Memang
setiap laki-laki sangat suka dengan keindahan tubuh wanita apalagi tubuh itu
putih bersih wajah yang ayu dan manis. Cerita
dewasa kali ini menceritakan sebuah lelaki yang sangat suka dengan
tetangganya dan bermimpi untuk menikmati
tubuh tetanggaku yang mulus itu untuk dia tiduri suatu saat nanti.
Keinginan itu terjadi pula yang dia impikan sejak dulu yaitu untuk menikmati
tubuh gadis itu. Kenikmatan itu merupakan sebuah kenikmatan dari abg
muda, karena dia merenggut keperawan juga dari gadis itu, seperti ngentot
anak perawan smp. Siapa sich yang tidak suka dengan melihat gadis yang
hot dan bahenal, pasti langsung klepek-klepek dech,apalagi gadis itu yang kota
sayangi. Perkenalkan dulu namaku panggil saja Hendri, usia 30 tahun, dan saat
ini tinggal di sebuah perumahan sederhana (bukan real estate) di kawasan Bukit
Dieng. Rumah di kompleks perumahanku tentu saja tipe-tipe kecil yang sebagian
besar bertipe 36 dan 45. Namun dengan penghasilanku yang lumayan aku bisa
membuat rumahku yang mungil menjadi terlihat indah dan asri. Boleh dibilang
rumahku merupakan rumah terindah di kompleks itu.
Aku menempati rumah ini sejak lima tahun yang lalu, dulunya
sendiri saja, namun sejak satu tahun lalu aku menikah dan kini tinggal berdua
dengan Sari, isteriku. Sari adalah seorang wanita yang cantik dan penuh
perhatian, sekilas tidak ada yang kurang darinya. Apalagi dia juga bekerja
sebagai Manajer Marketing di sebuah perusahaan farmasi, jadi keluarga kami
secara keuangan tidak punya masalah.
Kehidupan perkawinanku yang selama ini kuanggap bahagia itu
ternyata semu belaka. Sialnya, hal itu disebabkan seperti kata pepatah di
atas:”Rumput tetangga selalu lebih hijau”.
Aku mempunyai tetangga baru, sepasang suami isteri dengan
satu anak yang masih bayi. Suaminya seorang pelaut (anak buah kapal) dan
isterinya ibu rumah tangga. Pada awalnya aku tidak terlalu peduli dengan
kehadiran tetangga baru itu, walaupun ketika mereka datang memperkenalkan diri
ke rumah aku sedikit terpukau dengan sang isteri yang punya body seksi dan
montok. Pada saat itu aku merasa keterpukauanku hanyalah hal biasa saja.
Namun waktu berkata lain. Ternyata setelah berinteraksi
dengan Sherly, begitu nama tetanggaku yang montok itu, aku mulai merasa ada
daya tarik yang muncul dari wanita itu. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki
Sherly namun tidak dimiliki Sari, isteriku.
Pertama tentu saja body-nya yang montok, dengan dada yang
menjulang dan pantat yang besar namun padat. Walaupun Sari juga seksi, namun
ukuran buah dadanya cuma 34 B. Kalau Sherly kutaksir mungkin antara 36 B atau
36 C. Apalagi pantatnya yang bahenol itu tak kalah merangsang dibanding
pantat”Inul”, membuat pria penasaran untuk meremasnya.
Kedua, wajah Sherly yang sensual. Kalau urusan cantik, pasti
aku pilih Sari, namun ketika aku melihat wajah Sherly, maka aku membayangkan
bintang film BF. Mungkin pengaruh dari bibirnya yang agak tebal dan matanya
yang nakal. Setiap kulihat bibir itu berbicara, ingin rasanya aku merasakan
ciuman dan kulumannya yang membara.
Ketiga adalah selera berbusananya, terutama selera pakaian
dalamnya. Pertama kali aku melihat jemuran pakaian di belakang rumah mereka,
aku langsung tertarik pada pakaian dalam Sherly yang dijemur. Model dan
warnanya beraneka macam, mulai dari celana dalam warna hitam, biru, merah,
hijau sampai yang transparan. Modelnya mulai dari yang biasa-biasa saja sampai
model G-string. Motifnya dari yang polos sampai yang bermotif bunga, polkadot,
gambar lucu sampai ada yang bergambar bibir. Wah.. Sari tidak suka seperti itu,
menurutnya kampungan dan seperti pelacur jalanan. Padahal sebagai lelaki kadang
kita ingin sekali bermain seks dengan perempuan jalanan.
Tiga hal itulah yang membuat aku selalu menyempatkan untuk
curi-curi pandang pada Sherly dan tak lupa melihat jemuran pakaiannya untuk
melihat koleksi pakaian dalamnya yang”jalang” itu.
Suatu hari, sepulang dari kantor, aku mampir ke Supermarket
dekat kompleks sekedar membeli makanan instan karena isteriku akan pergi selama
dua hari ke Bandung. Tak disangka di supermarket itu aku bertemu Sherly dengan
menggendong bayinya. Entah kenapa jantungku jadi berdegup keras, apalagi ketika
kulihat pakaian Sherly yang body-fit, baik kaos maupun roknya. Seluruh lekuk
kemontokan tubuhnya seakan memanggil birahiku untuk naik.
“Hai.. Mbak, belanja juga?” sapaku.
“Eh.. Mas Hendri, biasa belanja susu”, jawabnya dengan
senyum menghiasi wajah sensualnya.
“Memang sudah enggak ASI ya?” tanyaku.
“Wah.. Susunya cuma keluar empat bulan saja, sekarang sudah
tidak lagi”.
“Hmm.. Mungkin habis sama Bapaknya kali ya.. Ha-ha-ha..”
candaku.
Sherly juga tertawa kecil, “Tapi enggak juga, sudah dua
bulan bapaknya enggak pulang”.
“Berat enggak sih Mbak, punya suami pelaut, sebab saya yang
ditinggal isteri cuma dua hari saja rasanya sudah jenuh”.
“Wah.. Mas baru dua hari ditinggal sudah begitu, apalagi
saya. Bayangkan saya cuma ketemu suami dua minggu dalam waktu tiga bulan”.
Aku merasa gembira dengan topik pembicaraan ini, namun
sayang pembicaraan terhenti karena bayi Sherly menangis. Ia kemudian sibuk
menenangkan bayinya.
“Apalagi setelah punya bayi, tambah repot Mas”, katanya.
“Kalau begitu biar saya bantu bawa belanjaannya”, aku
mengambil keranjang belanja Sherly.
“Terima kasih, sudah selesai kok, saya mau bayar terus
pulang”.
“Ohh.. Ayo kita sama-sama”, kataku.
Aku segera mengambil inisiatif berjalan lebih dulu ke kasir
dan dengan sangat antusias membayar semua belanjaan Sherly.
“Lho kok..sudah dibayar? Berapa? Nanti saya ganti”, kata
Sherly kaget.
“Ah.. Sedikit kok, enggak apa sekali-kali saya bayarin susu
bayinya, siapa tahu dapat susu ibunya, ha-ha-ha..”, aku mulai bercanda yang
sedikit menjurus.
“Ihh.. Mas Hendri!…….jahat deh” jerit Sherly malu-malu.
Namun aku melihat tatapan matanya yang seakan menyambut canda nakalku.
Kami berjalan menuju mobilku, setelah menaruh belanjaan ke
dalam bagasi aku mengajaknya makan dulu. Dengan malu-malu Sherly mengiyakan
ajakanku.
Kami kemudian makan di sebuah restauran makanan laut di
dekat kompleks. Aku sangat gembira karena semakin lama kami semakin akrab dan
Sherly juga mulai berbaik hati memberikan kesempatan padaku untuk “ngelaba”.
Entah siapa yang memulai duluan tapi semakin lama kami tampak seperti sepasang
kekasih yang sedang melepas rindu. Tampaknya Sherly jadi semakin nyaman dan
memberiku akses masuk jauh lebih dalam. Mulai dari posisi duduknya yang sedikit
mengangkang sehingga aku dengan mudah melihat kemulusan paha montoknya dan
tatkala usahaku untuk melihat lebih jauh ke dalam ia seakan memberiku
kesempatan. Ketika aku menunduk untuk mengambil garpu yang dengan sengaja aku
jatuhkan, Sherly semakin membuka lebar kedua pahanya. Jantungku berdegup sangat
kencang
melihat pemandangan indah di dalam rok Sherly. Di antara dua
paha montok yang putih dan mulus itu aku melihat celana dalam Sherly yang berwarna
orange dan.. Brengsek, transparan!
Dengan cahaya di bawah meja tentu saja aku tak dapat dengan
jelas melihat isi celana dalam orange itu, tapi itu cukup membuatku gemetar
dibakar birahi. Saking gemetarnya aku sampai terbentur meja ketika hendak
bangkit.
“Hi-hi-hi.. Hati-hati Mas….ntar ada yang benjol lho”,
celoteh Sherly dengan nada menggoda.
Aku memandang wajah Sherly yang tersenyum nakal padaku,
kuberanikan diri memegang tangannya dan ternyata Sherly menyambutnya.
“Hmm.. Maaf, saya cuma mau bilang kalau Mbak Sherly.. Seksi
sekali”, dengan malu-malu akhirnya perkataan itu keluar juga dari mulutku.
“Terima kasih, Mas Hendri juga.. Hmm.. Gagah, lucu dan
terutama, Mas Hendri pria yang paling baik yang pernah saya kenal”.
“O ya?”, aku tersanjung juga dengan rayuannya, “Gara-gara
saya traktir Mbak?”
“Bukan cuma itu, saya sering memperhatikan Mas di rumah, dan
dari cerita Mbak Sari, Mas Hendri sangat perhatian dan rajin membantu pekerjaan
di rumah, wah.. Jarang lho Mas, ada pria dengan status sosial seperti Mas yang
sudah mapan dan berpendidikan namun masih mau mengerjakan pekerjaan rumah”.
“Ha-ha-ha..” aku tertawa gembira, “Rupanya bukan cuma saya
yang memperhatikan kamu, tapi juga sebaliknya”.
“Jadi Mas Hendri juga sering memperhatikan saya?”
“Betul, saya paling senang melihat kamu membersihkan halaman
rumah di pagi hari dan saat menjemur pakaian”.
“Eh.. Kenapa kok senang?”.
“Sebab saya mengagumi keindahan Mbak Sherly, juga selera
pakaian dalam Mbak”, aku berterus terang.
Pembicaraan ini semakin mempererat kami berdua, seakan tak
ada jarak lagi di antara kami. Akhirnya kami pulang sekitar jam 8 malam. Dalam
perjalanan pulang, bayi Mbak Sherly tertidur sehingga ketika sampai di rumah
aku membantunya membawa barang belanjaan ke dalam rumahnya.
Mbak Sherly masuk ke kamar untuk membaringkan bayinya,
sementara aku menaruh barang belanjaan di dapur. Setelah itu aku duduk di ruang
tamu menunggu Sherly muncul. Sekitar lima menit, Sherly muncul dari dalam
kamar, ia ternyata sudah berganti pakaian. Kini wanita itu mengenakan gaun
tidur yang sangat seksi, warnanya putih transparan. Seluruh lekuk tubuhnya yang
montok hingga pakaian dalamnya terlihat jelas olehku.
Tak seperti di bawah meja sewaktu di restoran tadi, kini aku
dapat melihat dengan jelas celana dalam orange transparan milik Sherly. Sungguh
indah dan merangsang, terutama warna hitam di bagian tengahnya, membayangkannya
saja aku sudah berkali-kali meneguk ludah.
“Hmm.. Tidak keberatan kan kalu saya memakai baju tidur?”,
tanya Sherly memancing.
Sudah sangat jelas kalau wanita ini ingin mengajakku
selingkuh dan melewati malam bersamanya. Kini keputusan seluruhnya berada di
tanganku, apakah aku akan berani mengkhianati Sari dan menikmati malam bersama
tetanggaku yang bahenol ini.
Sherly duduk di sampingku, tercium semerbak aroma parfum
dari tubuhnya membuat hatiku semakin bergetar. Keadaan kini ternyata jauh di
luar dugaanku. Kemarin-kemarin aku masih merasa bermimpi jika bisa membelai dan
meremas-remas tubuh Sherly, namun kini wanita itu justru yang menantangku.
“Mas Hendri mau mandi dulu? Nanti saya siapkan air hangat”,
tanya Sherly sambil menggenggam tanganku erat.
Dari sorotan matanya sangat terlihat bahwa wanita ini
benar-benar membutuhkan seorang laki-laki untuk memuaskan kebutuhan
biologisnya.
“Hmm.. Sebelum terlalu jauh, kita harus membuat komitmen
dulu Mbak”, kataku agak serius.
“Apa itu Mas?”
“Pertama, terus terang aku mengagumi Mbak Sherly, baik fisik
maupun pribadi, jadi sebagai laki-laki aku sangat tertarik pada Mbak”, kataku.
“Terima kasih, saya juga begitu pada Mas Hendri”, Sherly
merebahkan kepalanya di pundakku.
“Kedua, kita sama-sama sudah menikah, jadi kita harus punya
tanggung jawab untuk mempertahankan keutuhan rumah tangga kita, apa yang
mungkin kita lakukan bersama-sama janganlah menjadi pemecah rumah tangga kita”.
“Setuju, saya sangat setuju Mas, saya hanya ingin punya
teman saat saya kesepian, kalau Mas Hendri mau kapanpun Mas bisa datang ke
sini, selagi tidak ada suami saya. Tapi saya sekalipun tidak akan meminta
apapun dari Mas Hendri, dan sebaliknya saya juga ingin Mas Hendri demikian
pula, sehingga hubungan kita akan aman dan saling menguntungkan”.
“Hmm.. Kalau begitu tak ada masalah, saya mau telpon ke
rumah, supaya pembantu saya tidak kebingungan”.
“Kalau begitu, Mas Hendri pulang saja dulu, taruh mobil di
garasi, kan lucu kalau Mas Hendri bilang ada acara sehingga tidak bisa pulang,
sementara mobilnya ada di depan rumah saya”.
“Oh.. Iya, hampir saya lupa”.
Aku segera keluar dan pulang dulu ke rumah, menaruh mobil di
garasi dan mandi. Setelah itu aku mau bilang pada pembantuku kalau aku akan
menginap di rumah temanku. Namun tidak jadi karena pembantuku ternyata sudah
tidur.
Aku segera datang kembali ke rumah Sherly. Wanita itu sudah
menungguku di ruang tamu dengan secangkir teh hangat di atas meja. Pahanya yang
montok terpampang indah di atas sofa.
“Wah.. Ternyata mandi di rumah ya? Padahal saya sudah
siapkan air hangat”.
“Terima kasih, Mbak Sherly baik sekali”.
Wanita itu berjalan menutup pintu rumah, dari belakang aku
memandang kemontokan pantatnya yang besar dan padat. Kebesaran pantat itu tak
mampu dibendung oleh celana dalam orange itu, sehingga memperlihatkan
belahannya yang merangsang. Seperti tak sadar aku menghampiri Sherly, lalu
dengan nakal kedua tanganku mencengkeram pantatnya, dan meremasnya.
“Uhh..”, Sherly agak kaget dan menggelinjang.
“Maaf”, kataku.
“Tidak apa-apa Mas, justru.. Enak”, kata Sherly seraya
tersenyum nakal memandangku. Senyum itu membuat bibir sensualnya seakan
mengundangku untuk melumatnya.
“Crup..!”, aku segera menciumnya, Sherly membalasnya dengan
nafsu.
Aku tak tahu sudah berapa lama bibir itu tak merasakan
ciuman laki-laki, yang jelas ciuman Sherly sangat panas dan mahir. Berkali-kali
wanita itu nyaris menggigit bibirku, lidahnya yang basah meliuk-liuk dalam
rongga mulutku. Aku semakin bernafsu, tanganku menjalar di sekujur tubuhnya,
berhenti di kemontokan pantatnya dan kemudian meremas-remas penuh birahi.
“Ohh.. Ergh…..masssss”, lenguh Sherly di sela-sela ciuman
panasnya.
Dengan beberapa gerakan, Sherly meloloskan gaun tidurnya
hingga terjatuh di lantai. Kini wanita itu hanya mengenakan Bra dan CD yang
berwarna orange dan transparan itu. Aku terpaku sejenak mengagumi keindahan
pemandangan tubuh Sherly.
“Wowww.. Kamu.. Benar-benar seksi Mbak”, pujiku ,”Buah dada
Mbak besar sekali”
“Hi-hi-hi.. Punya Sari kecil ya? Paling 34 A, iya kan? Nah
coba tebak ukuran saya?”, tanyanya seraya memegang kedua buah melon di dadanya
itu.
“36 B”, jawabku.
“Salah”
“36 C”.
“Masih salah, sudah lihat aja nih…..”, Sherly membuka
pengait Bra-nya, sehingga kedua buah montok itu serasa hampir mau jatuh. Ia
membuka dan melempar bra orange itu kepadaku.
“Gila.. 36 D!”, kataku membaca ukuran yang tertera di bra
itu.
“Boleh saya pegang Mbak?”, tanyaku basa-basi.
“Jangan cuma dipegang dong Mas, remas.. Dan kulum nih..
Putingnya”, kata Sherly dengan gaya nakal bagaikan pereks jalanan.
Wanita itu menjatuhkan tubuh indahnya di atas sofa, aku
memburunya dan segera menikmati kemontokan buah melonnya. Kuremas-remas dua
buah dada montok itu, kemudian kuciumi dan terakhir kukulum puting susunya yang
sebesar ibu jari dengan sekali-kali memainkannya di antara gigi-gigiku. Sherly
menggelinjang-gelinjang keenakan, napasnya semakin terdengar resah,
berkali-kali ia mengeluarkan kata-kata jorok yang justru membuatku semakin
bernafsu.
“Ngentot yuukk massss…………..ahhhh enak banget Mas..”
jeritnya, “Ayo Mas.. Saya sudah kepingin kontol nih!”.
Aku menatapnya, meminta kepastian. Ia mengangguk. Ketika ia
menciumku ketiga kali, aku membalas. Masa bodoh dengan si Hendra suaminya,
pikirku. Kalau ada kesempatan kenapa tidak dimanfaatkan? Kami berpagutan lama.
Bibirnya seperti tidak puas-puasnya menyedot, menggigit-gigit bibirku. Lidahnya
liar berkali-kali memasuki mulutku. Aku membalasnya dengan kegairahan yang
sama. Terus tangannya berkeliaran kesana-sini sampai ke selangkanganku dan
menangkap bendaku yang mulai mengeras. Ia kaget dan berhenti mengulum bibirku.
“Nggak pakai CD ya?” tanyanya kaget. Alisnya mengerut.
“Sengaja” jawabku seenaknya. Ia kembali memagutku dengan
ganas sambil memasukkan tangan kirinya ke dalam celanaku, meremas batangku
dengan gemas. Lalu mengelusnya lembut. Ia berhenti lagi.
“Punya Mas besar banget” bisiknya.
“Gede mana dengan punya Mas Hendra?”
“Gedean ini. Lagian lebih panjang.”
Kami tertawa dan meneruskan pagutan kami. Giliran aku yang
bekerja sekarang. Aku selangkangannya dengan tangan kananku. Ternyata kancing
dan resleting celana jeansnya telah terbuka. Aku terus saja menerobos kedalam
celana dalamnya. Kurasakan bulu kemaluannya kriting dan lebat menyentuh lembut
telapak tanganku. Jariku menyentuh klitorisnya, lalu menggosoknya berputar. Ia
semakin bergairah. Ciuman kami semakin ganas. Lalu kugunakan jariku untuk
mengelus celah vaginanya diantara bibir dua vaginanya yang menyembul indah,
sambil mencari lubangnya. Kata orang, bibir vagina yang gembul ini menimbulkan
rasa yang lebih nikmat terhadap zakar disetubuhi. Ketika jariku menemukan
lubangnya, kurasakan sudah ada cairan yang membasahinya. Aku mencoba menusuknya
dengan satu jari. Bibir Sherly jadi terbuka merasakan kenikmatannya.
“Ahh..” katanya Lalu memagutku kembali.
Aku lalu memaju mundurkan jariku yang mulai basah oleh
cairan vaginanya. Tangannya jadi semakin keras mengurut kermaluanku. Tiba-tiba
ia berhenti. Lalu berdiri dan membuka seluruh pakaiannya sampai celana dalamnya
sehingga bugil. Akupun tak mau ketinggalan. Kubuka seluruh pakaianku, sehingga
ketika celana dalam kuperosotkan, batang kemaluanku menyembul keras. Sherly
tertawa melihatnya.
“Hebat..” Katanya.
Ia lalu berbaring telentang dan mengajakku naik diatasnya.
Aku menatapnya penuh nafsu. Jantungku terus berdegup kencang. Nafaskupun sudah
memburu. Tubuhnya langsing, putih-mulus dan padat. Payudaranya besar dan
kencang. Mimpi apa aku semalam sehingga dapat rejeki nomplok begini. Tanpa nunggu
waktu akupun naik ke atasnya. Ia membuka kakinya dan seketika terlihat
vaginanya yang berwarna kecoklatan ditengah bulu lebatnya, membuka untukku. Aku
memeluknya erat dan bibirku kembali mengulum bibirnya. Ia menyambutnya dengan
nafsu yang sama. Dengan satu tangan ia memegang batang zakarku yang sudah tegak
dan membimbingnya ke arah vaginanya. Tiba di mulut vaginanya aku mendorongnya
perlahan.
“Ahh..” Desahnya.
“Teruss hh.. Punyamu besar.. owww.. enak”
Kulihat mata Sherly setengah membuka. Nampaknya ia amat
menikmati persetubuhan ini. Aku menekan lagi. Baru setengahnya aku cabut. Tapi
tangannya yang satu menekan pantatku. Lalu kedua kakinya melingkari pinggangku.
Lengkap sudah. Aku memasukkan zakarku kembali dan mendorongnya lebih kuat. Dua
pertiga masuk. Kucabut. Lalu kumasukkan lagi dengan tekanan yang lebih kuat.
Akhirnya batangku amblas ditelan vaginanya. Tak terkatakan rasa nikmat yang
kudapatkan. Aku menciumi wajah bibir dan dadanya. Kuhisap dengan ganas.
Kadang-kadang kupelintir puting susu yang agak kehitaman itu dengan bibirku dan
ia mengerang nikmat.
“Ahh.. aw.. Ohh.. ohh. Cabut dong.”
“Ahh..” Aku cuma mendesah nikmat.
Aku mulai menarik batangku. Ia mengerang. Lalu kutekan lagi.
Akhirnya dengan lancar kukayuh batangku mengocok vaginanya. Terdengar suara
keplokan saat selangkangan kami beradu. Sherly mengerang-ngerang tiada henti.
“Awww.. ahh ..owww.. eenakk.. aduhh.. teruss..shh..uhh..
uhh.. awww..”
Aku merasakan batangku diurut oleh vaginanya yang kencang
itu. Geli dan enak. Tak terkira nikmatnya. Dan aku masih saja menggenjot ketika
ia menurunkan kedua kakinya ke kasur. Dengan bertumpu pada pijakan kakinya ia
menggoyang pinggulnya berputar-putar mengikuti ayunan batangku keluar masuk
Saking nikmatnya. Luar biasa. Penisku terasa dipelintir.
“Enghh.. Gila kamu Mas, kalau begini sebentar saja saya
puas”, jerit Sherly keenakan.
“Tak apa Mbak, silahkan orgasme, kan masih ada babak
selanjutnya”, tantangku. Kini kutambah rangsangan dengan meremas dan memilin
puting susunya yang besar.
“Ohh.. Ohh.. Benar-benar enak Mas”, Sherly memejamkan
matanya.
Si Cantik ini rupanya tahu cara menciptakan kenikmatan dan
kepuasan bagi laki-laki. Sayang sekali Hendra terlalu sibuk dengan pekerjaannya
sehingga tidak dapat memenikmatinya setiap saat. Kalau aku jadi dia, mendingan
cari kerja lain yang bisa pulang sore dan menikmatinya. Sambil menggoyang
pinggulnya ia menarik tangan kananku untuk meremas dada kirinya. Sedangkan dada
kanannya masih dalam mulutku. Kuhisap mesra dan kutarik-tarik dengan bibirku.
Tiba-tiba goyangannya berubah semakin kencang. Tangannya pun pindah ke rambutku
dan menarik-narik dengan Sarir. Mulutnya semakin keras mengerang. Nafasnya
semakin memburu. Keringatnya semakin banyak. Rupanya ia hampir orgasme. Akupun
ingin keluar. Aku tidak tahu kenapa secepat ini. Biasanya aku bisa bertahan
lama. Mungkin karena udara dingin. Atau mungkin karena aku mendapatkan bidadari
yang mau memuaskan nafsuku.
“Ahh.. teruss.. cepatt.. cepetiin.. awww.. ahh ..owww.. mass
sstt.. aku..”
“Yahh.. ohh.. iyaahh.. ituu.. ahh.. keluarr.. aww!”
Serr.. serr.. Terasa batangku tersiram cairan hangat dalam
vaginanya. Ia menyemprotkan air maninya begitu kencang. Badannya mengejang dan
memelukku sangat kencang. Aku menghentikan enjotanku sebentar dan membenamkan
seluruh batangku dalam saking nikmatnya. Terjepit diantara bibir vaginanya dan
ditambah gairah yang semakin membara, aku pun tidak tahan lagi.
“Huhh.. ahh.. ohh..”
Serr! Serr! Serr! Air maniku menyembur diujung lubang
vaginanya yang terdalam. Aku memeluknya sekuat tenagaku. Bibirku pun mengenyot
bibirnya. Ia membalasnya. Kenikmatanku telah mencapai puncaknya. Keringat
membasahi tubuh kami di tengah cuaca dingin tengah malam. Aku terhempas di atas
tubuhnya. Lemas.
“Enak mass?” bisik Sherly.
“Bukan enak tapi.. nikmat.” balasku sambil mencium
telinganya.
Ia tertawa dan balas mencium pipiku. Kami terdiam agak lama,
menikmati sisa persetubuhan kami. Batangku mulai mengerut tapi masih tertanam
dalam vaginanya.
“Aku haus..” katanya.
“Ayo..”
Bisikku, “aku juga kepingin minum.”
Dengan hanya memakai selimut kami ke dapur. Selesai minum
kami tidak kembali ke kamar. Ia mengajak duduk di sofa, lalu sambil
menyenderkan badannya ke badanku ia menyalakan televisi. Tapi tengah malam
begini mana ada TV yang siaran? Akhirnya TV pun dimatikan. Ia menoleh padaku
dan tersenyum. Aku mendaratkan ciuman lembut di bibirnya yang ranum. Ia
membalasnya dengan ganas. Kamipun saling mengulum, menggesekkan bibir kami,
saling menyedot lidah lawan.
Desahan Sherly mulai keras dan ia kini membelai punggungku
dengan tangannya. Terkadang ia membelai rambutku dan memegang kepalaku. Mulutku
lalu turun keperutnya, bulu kemaluannya dan akhirnya berhenti tepat di depan
kemaluannya. Kuperhatikan bentuk kemaluannya, indah sekali. Kelentitnya
berwarna kecoklatan berada di ujung atas celah vagina, dibawah rambut
kemaluannya yang ikal dan lebat. Sedangkan disisi celah vagina itu dua bukit
daging menyembul seakan melindungi celah itu. Perfect! pikirku. Bisa jadi
kemaluanku tadi merasakan nikmat bukan kepalang karena rupanya kedua bukit ini
ikut menjepitnya. Kuangkat kedua lututnya ke atas kedua punggungku. Kukecup
vagina itu dengan mesra lalu kujilat celah itu dari bawah ke atas. Terasa ada
cairan membasahi bibir dan lidahku. Agak asin rasanya. Aku malah semakin
bergelora menjilat, mengulum dan mengecup kemaluannya. Kadang-kadang
kelentitnya kutarik-tarik dengan mulutku. Sherly nampaknya tidak menduga hal
ini kulakukan.
“Awww…..sssshhhhhh…” ia menjerit keenakan dan kepalanya
terkulai di senderan sofa, menggeleng kiri dan kanan.
Tangannya menekan kepalaku. Aku menarik kedua bukit daging
vaginanya dengan jari tanganku dan terlihatlah lubang kecil disebelah bawahnya,
sementara celahnya terbuka dan berisi daging kemerahan. Aku memasukkan lidahku
kedalamnya dan kupelintir. Badan Sherly bergetar hebat sambil merintih
tertahan.
“Ahh.. terusshh.. awww.. Nikmaat.. aahh.. Ahh..”
Aku terus menjilati dan memutar-mutar lidahku pada lubang
kemaluannya. Terkadang jarikupun ikut partisipasi, menusuk-nusuk lubang itu.
Lama-kelamaan lidah dan mulutku terasa pegal. Kuangkat kepalaku dan bergerak
keatas mencium bibir Sherly. Ia menyambutnya dengan ganas. Cairan yang berasal
dari vaginanya kini membasahi juga bibir dan pipinya. Aku berusaha membimbing
kemaluanku dengan tangan kanan, tapi Sherly menahan dadaku dengan tanggannya,
pertanda ia belum mau memulai. Ia memintaku duduk bersender, kemudian ia
berlutut dihadapanku. Lalu dengan cepat ia mencengkeram kemaluanku yang juga
sudah basah oleh cairan, lalu dikocoknya. Ia mengulurkan lidahnya ke arah
kepala batangku yang sudah mulai tegang lagi, dan menjilatinya. Lalu seluruh
batangkupun dijilatinya turun naik.
Dimasukkan batangku kedalam mulutnya sedikit sehingga hanya
kepalanya saja yang ada dalam mulutnya. Ia mengenyotnya seperti es krim dan
memutar-mutar kepalanya. Aku terpana dalam kenikmatan. Tidak disangka cewek
cantik dan sopan tetanggaku ini bisa fantastis dalam soal sex. Ia pasti pernah
nonton film blue, karena adegan semacam itu hanya ada dalam film semacamnya.
Aku semakin merasa keenakan ketika ia memasukkan seluruh batangku kedalam
mulutnya dan menghisap-hisapnya. Kepalanya turun-naik mengikuti kulumannya. Ia
mendesah-desah dan pantatnya ikut bergoyang. Rupanya ia juga memainkan kelentit
dan vaginanya dengan tangan kiri. Merasa tidak tahan aku menarik tubuhnya ke
atas dan merapatkan kedua pahaku agar ia duduk mengangkangiku. Kugeser dudukku
agak kebawah sehingga kemaluanku yang sudah tegang tepat berada dibawahnya. Ia
meletakkan kedua lututnya di sofa dan merendahkan posisinya. Dengan tangan
kirinya ia membimbing kemaluanku masuk kedalam vaginanya. Dengan memegang kedua
pantatnya yang kencang itu aku menekan ke atas.
Batangku mulai masuk sedikit-demi sedikit. Lubang vagina
terasa menjepit kemaluanku. Rasa nikmat luar biasa menyelimuti tubuhku. Kini
batangku sudah tertelan semua dan terasa ujungnya menyentuh dasar vaginanya.
Sherly menggoyangkan pantatnya ke kiri dan kanan, semacam isyarat agar aku
mulai mengayuhnya. Dengan kedua tanganku kuangkat pantatnya perlahan, lalu
kuturunkan lagi. Masih terasa sempit, tapi kali ini sudah licin oleh cairan
yang keluar dari kedua alat kami. Tak lama kemudian batangku dengan lancar
keluar masuk pintunya, diringi suara erangan Sherly yang mulai keras. Deru
nafasku pun mulai memacu. Betapa nikmat bersenggama di malam dingin seperti
ini, dengan suara rintik hujang masih menemani enjotanku. Sambil mengayunkan
pantatnya, aku mulai menyedot puting payudara Sherly yang dari tadi menganggur.
Kusedot dengan penuh nafsu. Terkadang Sherly membantunya dengan meremas
payudaranya sendiri dari arah tepi. Aku menghentikan ayunanku dan memintanya
turun. Lalu kubalikkan badannya agar membelakangiku. Lalu dengan kakinya yang
terbuka mengangkangiku kuturunkan tubuhnya.
Ia membantu menuntun kemaluanku dengan tangan kirinya ke
arah lubangnya. Lalu “bless..” dengan mudah batangku masuk kedalam sarang
nikmatnya. Aku merasa geli campur nikmat. Batangku menggesek dinding vaginanya
sangat terasa. Mungkin karena posisi zakarku dan lubang vaginanya yang berbalik
bengkoknya. Ia menarik pantatnya ke atas perlahan, lalu menurunkannya dengan
cepat. “Bless..” Begitu seterusnya. Karena semakin cepat, terdengar suara
kecipak dengan keras tanda selangkangan kami beradu. Mulut Sherly pun tak
henti-hentinya merintih.
“Ahh.. terusshh.. ahh.. yaach.. begitu.. hh .. awww..”
Dengan tangan kanan aku meraih ke depan selangkangannya dan
menggelitiki kelentitnya yang turun naik bersama tubuhnya. Sedangkan tangan
kiriku meremas payudara kirinya.
“Yachh.. begituu.. aww .. aku hh.. nggak.. tahan.. nnhh..
ohh.. enaak.. maas.. ”
Aku terus mengayuhnya tanpa menghiraukan rintihannya.
Keringat telah mengucur dari tubuh kami membasahi sofa. Padahal cuaca dingin
seakan mengiringi kenikmatan kami berdua.
“Mas? hh..”
“Ya sayang…….”
“Aku hh.. pegal.. ohh”
Serentak aku stop ayunanku dan memintanya berdiri. Akupun
berdiri dan memintanya menghadap sofa. Lalu kurtekan punggungnya agar ia
berpegangan pada sandaran sofa. Dengan meletakkan lututnya di sofa, ia
menungging di hadapanku. Aku berlutut di di belakangnya, memandangi vaginanya.
Aduhai, indah nian pantat perempuan ini, putih, mulus dan kencang dengan
lipatan vagina yang montok tepat di depan mukaku. Aku mencium vagina itu dan
menjilatinya sepuasku. Terkadang kelentitnya kukulum mesra.
Puas menjilatinya aku berdiri lagi. Dengan perlahan kutuntun
batangku menuju sarungnya. Sambil memegang pinggangnya, aku menekan kedepan dan
dengan sekejap batangkupun sudah tenggelam. Kukayuh dengan santai dan berirama.
Sherly mengikutinya dangan memaju-mundurkan pantatnya. Terkadang ia memutarnya.
Terasa sekali kulit zakarku menggesek dinding vagina bawahnya sehingga rasa
geli dan nikmat semakin meningkat. Terdengar suara “plok.. plok..” akibat
pantatnya memukul perutku.
“Ahh .. ooh.. sshh .. uuhh.. awww.. nikmaat..hh .. ”
“terus..mass..”
Sambil merintih begitu Sherly meraih tanganku dan
mengantarnya ke dadanya. Secara otomatis aku meremasnya, memutarnya dan
memelintir putingnya. Badan Sherly berguncang hebat, tanda ia menikmati sekali
persetubuhan ini. Aku menghentikan sebentar ayunanku dan berdiri tegak tanpa
melepaskan kemaluanku dari lubang enaknya. Lalu kurapatkan
kedua pahanya dan kini aku yang mengangkang. Dengan posisi seperti ini Saring
vagina Sherly jadi semakin sempit. Aku semakin bernafsu menggenjotnya. Terasa
zakarku dipilin-pilin semakin nikmat. Nampaknya Sherly juga begitu. Tapi posisi
seperti itu tidak lama kami lakukan karena Sherly keburu merasa pegal.
Akhirnya kami merubah posisi lagi. Ia duduk bersenderkan
senderan sofa menghadapku dengan kaki yang dibuka lebar. Terlihat vaginanya
yang sudah kecoklatan, kencang dan tegang dengan cairan yang membasahi sofa.
Aku berlutut dihadapannya dan dengan satu tangan aku menuntun jagoanku ke arah
lawannya. “Bless..” ia masuk lagi dengan gagah. Sherly merintih panjang.
“Ahh.. ah..ah..ah!”
Secara refleks ia melingkarkan kedua kakinya ke pinggangku.
Lalu ia mengangkat kakinya keatas dibantu kedua tangannya yang memegang kedua
bawah lututnya, sehingga pahanya menyentuh perutnya. Terasa vaginanya membuka
lebar. Batang zakarku semakin lancar saja keluar masuk lubang nikmatnya. Dengan
posisi ini zakarku keluar masuk dengan lancar. Tetapi karena posisi berlututku
lebih tinggi dari pantatnya, bagian atas batangku jadi menggesek kencang
dinding luar atas vaginanya, bahkan sering menggesek klitorisnya. Sherly jadi
semakin blingsatan keenakan. Ia mengerang hebat. Kepalanya menggeleng ke kiri
dan kanan.
“Ahh.. aw! Aw! Aw! terusshh.. Iyaa.. Ituu.. teruuss.. oh!
Oh! Oh! aahh..!”
Dengan menumpukan pada kedua tanganku ke sofa, aku berusaha
menangkap bibirnya dengan bibirku. Ia menerkamnya dan memelukku. Bibirku
digigit-gigitnya ganas. Lidahnya dengan liar memasuki mulutku. Terkadang ia
mengenyot bibirku dengan rakus.
“Mass.. aduhh.. enakh..”
“Cepetinn.. dongh.. aku mau.. keluarrhh aw! Aw! Aw! Ohh..
Ah! ah! “
“Aku juga.. ahh.. ahh!” sahutku sambil mempercepat
goyanganku.
Ia pun semakin bergairah memutar pantatnya. Jari tangannya
menjenggut-jenggut rambutku hingga kusut.
“Ahh.. ahh.. aahh.. aahh..”
“Hiyah.. hiyah.. yahh.. aahh”
Serr.. serr.. ser! Ser! Dengan sepenuh tenaga kuhunjamkan
zakarku. Sekali. Dua kali. Bersamaan dengan itu Sherly memelukku dengan erat.
Badannya mengejang. Bibirnya merenggut ganas bibirku dan menyedotnya denan
rakus.
“Mmmff.. mmff.. ahhmm..”
Hanya itu yang keluar dari mulut kami. Aku tumbang di atas badan
empuk Sherly. Ia memelukku erat. Zakarku banyak sekali menyemprotkan air mani.
Begitu banyaknya, aku tidak bisa membedakan lagi mana yang berasal dari dalam
vagina Sherly. Semua bercampur dalam puncak kenikmatan orgasme kami. Keringat,
air mani, ludah dan cairan lainnya. Sulit untuk melukiskan kenikmatan yang kami
alami, di malam buta, demgam rintik hujan masih turun dan cuaca puncak yang
dingin, seakan ingin menambahkan kenikmatan bagi kami berdua..
“Mas?!”
“Hmm..”
“Mas..?!”
“Ya sayang..?!”
Aku menatapnya. Ia tersenyum, tapi ada linangan air mata di
pipinya. Aku mengusapnya. Aku baru mau mengucapkan sesuatu, tapi ia menutup
bibirku dengan jari tangan kanannya. Lalu bibirnya mengecup bibirku, lembut.
“Aku bahagia..”
“Tidur yuk? Udah jam dua”
“Gendong aku dong..”
“Aku coba ya?”
Setelah membersihkan masing-masing kemaluan kami, dengan
telanjang bulat aku mencoba menggendongnya ke kamar, dalam keadaan bugil pula.
Ia ketawa cekikikan ketika kucium dadanya. Ia menggeleng manja ketika ia akan
kuletakkan di tempat tidur sebelahku. Akhirnya badannya yang montok itu kutaruh
perlahan di tempat tidur. Tangannya masih menggayut leherku ketika aku hendak
mengambil selimut, seakan tidak ingin kehilanganku sesaatpun. Akhirnya kamipu
ter tidur di kasurnya, meskipun agak sempit. Dengan kaki kanan yang menaiki
perutku, ia tidur disisi kananku dengan kepala terkulai didadaku. Aku membelai
rambutnya dan pikiranku menerawang, menikmati sisa-sisa persenggamaan tadi.
TAMAT
BalasHapusModel Majalah Dewasa
Video Mesum Indonesia
Inilah Foto Topless Pamela Safitri Duo Srigala
Video Tersembunyi di Pijat Plus-Plus
Luar Biasa Begini Cara Seleksi Therapist Spa Plus-Plus
Inilah Foto Pemerkosaan Yang Dilakukan 2 Mahasiswa Di Amerika
Inilah Foto Pemerkosaan Di Restoran China
Inilah Foto Polisi Meksiko Bercinta Di Pinggir Jalan
Inilah Foto Pasangan Australia Tertangkap Basah Berhubungan Seks Di Jalan
Inilah Foto Seksi Echa Frauen di Majalah Max
Inilah Foto Pose Seksi SPG Seoul Motor Show 2015
Inilah Foto Gadis 16 Tahun Yang Diperkosa Bapak Angkat
Inilah Foto Kayla Mooney Guru Cantik Yang Cekoki Muridnya Dengan Miras Kemudian Bercinta
Inilah Foto Pasangan Muda Berhubungan Seks Di Jalan
Luar Biasa Iwan Sering Mengintip Tetangganya Sedang Mandi
Aduhai Cantiknya Gadis Cleaning Service Ini
Astaga Makanan Untuk Bebek Disajikan Untuk Manusia
Aneh Pria Ini Menari Dengan Telanjang Bulat Di Depan Kamera Pengawas Lalu Lintas
Astaga Diperkirakan Angin Topan Masyak Menerjang Filipina
Wow Suami Istri Nekat Mandi Di Kolam Air Mancur Tengah Kota
Luar Biasa Eko Bisa Menghasilkan 150 Juta Dari Akun Facebook