Sejak berkeluarga dan tinggal di Jakarta aku selalu sempatkan pulang mudik menengok orang tua di Yogyakarta setiap hari raya Idul Fitri. Aku paling suka mudik dengan mobil sendiri. Saat anak-anakku masih kecil aku menyupir sendiri sampai ke rumah orang tua. Kemudian saat anakku sudah besar dan dewasa, merekalah yang bawa mobil.
Kalau pulang mudik aku paling senang lewat jalur
selatan yang tidak begitu ramai dan jarang ada kemacetan. Dan yang paling aku
suka adalah saat aku melewati desa Redjo Legi menjelang masuk kota Purworejo.
Disitu tinggal pamanku, yang aku biasa panggil Pak Lik, dia adik sepupu
bapakku. Aku sangat akrab dengannya karena anaknya yang seumur denganku
indekost di rumahku. Kalau hari libur aku sering diajak pulang ke Redjo Legi
cari belut. Depan rumahnya yang hingga kini masih merupakan sawah yang
terbentang selalu ada belut untuk kami tangkap dan goreng.
Nostalgia macam itulah yang membuat aku selalu ingin
mengenang kembali masa kecilku dengan menyempatkan mampir kerumah Pak Lik
setiap aku pulang mudik. Dan ada yang tidak berubah di rumah Pak Lik sejak aku
kecil dulu, yaitu rumahnya yang berdinding gedek kulit bambu itu. Indahnya
gedek macam itu adalah fungsi sirkulasi udaranya sangat bagus karena gedeknya
itu bercelah-celah akibat jalinan bambu yang tidak mungki bisa rapat benar. Dan
saat pagi hari matahari akan menembusi gedek itu sehingga panasnya cukup untuk
membangunkan kami yang maunya masih bermalas-malas di amben, istilah setempat
untuk balai-balai yang terbuat dari bambu. Kondisi dan suasana itulah pulalah
yang semakin membuat aku selalu mampir di rumah Pak Lik setiap aku pulang
mudik. Dan walaupun saat usianya sudah lebih dari 50 tahun atau 20 tahun di
atas saya, tetapi Pak Lik tetap nampak gagah dan sehat.
Dua tahun yang lalu Bu Lik meninggal dunia karena sakit
sehingga kini Pak Lik menjadi duda. Untuk menopang kegiatannya sehari-hari Pak
Lik dibantu pelayan kecil dari kampungnya untuk mencuci pakaiannya dan masak
ala kadarnya. Apabila sudah tidak ada lagi yang dikerjakan dia pulang ke
rumahnya yang tidak jauh dari rumah Pak Lik. Akhirnya Pak Lik menjadi terbiasa
hidup sendirian di rumahnya. Sanak saudaranya yang menyarankan untuk kawin lagi
agar ada perempuan yang membuatkan kopi di pagi hari atau menjadi teman saat
bertandang ke sanak keluarga, tetapi Pak Lik belum juga menemukan jodohnya yang
sesuai dengan keinginan hatinya. Walaupun pendidikannya cukup tinggi, waktu itu
sudah menyandang titel BA atau sarjana muda, kegiatannya sehari-hari dari dulu
hingga kini adalah tani. Dia menggarap sendiri sawahnya.
Tahun ini aku dan istriku terpaksa pulang mudik
berdua saja. Anak-anakku punya acara sendiri bersama teman-temannya yang susah
aku pengaruhi untuk ikut menemani kami. Ya, sudah. Aku nggak suka memaksa-maksa
anak. Mereka perlu dewasa dan belajar mengambil keputusan sendiri. Menjelang
masuk kota Kroya jam menunjukkan pukul 2 siang saat aku merasa agak tidak enak
badan. Badanku agak demam dan kepalaku pusing. Sambil pesan agar nyopirnya
nggak usah buru-buru, istriku memberi obat berupa puyer anti masuk angin yang
selalu dia bawa saat bepergian jauh. Sesudah aku meminumnya rasa badanku agak
lumayan, pusingku sedikit berkurang. Tetapi tetap saja tidak senyaman kalau
badan lagi benar-benar sehat. Menjelang memasuki desa Redjo Legi menuju rumah
Pak Lik aku merasakan sakitku tak bisa tertahan lagi. Kupaksakan terus jalan
pelan-pelan hingga tepat jam 5 sore mobilku memasuki halaman rumah Pak Lik yang
dengan penuh kehangatan menyambut kami.
Ketika dia tahu aku sakit, dia panggil embok-embok di
kampungnya yang biasa mijit dan kerokan, kebiasaan orang Jawa kalau sakit
badannya di kerok dengan mata uang logam untuk mengeluarkan anginnya. Ketika
sakitku tidak berkurang juga akhirnya istriku membawa aku ke dokter yang tidak
jauh dari rumah Pak Lik. Aku dikasih obat dan disuruh banyak istirahat dan
tidur. Sepulang dari dokter Pak Lik sudah merepotkan dirinya dengan menyediakan
makan malam. Sebelum minum obat istriku menyuruh aku makan dulu barang sedikit.
Dan seusai aku minum obat, aku langsung diserang kantuk yang luar biasa.
Rupanya dokter telah memberikan obat tidur padaku. Aku langsung tertidur
pulas.
Sekitar pukul 2 atau 3 malam, aku tidak begitu pasti,
aku dibangunkan oleh suara berisik amben bambu dibarengi suara rintihan dan
desahan halus dari sebelah dinding kamarku. Kantukku masih sangat memberati
mataku. Aku meraba-raba istriku tetapi tak kutemukan, mungkin dia sedang turun
kencing. Di rumah Pak Lik kamar-kamar tidurnya tidak dilengkapi lampu. Cahaya
dalam kamar cukup didapat dari imbas lampu di ruang tamu yang sekaligus ruang
keluarga yang tembus ke dinding bambu yang banyak celah lubangnya itu. Suara
amben yang terus mengganggu kupingku memaksa aku mengintip ke celah dinding.
Apa yang kemudian aku lihat langsung memukul diriku. Aku terpana dan limbung.
Kepalaku yang pusing karena sakit langsung kambuh. Aku kembali terkapar dengan
jantungku yang berdegup cepat dan keras. Benarkah Dik Narti istriku telah tega
mengkhianati aku? Benarkah Pak Lik yang aku selalu baik padanya telah tega
menggauli istriku yang mestinya dianggap sama dengan istri anaknya juga? Apakah
kekuranganku Dik Narti? Apakah karena kesibukkanku yang selalu merampas waktuku
sehingga kamu merasa berhak untuk menerima orang lain? Apakah karena hanya itu
sebagaimana yang sering kamu keluhkan padaku? Ataukah Pak Lik yang sudah 2
tahun men-duda telah membujuk rayu padamu dan kamu tak mampu menolaknya? Ah,
sejuta pertanyaan yang aku nggak mampu menjawabnya karena semakin menambah
pusing kepalaku. Sementara berisik amben itu semakin tak terkendali. Dan
rintihan Dik Narti serta desahan berat Pak Lik semakin jelas di kupingku. Aku
tak mampu bangun karena obat yang aku minum membuat aku limbung kalau nggak ada
yang menuntunku. Aku hanya bisa kembali ngintip dari celah dinding itu.
Kulihat Pak Lik sedang mengayun-ayun kontolnya yang
lumayan gede ke lubang memek istriku sambil mencium Dik Narti penuh nafsu.
Sementara Dik Narti memegangi dan meremas rambut Pak Lik untuk memastikan
bibir-bibir mereka bisa tetap saling berpagut dan melumat. Suara kecupan saat
bibir yang satu terlepas dari bibir yang lain kudengar terus beruntun.
Sementara ayunan kontol Pak Lik yang semakin menghunjam-hunjam vagina istriku
semakin membuat ambennya menjadi lebih berisik lagi.
"Pak Lik, Pak Lik, enaakk Pak Lik.. teruss Pak
Lik.. oocchh.. hhmm.. Pak Lik..", duh, rintihan Dik Narti yang sedemikian
menikmati derita birahinya membuatku kepalaku semakin terpukul-pukul.
Darah yang naik ke kepalaku semakin membuatku pusing
yang sedemikian hebatnya.
Dan desahan Pak Lik sendiri nggak kalah hebatnya.
Sebagai lelaki sehat yang telah men-duda lebih dari 2 tahun tentu kandungan
libidonya sangat menumpuk. Bukan tidak mungkin dialah yang memulai dan
melemparkan bujuk rayu pada istriku sementara dia tahu aku nggak akan mudah
terbangun karena obat tidurku ini. Kembali aku ngintip ke dinding. Kulihat buah
dada dan istriku yang masih demikian ranum dengan pentilnya yang tegak kencang
menusuk ke depan sudah terbongkar dari kantung BH-nya. Itu pasti ulah Pak Lik
yang membetotnya keluar untuk dia lumat-lumat bukitnya dan sedoti pentilnya
hingga kuyup oleh ludahnya. Kulihat bagaimana ketiak istriku yang terbuka saat
memegangi kepala dan meremasi rambut Pak Lik. Pasti lidah dan ludah Pak Lik juga
sudah melumati dan menjilati hingga basah kuyup pada ketiak Dik Narti yang
sangat sensual itu. Kembali aku ambruk ke ambenku.
Rasa nyut-nyut di kepalaku sangat menyakitkan.
Tanganku berusaha memijit-mijt untuk mengurangi rasa sakitnya. Tetapi setiap
kali aku tergoda untuk kembali ngintip di lubang dinding. Kulihat kontol Pak
Lik serasa semakin sesak menembusi vagina Dik Narti. Dia tarik keluar pelan
dengan dibarengi desahan beratnya dan rintihan Dik Narti, kemudian mendorongnya
masuk kembali dengan desahan dan rintihan mereka lagi. Dia lakukan itu
berulang-ulang dan desahan serta rintihannya juga terdengar mengulang-ulang.
Kemudian kulihat tusukan kontol Pak Lik makin dipercepat. Mungkin kegatalannya
pada kelamin-kelamin mereka makin menjadi-jadi. Pak Lik tidak lagi melumati
bibir Dik Narti. Dia turun dari amben dan mengangkat satu tungkai kaki istriku
dan mengangkat hingga menyentuh dadanya. Dengan cara itu Pak Lik bisa lebih
dalam menghunjamkan kontolnya ke memek istriku Dik Narti. Dan akibatnya kenikmatan
yang tak terperi melanda istriku. Dia meremasi sendiri susunya sambil kepalanya
yang rambutnya telah amburadul acak-acakan terus bergoyang ke kanan dan ke kiri
menahan siksa nikmat yang terperi. Racauan terus keluar dari mulutnya. Mereka
sudah sangat lupa diri. Mereka sudah tidak lagi memperhitungkan aku yang
suaminya atau keponakannya yang kini berada di sebelah dinding dan tengah
tergeletak sakit hampir mati.
Kenikmatan nafsu birahi telah menghempaskan mereka ke
sifat kebinatangan yang tak mengenal lagi ada rasa iba, martabat, hormat dan
menghargai norma-norma hidup sebagaimana mestinya. Mereka sudah hangus terbakar
dan berubah sifatnya menjadi gumpalan nafsu setan gentayangan. Aku
terbatuk-batuk dan mual. Pusing kepalaku langsung menghebat. Dengan suara yang
sengaja kukeraskan aku mengeluarkan dahakku yang kemudian disusul dengan
muntah-muntah. Aku berharap dengan tindakakanku itu segalanya menjadi berhenti.
Mereka pasti akan bergegas menolong aku. Tetapi suara amben itu justru makin
cepat dan kencang. Sehingga kini ada dua sumber berisik di dalam rumah Pak Lik
ini. Suaraku yang orang sakit dan memerlukan pertolongan di kamar sebelah sini
dan suara yang berkejar-kejaran dengan nafsu setan di kamar di sebelah
sana.
Aku tahu mereka dalam keadaan tanggung. Puncak nikmat
sudah dekat dan nafsu birahi untuk memuntahkan segalanya sudah di ubun-ubun.
Mereka pasti berpikir, biarkan saja aku menunggu. Dan ketika saat puncak mereka
akhirnya hadir suara-suara di rumah ini benar-benar gaduh. Aku yang muntah-muntah
tanpa henti dengan suaraku seperi babi yang disembelih bercampur dengan suara
Pak Lik bersama istriku berteriak histeris menerima kenyataan nikmat dari
orgasme yang mereka raih. Untuk sesaat suara amben masih terdengar berisik
untuk kemudian reda dan sunyi. Sementara disini aku masih mengeluarkan suara
dari batukku disertai dengan rasa mau muntah yang keluar dari
tenggorokanku.
Akhirnya istriku muncul di pintu. Dipegangnya
kepalaku. Ah, kok makin panas mas, obatnya diminum lagi ya, katanya. Kemudian
dengan kuat tangannya meringkus aku dan memaksakan obat cair masuk ke mulutku.
Aku terlampau lemah untuk menolaknya. Saat jari-jarinya memencet hidungku
kesulitan nafasku memaksa aku menelan seluruh obat yang telah berada dalam
rongga mulutku. Kemudian disuruhnya aku minum air hangat. Sebelum air itu habis
kuteguk aku sudah kembali jatuh tertidur pulas. Dan aku nggak punya alibi
sedikitpun atas apa yang selanjutnya terjadi di rumah ini hingga 6 jam kemudian
saat aku terbangun.
Jam 9 pagi esoknya aku terbangun lemah. Pertama-tama yang
kulihat adalah dinding dimana aku mengintai selingkuh istriku dengan Pak Lik.
Aku marah pada dinding itu. Kenapa begitu banyak lubangnya sehingga aku bisa
mengintip. Dan aku juga marah pada diriku kenapa aku yang sakit ini masih pengin
mengintip ke dinding itu dan menyaksikan istriku menanggung nikmat saat kontol
Pak Lik menggojlok kemaluannya. Tapi saat aku ingin teriak karena marah besarku
istriku dia muncul di pintu. Pandangan matanya aku rasakan sangat lembut. Dia
mendekat dan duduk di ambenku. Dia ganti kompres di kepalaku dengan elusan
tangannya yang lembut sambil berkata,
"Mas Roso (begitu dia memanggilku) semalaman
mengigau terus. Panas badannya tinggi. Aku jadi takut dan khawatir. Pak Lik
bilang supaya aku ambil air dan kain untuk mengompres kepala Mas
Roso".
Saat mendengar mulutnya menyebut Pak Lik yang aku
ingat betul nada suara dan pengucapannya persis sebagaimana aku dengar saat dia
meracau penuh nikmat tadi malam, seketika darahku mendidih dan tanganku
langsung mencekal blusnya dan ingin membantingnya ke tanah. Tetapi senyum
teduhnya kembali hadir di bibirnya,
"Hah, apa lagi mas, apa lagi yang dirasakan,
sayang", ucapnya lembut tanpa prasangka dengan mukanya yang nampak tetap
suci bersih.
Langsung didih darahku surut. Aku tak mampu melawan
kelembutan dan senyumnya itu. Kutanyakan padanya di mana Pak Lik sekarang. Dia
bilang Pak Lik ke sawah. Hari ini giliran dia untuk membuka pematang agar air
mengalir kesawahnya. Dia juga bilang agar aku banyak istirahat saja dulu. Dia
sudah menelpon orang tua di Yogya dari kantor telepon, mengabarkan bahwa aku
sakit dan akan istirahat dulu di Redjo Legi. Kemudian dia beranjak dan kembali
dengan sepiring bubur sum-sum, aku disuapinya.
Aku jadi berpikir apa yang sesungguhnya terjadi tadi
malam. Apakah panas badanku yang sedemikian rupa telah membawaku ke alam mimpi
sampai aku mengigau sepanjang malam sebagaimana kata istriku, ataukah
perselingkuhan Pak Lik dengan istriku itu memang benar-benar sebuah kenyataan?
Kembali kepalaku berputar-putar rasanya. Istriku kembali men'cekok'i aku dengan
obatnya. Dan aku kembali tertidur. Sebelum aku lelap benar, istriku dengan
penuh kasih memeluk aku, mengelusi kepalaku sambil mendekatkan kedadanya. Pada
saat itu aku merasakan semburat aroma yang lembut menerjang ke hidungku. Aroma
itu aku yakini adalah aroma ludah yang telah mengering pada buah dada dan
bagian tubuh istriku yang lain. Tetapi obat tidurku tak memberi kesempatan
padaku untuk melek lebih lama. Aku kembali pulas tertidur. Sampai kini, 6 bulan
sesudah pulang mudikku itu, aku tetap tidak tahu apa yang sesungguhnya terjadi.
Dan aku tidak mempunyai alibi apapun untuk mempertanyakan keinginan tahuku pada
istriku. Yang mungkin bisa dan perlu aku lakukan adalah memilih jalur utara
yang padat saat pulang mudik yang akan datang.
BalasHapusModel Majalah Dewasa
Video Mesum Indonesia
Inilah Foto Topless Pamela Safitri Duo Srigala
Video Tersembunyi di Pijat Plus-Plus
Luar Biasa Begini Cara Seleksi Therapist Spa Plus-Plus
Inilah Foto Pemerkosaan Yang Dilakukan 2 Mahasiswa Di Amerika
Inilah Foto Pemerkosaan Di Restoran China
Inilah Foto Polisi Meksiko Bercinta Di Pinggir Jalan
Inilah Foto Pasangan Australia Tertangkap Basah Berhubungan Seks Di Jalan
Inilah Foto Seksi Echa Frauen di Majalah Max
Inilah Foto Pose Seksi SPG Seoul Motor Show 2015
Inilah Foto Gadis 16 Tahun Yang Diperkosa Bapak Angkat
Inilah Foto Kayla Mooney Guru Cantik Yang Cekoki Muridnya Dengan Miras Kemudian Bercinta
Inilah Foto Pasangan Muda Berhubungan Seks Di Jalan
Luar Biasa Iwan Sering Mengintip Tetangganya Sedang Mandi
Aduhai Cantiknya Gadis Cleaning Service Ini
Astaga Makanan Untuk Bebek Disajikan Untuk Manusia
Aneh Pria Ini Menari Dengan Telanjang Bulat Di Depan Kamera Pengawas Lalu Lintas
Astaga Diperkirakan Angin Topan Masyak Menerjang Filipina
Wow Suami Istri Nekat Mandi Di Kolam Air Mancur Tengah Kota
Luar Biasa Eko Bisa Menghasilkan 150 Juta Dari Akun Facebook