanji segera
melaporkan kejadian itu ke kantor polisi esok harinya.
*********************
Rekaman Handycam
Rahmat sangat terpukul mendengar cerita
istrinya. Setelah menenangkan Nina dan membiarkan ia terlelap, Rahmat
kemudian keluar kamar hotel menuju tepian pantai untuk menyepi sambil
merencanakan melaporkan masalah tersebut esok paginya. Tapi, sebelum
keluar kamar Rahmat menemukan handycam milik Riko, anaknya tergeletak di
dekat pintu kamar hotel. Handycam itu tidak dibawa ketika Rahmat
bersama dua anaknya melancong ke pulau–pulau kecil dua hari lalu. Ia
lalu memungut handycam itu dan membawanya keluar. Di tepi pantai yang
sepi itu, Rahmat melamun panjang memikirkan nasib keluarganya. Pergi
berlibur untuk melepaskan beban dari himpitan kerja dan hiruk pikuk
kota, justru membawa problem yang sangat berat dan aib. Tangannya iseng
menghidupkan handycam untuk mengambil gambar bintang di langit malam
itu. Namun niat ia urungkan karena pita kaset ternyata penuh. Penasaran,
Rahmat kemudian merewind kaset dan memutarnya untuk melihat isinya.
Mata Rahmat terbelalak saat rekaman handycam tertayang di LCD handycam.
Ternyata isinya adalah adegan pemerkosaan yang menimpa Nina, istrinya.
Nina dalam keadaan terikat, masing-masing tangannya diikat di pojok sisi
ranjang membuat posisi Nina terlentang dengan kaki terbuka. Ia hanya
mengenakan celana dalam dan bra berwarna biru muda, sementara mata dan
mulutnya tertutup erat dengan ikatan sapu tangan. Tubuh Nina yang putih
mulus meronta-ronta di atas ranjang seolah menuntut dilepaskan. Suaranya
hanya ehmmm…ehmmm… seperti berteriak, tapi tak bisa lepas karena
mulutnya tersumbat.
“Ha.. ha.. ha.. ini dia.. tante girang yang sudah nggak tahan di atas ranjang,” suara seorang pria terdengar dalam rekaman itu.
Rahmat mengenal suara itu, ya suara itu
tak lain dari Rusdi, bujangan petugas hotel. Nampaknya ia yang memegang
handycam dan mengambil gambar Nina di ranjang.
“Eng.. ing.. eng… ini dia gigolonya…,” kata Rusdi, di saat yang sama muncul gambar Salman petugas hotel lainnya.
Salman hanya menggunakan kolor putih, di
baliknya nampa penisnya yang mulai menonjol tegang. Salman menyeringai
di kamera sambil lidahnya menjilati bibir sendiri seakan hendak
menyantap makanan lezat.
Salman naik ke ranjang di mana Nina
terikat. Ia berlutut di antara kaki Nina sambil tanganya mulai mengusapi
kaki mulus Nina. Nina memberontak meronta-ronta, teriakan tertahan
terdengar keras.
“Eit.. eit… percuma tante… lebih baik
tante nikmati saja, ketimbang melawan ntar malah sakit lho..
he..he..he..,” ejek Salman dengan seringai mesumnya.
Salman terus meraba Nina mulai dari
kaki, paha, perut, dan kini tangannya mulai menjalar ke payudara Nina
yang masih terbungkus bra. Nina terus meronta berusaha melawan, tetapi
percuma karena ikatan di tangan dan kakinya sangat kuat menggunakan tali
plastik jemuran, semakin kuat ia meronta justru membuatnya semakin
sakit pada pergelangannya.
“Kurang aj”, pikir Rahmat saat menyaksikan adegan itu di handycam, tubuhnya bergetar menahan amarah.
Rasanya ia ingin sekali menemukan
petugas hotel itu dan menghajarnya habis-habisan. Rahmat melanjutkan
menyaksikan adegan di LCD handycam, kini tangan Salman mencabik paksa
bra istrinya itu hinga tanggal. Payudara montok Nina sampai
tergoncang-goncang. Pemandangan itu membuat Salman makin bernafsu dan
seketika bibirnya mulai menjelajahi payudara Nina, bergantian, satu
dihisap satu diremas-remas.
“Ehmmhhkk… ehmhkkk…jangan!!” Nina terus
meronta berusaha melawan, tapi Salman tak peduli dan terus melakukan
aksinya menikmati payudara wanita cantik itu.
“Eihh.. tenang aja tante.. nanti juga wenak..,” kata Salman sambil tanganya memberi kode ke kamera agar mendekat.
“Waduh.. ini bayi tua lagi netek nih…,
cucu mamah gede sih,” suara Rusdi terdengar dalam rekaman, sementara
adegan itu diclose-up, nampak jelas bagaimana lidah Salman bermain di
putting susu Nina, sesekali dihisap dengan keras, lalu dijilati lagi
pelan perlahan.
Handycam di tangan Rusdi juga merekam
jelas bagaimana putting susu Nina perlahan-lahan mengeras setelah
menerima jilatan dan hisapan Salman.
Handycam kemudian diarahkan Rusdi ke
bagian bawah, merekam tangan kiri Salman yang mulai menggerayangi CD
Nina. Gambar kkembali diclose-up, pinggul Nina bergerak kencang berusaha
menghindari sentuhan Salman, namun percuma. Jemari-jemari kekar Salman
mulai menyusup ke balik CD dan menggelitik klitoris Nina, sementara di
bagian atas yang tak terekam kamera bisa dipastikan Salman makin
bergairah menghisapi susu Nina. Rusdi menjauh dan mengambil gambar utuh.
Salman bergerak membuka penutup mata Nina, lalu ia mencabik CD Nina dan
menjilatinya beberapa kali.
“Ha.. ha.. ha.. sudah kubilang, tante
pasti suka. Ini buktinya cairan memeknya sudah mulai netes. Makanya
jangan melawan ya,” Salman menghisap celana dalam Nina di bagian tengah
yang ada bercak basahnya, lalu menghempasnya ke arah kamera.
Rusdi mengclose-up wajah Nina. Mata Nina
melotot marah dan mulutnya yang masih tertutup ikatan sapu tangan
mengeluarkan suara tertahan seperti membentak protes.
“Waduh.. si tante makin galak makin seksi nih.. ayo embat aja kang.., ntar gantian kita.., ” suara Rusdi menyemangati Salman.
“Santai aja Rud.. makin galak makin
asyik rasanya. Sekarang kita lihat masih galak nggak kalau itilnya
diisapin…. Ayo ke siniin kameranya biar lebih jelas gambarnya,”
Salman meremas susu Nina dan menjawil
dagunya, Nina semakin marah, lalu Salam mengarahkan kepalanya ke
selangkangan Nina. Handycam di tangan Rusdi mendekat ke selangkangan
Nina. Jemari Salman membelai-belai vagina Nina yang sudah telanjang
penuh, sementara Nina tetap berusaha melawan dan meronta-ronta. Bibir
vagina Nina direngkah dua jemari Salman hingga terbuka, warnanya merah
muda dan mulai basah lantaran klitorisnya dimainkan jemari Salman.
“Ini itil namanya frend.. makin digosok,
tante makin kenikmatan… nggak tahan.. ha ha ha…,”suara Salman
bergairah, sementara gambar di LCD menunjukkan jempolnya menekan dan
menguyak klitoris Nina.
Bibir Salman kemudian mendekat ke vagina
Nina, lidahnya mulai menjulur menjilati klitorisnya. Telapak tangannya
menekan bagian atas vagina Nina yang ditumbuhi bulu halus tercukur rapi.
“Hmmm.. sedep bener nih tante.
Wangi…nggak ada bau terasinya memeknya nih, ga kaya *****-***** di gang
itu…he he. Rud kau suting mukanya tante pas aku mainin itilnya ya..,”
Salman kembali menjilati vagina Nina, kali ini sambil dihisap-hisap.
Rusdi mereka ekspresi Nina. Matanya kini
terpejam dan mulutnya yang tersumpal masih berusaha teriak, namun
tubuhnya sudah lemah tak mampu meronta lagi. Tenaga Nina sudah terkuras
karena berusaha melawan ikatan di tangan dan kaki.
“Ehmmhh.. ehmmmhhpp.,” suara Nina
melemas juga, rontanya justru menjadi gemulai membuat Salman makin nafsu
menghisap vaginanya. Jilatan-jilatan lidah Salman di vagina Nina
membuat pikirannya bercabang. Ia mulai merasakan kenikmatan yang tak
mungkin dihindari, secara naluriah ia jelas sangat menikmatinya, namun
secara moral, bagaimanapun ini perkosaan, apakah pantas ia menikmatinya?
“Ehmm.. kenapa tante? Nikmat ya?,” suara
Rusdi bertanya sambil wajah Nina di close-up. Nina melotot sambil
berusaha mengangkat kepalanya, ia berusaha berteriak lagi, memprotes
gambarnya direkam Rusdi.
Rahmat semakin marah melihat adegan itu.
Dalam hatinya ia menaruh dendam kesumat pada Salman dan Rusdi yang
mengerjai istrinya. Tapi adegan demi adegan yang dilihatnya di layar LCD
handycam juga membuatnya semakin penasaran.
Rusdi tiba-tiba melepaskan sapu tangan
penutup bibir Nina. Tapi Nina justru terpejam dan tak mengeluarkan
sepatah kata pun, apalagi teriakan.
“Ayo tante.. mau marah apa? Mau ngomong apa.. ayo teriak lagi?,” suara Rusdi meledek Nina.
“Ehmm.. jangan… amphuunnn.. jangan disuting… amphunnn,” suara Nina memelas dengan nafas yang mulai berat dan mulai terangsang.
“Ampun kenapa tante..?,” suara Rusdi kembali menggoda.
“Akhhss.. amphuunnnn… oughhh… mmpphh..,”
mata Nina kembali terpejam, tubuhnya bergetar seperti menahan birahi
yang memuncak. Dari LCD handycam, Rahmat bisa menandai ciri-ciri wajah
istrinya mulai dilanda gairah seksual.
Di bagian bawah Salman terus menjilati
vagina Nina, Rusdi mengarahkan kameranya di bawah. Kepala Salman seakan
terbenam di selangkangan Nina, saat di close-up nampak vagina Nina sudah
sangat basah dan cairannya terus dijilati dan dihisap Salman.
Pinggulnya bergoyang mengikuti irama jilatan Salman.
“Oughh.. ampphhhuuunnn… akhhsss..,” suara Nina terdengar.
“Nih suting nih.. nah lihat nih.. tante
udah nggak tahan mau dientotin nih..,” kata Salman sambil jemarinya
membuka bibir vagina Nina.
Handycam Rusdi mengclose-up vagina Nina
yang terkuak oleh jemari Salman. Terlihat jelas dinding vagina Nina
berkedut-kedut dan nampak dibaluri lendir birahinya sendiri. Salman
masih menahan vagina Nina dengan jarinya, lalu penis Salman terekam di
kamera sudah tegang mengacung dan mulai mendekati bibir vagina Nina.
“Eh Rud.. kau rekam yang lengkap ya..
aku entotin dulu nih tante, ntar kalau aku cabut kontolku.. kau close-up
lagi memeknya ya…biar kau lihat bagaimana kalau nih tante puas.. ha
ha..,” Salman menyeringai.
Salman mengambil posisi tepat di tengah kaki Nina, dan perlahan menuntut penisnya ke bibir vagina Nina.
“Amphhuunn.. tolong lepaskan saya..
jangan.. tolong jangan lakukan” Nina memelas pasrah, seolah sadar sesaat
lagi ia akan disetubuhi pria lain yang bukan suaminya.
“Nah.. begitu dong.. yang halus.. jangan
marah marah kayak tadi hah..!! Ayo sekarang mau apa, mau dilepas?. Rud
turuti tante ini, lepas ikatan kakinya Rud, cepat…,” Salman tetap pada
posisi siap menindih Nina, ujung penisnya sudah menyentuh bibir vagina
Nina yang merekah.
“Akhhss.. jangan pak.. amphun..
jangan..,” Nina memelas sejadi-jadinya dengan suara parau saat merasakan
benda hangat menempel di bibir vaginanya.
Rusdi merekam semuanya sambil melepas
ikatan di kaki Nina. Dari posisi itu nampak jelas penis Salman sudah
menempel di bibir vagina Nina.
“Sudah siap tanthee.. ouh.. sudah siap
kubawa ke alam nikmathhh.. ahh..,” Salman menindih tubuh Nina dan
memegang kedua pipi Nina agar wajah Nina menghadap ke wajahnya.
Pinggulnya mulai ditekan membuat kepala penisnya menembus bibir vagina
Nina.
“Ngghhh… amphuunnn.. jangahhnnn…tolong
janganhhh… engghhhmmm… ouuhhhhggghhh… akhhhssss,” suara Nina yang
memelas berubah menjadi desahan tak tertahan saat Salman mulai
memasukkan penis ke vaginanya dan mulai memompa keluar masuk.
Rahmat melihat bagaimana tubuh mulus
istrinya menggelinjang setiap sentakan pinggul Salman terjadi. Nina
mendesah tak karuan ditindih tubuh Salman yang kekar. Perawakan Salman
agak pendek, penisnya juga lebih pendek dari milik Rahmat. Tapi penis
hitam Salman jauh lebih gemuk dan lebih tegar dari milik Rahmat. Rusdi
mengclose-up bagian yang sedang intim itu. Bibir vagina Nina sampai
monyong-monyong didera penis Salman. Salman menghentak pinggulnya
semakin cepat semakin keras.
“Akhhss… ouhhh.. ahhhh… sssttt…ughhh…,”
Nina terpejam sambil mendesah menahan nikmat, ia tak sadar wajahnya yang
bersemu kemerahan karena terangsang sedang diclose-up oleh Rusdi.
Rusdi kemudian menjauh mengambil gambar
lengkap. LCD handycam yang dilihat Rahmat menampakkan bagaimana kaki
mulus Nina kini justru merangkul pinggul Salman yang semakin cepat
memacunya, nafasnya terdengar keras memburu. Desahan Nina juga makin
keras, dan kepalanya bergerak ke kanan-kiri.
“Ougghhh… argghhh… huh… nikmat sekalih
tubuhmuuhh tannteehhh… ouhhh.. aaahhhhhkkkk…ouhhh nikhhhmmaaathhhh….,”
Salman mencabut penisnya dan berlutut di hadapan Nina dengan kepala
menengadah dan tubuh bergetar, sesaat kemudian penisnya menyemburkan
sperma sampai ke perut Nina. Salman mencapai puncaknya.
“Waduh.. akang ini belum apa-apa tuh
udah ngecrot kemana-mana maninya.., sini gantian.. biar saya ambil alih
memuskan si tante” Rusdi bergegas naik ranjang menggantikan posisi
Salman.
Rekaman di handycam sempat goyang
menampilkan gambar lantai, cermin rias, dan langit-langit kamar. Kini
Salman yang merekam gambar, sementara Rusdi sudah bugil menindih tubuh
Nina. Penis Rusdi sangat kekar, panjang dan besar. Kotak-kotak kekar di
perut Rusdi menggambarkan keperkasaan, ia memang perenang tangguh di
kawasan wisata itu.
“Sudahhh… amphuunnn… jangan lagihh..
amphunnnhhh…,” pinggul Nina bergerak ingin menghindari penis Rusdi yang
sudah mengarah ke vaginanya, tapi percuma karena kedua tangannya masih
terikat membuat posisinya tertahan terlentang.
“Tenang tante sayang.. kan masih
tanggung tadi.. sekarang saya kasih biar tante puas..,” Rusdi tiba-tiba
menindih Nina, ia melumat bibir ranum Nina, meremas susunya, dan mulai
menggenjot penisnya keluar masuk ke vagina wanita cantik beranak dua
itu. Nina mulai mendesah, gerakan Rusdi membuat ia kembali terangsang
hebat setelah puncak klimaksnya hampir sampai bersama Salman tadi.
Rahmat melihat dari layar LCD bagaimana istrinya mulai hilang kontrol
dan tak menyadari sedang berhubungan intim dengan lelaki lain yang
memperkosanya. Nina terpejam dengan bibir terus dilumat Rusdi, malah
Nina nampak membalas lumatan-lumatan Rusdi, nafas mereka sama-sama
memburu bercampur desahan.
“Goyang yang keras Rud.. si tante dah mau sampai puncak tuh…,” suara Salman terdengar
Sementara gambar di close-up ke wajah
Nina dan Rusdi yang berpagutan bibir. Rusdi menggocok semakin kencang,
kaki Nina merangkul pinggul Rusdi seolah ingin hantaman yang lebih
sempurna di vaginanya. Dalam hati Rahmat bercampur berbagai macam
perasaan, marah, cemburu, sedih, juga terangsang sampai tangannya
bergetar memegangi handycam itu
“Oughh… ghimmana tanntehhh… enakkhhhss…??,” Rusdi melepas pagutannya dan terus menggenjot Nina sambil mengeluarkan obrolan nakal
Nampak ludah mereka saling bertaut
ketika bibir mereka berpisah. Nina semakin lepas kendali di saat puncak
kenikmatan nyaris dirasakannya di bawah himpitan tubuh Rusdi yang kekar.
“Gimana tanthee… jawabbbhhh aghhh…,”
“Ngghhhmm ahhsss….,” Nina mendesis. Rusdi menggenjotnya lebih keras, dan terus meluncurkan pertanyaan mengejek pada Nina.
“Akhhss.. amphunnn… ahhhsss enakhhhmaaass.. sssttt..,”
“Apa tanthe??? Yang keras bilang…,”
“Ughhh… ssstnnikkhhmmmaatt… ssshhh aaahhh… ihhh…,”
“Enakh digoyanghhh… ayo bilang…,” Rusdi terus memancing Nina.
Nina menggelinjang kenikmatan dengan
nafas semakin berat memburu. Peluh mereka bercampur menetes. Nina dapat
merasakan urat-urat penis Rusdi yang menonjol itu bergesekan dengan
dinding vaginanya. Benda panjang itu demikian keras dan perkasa hingga
mampu memabukkanya dalam birahi, sebuah sensasi yang belum pernah dia
dapatkan dari suaminya sekalipun.
“Apanya yang nikmat tantehh? Apanya hah? Omong yang jelas!”
“Ssttt.. ahhgg.. konthhh… tholll… assttt oughhh…,” Nina menjawab refleks di luar kendalinya.
“Yahhkk begithuu tannthee… akhhhsss… nihhhh.. ouh…memekmu juga enakhh loh” Rusdi semakin liar menggenjot Nina.
Kini kaki kanan Nina diangkat ke bahunya
lalu dengan posisi itu Nina kembali dihajarnya. Ia terus menyetubuhi
wanita itu sambil tangan satunya meremasi payudaranya yang montok.
“Hajar terus Di!” terdengar suara Salman yang sedang mengambil gambar menyemangati temannya.
“Tanhtee enakhh diapainnn hahh..??,”
Rusdi memacu penisnya semakin cepat, ia mulai merasakan kedutan dari
dinding vagina Nina menandakan Nina hampir klimaks.
Salman mengclose up lagi wajah Nina yang
terpejam, sementara Rusdi menggenjot Nina sambil terus bertanya nakal.
Salman berusaha melepaskan ikatan tangan Nina sambil terus merekam
pertempuran ranjang itu.
“Aghh.. dihennntoothhinnhh aaakhhsss… ahhh. Amphunnnn uhhh enthooottt… akhhhsss ouhhh.. sssttt enghhhmmm,”desah Nina.
“Diperkosa ini tanthee.. enakhss diperkosaaa..??,”
“Yeahhh… akhhsss eeehhhnnn…naaakkhhh.. perkohhssaa…aahhhsss…,” Nina menceracau mengukuti pertanyaan Rusdi.
Tangan Nina yang sudah lepas dari ikatan
bukannya mendorong tubuh Rusdi tapi justru merangkul leher Rusdi dan
meremasi rambut Rusdi dari belakang. Dari LCD handycam di tangannya,
Rahmat melihat istrinya sudah mencapai klimaksnya, suara Nina terdengar
sangat menggairahkan saat itu. Tanpa sadar penis Rahmat mulai tegang,
sungguh tak disangka, istrinya terlihat begitu menikmati hubungan badan
dengan pria pemerkosanya dibanding dengan dirinya. Sungguh sebuah ironi
tapi tanpa anehnya Rahmat malah terangsang menyaksikan rekaman perkosaan
istrinya itu
“Ayooo.. tante.. ahhh.. ayohh…,” Rusdi juga hampir mencapai klimaks, secara maksimal tenaganya dipacu menggoyang Nina.
Tubuh Nina mulai bergetar hebat dan kakinya seperti kejang merangkul pinggul Rusdi yang terus bergoyang di atas tubuhnya.
“Akkhsss.. ahhhh… ammphuuunnnnhhhh…
ssttttt akkhhhsssss…. Mmmmphhhmmmm… emmphhhhpppp,” pertahanan Nina
akhirnya bobol, tubuhnya seakan kejang, tangannya menarik rambut Rusdi,
dan kepalanya terangkat meraih wajah pria itu. Saat klimaksnya
membludak, Nina justru melumat bibir Rusdi, memeluk Rusdi kuat-kuat,
melepaskan kedutan-kedutan nikmatnya.
“Akhhh… ouhh.. yeahhh.. yeahhhh… ouhhh…
yeaaahhhhh…,” Rusdi melenguh kejang melepas lumatan Nina. Rusdi juga
mencapai klimaksnya sambil memeluk erat tubuh Nina, mereka berpelukan
erat dan saling menekan kenikmatan di vital mereka secara bersamaan,
lalu lemas beberapa saat kemudian.
Salman mengclose-up bagian vital itu,
perlahan Rusdi mencabut penisnya. Air sperma Rusdi terhujam di dalam
vagina Nina perlahan menembus keluar meleles di bibir vagina Nina. Rusdi
berbaring di sisi Nina, sementara Salman mengangkangkan kaki Nina dan
menguak vagina Nina dengan tangan kirinya, tanga kanannya mereka close
up vagina Nina. Rahmat melihat vagina Nina masih berkedut-kedut.
Selanjutnya tampak kamera diatur sedemikian rupa sehingga mengarah ke
tengah ranjang, kemudian Salman nampak di layar menghampiri Nina. Kini
kedua pria itu menggarap Nina secara threesome, Rusdi duduk selonjoran
sambil bersandar pada kepala ranjang dengan penisnya dikulum oleh Nina,
sementara dari belakangnya Salman menyetubuhinya daalam posisi doggie.
Sesekali tangan Salman menepuk pantat Nina yang semok itu. Tiap sodokan
penisnya mendorong keluar sperma Rusdi meleleh di bibir vagina wanita
itu. Gambar di handycam kemudian terputus dan menampakkan Nina yang
tertidur pulas di ranjang, bugil tanpa ikatan, pada bibirnya masih
berbekas cipratan sperma.
“Ya beginilah kondisi nyonya sombong
yang sudah kami perkosa sampai puas.. diperkosa malah kenikmatan dia
sampe tidur ngorok ha.. ha.. ha..,” suara Salman terdengar.
“Ini dia film bokep made in Indonesia asli, tidak ada rekayasa dalam pembuatan film ini” suara Rusdi menimpali.
Rusdi dan Salman terus mengeksplore
tubuh telanjang Nina sambil berkomentar. Dari komentar mereka Rahmat
tahu kalau mereka nekad memperkosa Nina karena Nina menyinggung perasaan
mereka. Waktu hendak membenahi shower dan kamar mandi, Nina sempat
melontarkan kata-kata menyuruh mereka berdua cepat selesaikan
pekerjaannya karena Nina tak tahan bau badan mereka. Tangan Rahmat luruh
dan handycam hampir jatuh. Pikirannya kacau setelah melihat rekaman
pemerkosaan terhadapa istrinya itu. Bukankah Nina akhirnya menikmati
juga?, bagaimana mungkin ini dilaporkan ke polisi?, akan lebih menjadi
aib jika nantinya dua pelakunya membeberkan ini suka sama suka. Rahmat
berteriak sejadi-jadinya, lalu kembali ke kamar hotel. Setelah
memastikan anak-anak sudah tidur lelap, ia menggauli Nina secara brutal
membayangkan memperkosa istrinya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar